Over Protektif #6#

224 25 10
                                    

' Bosen banget anjir, nggak pekaan banget sih nih cowok. Ajak ngobrol kek atau apa kek '

Tak henti-hentinya gadis itu menggerutu, 10 menit berlalu sejak mobil mereka meninggalkan sekolah suasana menjadi hening seketika dan tak ada satupun dari mereka yang berniat membuka suara.

Pricilla sendiri bingung, kemana cowok itu akan membawanya? Bukankah mereka akan pulang ke Mansion? Tapi Ini kan bukan jalan kearah Mansion mereka.

Gadis itu menoleh kearah Arga yang tampak fokus menyetir dan seperti biasanya cowok itu hanya memasang wajah datarnya.

Pricilla merutuki kebodohannya yang mau begitu saja mengikuti pria berwajah flat ini, seandainya saja ia tak menerima ajakan Arga dapat dipastikan saat ini ia sudah tidur-tiduran diatas kasur empuk miliknya.

Nasi sudah menjadi bubur, saat dirinya keluar kelas ia sudah banyak membayangkan hal apa saja yang akan ia lakukan. Mungkin nonton Drakor, atau makan sneck sambil nonton tv, atau ia juga bisa habiskan waktunya untuk tidur nyenyak di bawah AC.

Namun lihat lah sekarang, ia harus menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk menemani pria kaku yang saat ini hanya fokus menyetir tanpa memperdulikan dirinya sedang dilanda kebosanan.

Haruskah dirinya yang membuka perbincangan terlebih dulu, tapi ia rasa tidak. Pricilla sendiri memiliki rasa gengsi yang tinggi, masa iya cewek duluan yang ngajak ngobrol? Tapi tak mungkin juga kan ia harus membiarkan suasana hening dan canggung ini terus berlangsung.

Pricilla yang emangnya memiliki sifat kepo tingkat akut, ditambah lagi mulutnya yang sudah gatal sekali untuk berbicara mau tak mau ia lah yang akan membuka suara terlebih dahulu.

Pricilla sedikit menoleh kearah Arga "Em..kak, sebenarnya kita mau kemana sih? Ini kan bukan jalan ke mansion?" Tanyanya dengan ragu-ragu

"Kamu suka es krim kan?" Bukannya menjawab laki-laki itu malah balik bertanya

"Es krim" Gumam gadis itu dengan mata berbinar

Pricilla mengangguk cepat "Mau dong, siapa sih yang bakal nolak. es krim, bukan makanan bukan pula minuman tapi sejenis yang bisa dimakan sekaligus bisa seperti minum yang dapat menyegarkan dahaga" sangking senangnya mendengar kata es krim, gadis itu malah berbicara dengan tidak nyambungnya. Yang ada dipikirannya saat ini hanya es krim...es krim...dan es krim. Emang dasar ya si Cilla kalo udah ngomongin masalah es krim aja cepet banget.

"Oh ya kak, kebetulan Cilla ada recomendasi buat tempat kita beli es krim" ujar Cilla yang kini menatap kearah depan.

"Dimana?" Tanya cowok itu, ia sedikit menoleh kearah gadis itu.

"Kakak tau nggak dengan Mall Drezen" Arga memangguk

"Tau" jawabnya singkat

Pricilla menghembuskan nafas beratnya, inilah resiko yang harus ia terima karena menjadi adiknya dari seorang ice price seperti Arga. kalo ngomong tu dingin banget, wajahnya selalu saja tanpa ekspresi ditambah lagi dengan cara bicaranya yang bisa dibilang paling irit bicara. Emangnya kalo ngomong tu harus dibayar mahal dulu ya? biar bisa mengeluarkan kalimat yang panjang dan lebar.

"Nah disamping Mall Drezen tu ada Cafe Ice-cream disana tu bukan cuma jual es krim khas Indonesia aja tapi dijual juga berbagai macam es krim dari seluruh dunia" Oh membayangkannya saja sudah membuatnya mengiler, untung saja ia masih bisa berusaha setenang mungkin lagian nggak mungkin kan harus mencak-mencak tak jelas didepan si datar bisa-bisa dia dikira gila lagi.

Tapi mau bagaimana lagi? Es krim memang sudah masuk dalam daftar menu wajib yang harus ia santap. Cafe Ice-cream adalah cafe yang khusus menjual es krim pertama kali di Indonesia, dan yang lebih istimewah nya lagi di cafe tersebut terdapat berbagai jenis es krim dari seluruh dunia. Bahkan Cafe ice-cream sendiri mengahdirkan langsung chef dari negaranya langsung, contohnya saja es krim khas Singapure maka Chef dari Singapore lah yang akan terjun langsung membuat es krim tersebut.

Over ProtektifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang