2

71 16 8
                                    

Malam ini udara dingin sekali,hujan lebat di luar sanalah penyebabnya. Aku duduk di atas kasur dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuhku, mataku mengamati bulir-bulir air hujan yang mengalir di kaca jendela.

Dibawah sana, samar-samar dari suara hujan terdengar suara isak tangis bunda dan suara lantang ayah, mereka sedang bertengkar. Sepuluh tahun aku selalu menyaksikan ketidakharmonisan rumah tangga mereka, dan penyebab dari ketidakharmonisan itu adalah perselingkuhan. Ya, ayah selingkuh ada wanita lain di hidupnya dia menikah lagi tanpa minta izin dan persetujuan bunda. Dua tahun dia menutupi perselingkuhannya dan akhirnya ketahuan juga, ada orang yang memberi tahu bunda. Kak Vino juga mengetahui itu, bahkan dia lebih dulu tau dari bunda tapi dia tidak pernah mengadukan itu kepada bunda, sampai pada akhirnya bunda tau dari orang lain dan juga feelingnya sebagai istri. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan kak Vino saat itu, ayah yang sudah tertangkap basah mengaku pada kak Vino dia bilang kalau dia khilaf dia tidak serius dan hanya main-main pada perempuan itu. Padahal, dia sudah menikah tanpa izin bunda. Itulah mengapa kak Vino sangat membenci ayah, dan juga sikap dan kelakuannya saat ini adalah bentuk dari kemarahannya. Dan efeknya padaku? Aku jadi sangat menutup diri dari yang namanya laki-laki, aku jadi cuek dan bahkan terkesan sombong, sampai saat ini aku belum pernah yang namanya pacaran.

Aku mengambil ponsel dan headsetku, tak ingin lagi mendengar keributan di bawah. Ku putar lagu yang sesuai dengan suasana hatiku saat ini, air mata tiba-tiba mengalir keluar membasahi pipi, tak sadar aku akhirnya terlelap.

_____

Jam menunjukkan pukul 7.52 pagi, aku panik sendiri. Udara yang dingin akibat hujan semalaman dan sakit kepala karena menangis semalam membuat aku jadi bermalas-malasan untuk bangun tadi, padahal bunda mungkin sudah ada tiga kali bolak-balik kamarku untuk membangunkanku.

Aku buru-buru menuruni tangga dan mengambil sepatuku di rak. Seperti biasa bunda sedang menuang susu, menyiapkan sarapan. Ayah tak terlihat di meja makan, mobilnya juga tidak ada mungkin semalam dia pergi.

"Sayang sini sarapan dulu"

"Aduh engga deh bun, Nanaz udah telat banget bangett bangettt"

"Lagian kamu udah bunda bangunin terus tapi ga bangun juga". Bunda menghampiri ku yang sedang memakai sepatu, membawakan roti tawar yang sudah dia olesi selai coklat juga segelas susu coklat hangat.

"Nanaz berangkat ya bun ". Aku mencium bunda, ku teguk susu dan mengambil roti tawar ku makan sambil berlari ke luar rumah.

Akhirnya aku sampai di sekolah tercinta ini, jujur sampai kelas dua SMA ini aku belum pernah sama sekali yang namanya terlambat, dan hari ini sialnya aku merasakan apa itu yang namanya terlambat. Jantung berdegup tak karuan juga keringat dingin mulai keluar, iya guys aku memang se-lebay itu.

Aku memilih duduk di tempat duduk di samping gerbang, tak memohon pada pak satpam untuk di bukakan gerbang. Percuma, sudah ada tiga anak yang lebih dulu datang tapi tak dibukakan apalagi aku yang baru datang. Lebih baik duduk menunggu hukuman dari guru piket.

"Gue ga nyangka bakal ketemu lo disini " Ucap seseorang

Aku menoleh ke sumber suara. Azka berdiri bersandar di tembok di samping tempat dudukku.

"Kenapa gitu? Gue juga seorang siswi yang bisa aja terlambat " Jawabku

Ku lihat Azka tersenyum, entah dia sedang mengejek jawabanku atau tersenyum pada ponselnya yang sedang dia mainkan. Kedatangan guru piket membuat kami semua berkumpul setelah dibukakan gerbang, usai di ceramahi dan di tulis nama untuk pemberian point kami semua di hukum hormat bendera di lapangan selama dua jam. Azka berdiri di sampingku, sebenarnya aku ingin minta maaf soal kemarin sudah menguping tapi mood ku hari ini benar-benar rusak, biar saja lain kali aku akan minta maaf.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang