"Lavaaa ...."
Ryota menarik tubuh ku dengan kasar. Tersungkur dengan posisi menindih Ryota yang memeluk ku. Tak lama setelah berhasil menyelamatkan diri, suara benturan dua benda bermesin memekikkan telinga. Mungkin keduanya sudah tak berbentuk akibat kerasnya tumbukan itu.
Dari jarak sedekat ini bahkan tak berjarak, aku mampu merasakan detak jantung Ryota. Kepala ku tepat di atas dada bidangnya.
Ku pikir hari ini akan menjadi hari kebebasan sepanjang hidup ku. Takdir berkehendak lain, dengan seenak jidat Ryota merusak segalanya. Kalau saja dia tidak menarik ku keluar dari mobil, mungkin drama kehidupan akan berakhir bagi ku dengan ending tergiling bersama mobil rongsok itu.
Ngomong-ngomong apa Ryota mati? Enak saja dia memeluk ku begitu lama, tanpa bersuara pula. Biar ku sembur muka brengseknya dengan umpatan ku, "Ryo ...."
"Diam," dasar sialan. Seenaknya sendiri memotong pembicaraan,"Tolong diam seperti ini."
Aku mendongakkan kepala agar mampu melihat muka Ryota yang memiliki pH melebihi 7 itu. Jika ada tikus yang sudi menjilati, ku pastikan rasanya akan benar-benar pahit.
Lupakan tentang muka pahit Ryota. Barangkali ada luka disana. Wait, pikiran macam apa itu? Memangnya siapa perduli jika si brengsek itu mati sekalipun. Bukankah itu yang selama ini ku harapkan?
Aku menyeringai setelah memeriksa sekitar lalu bermonolog dalam hati, "baiklah terserah berapa lama lo meluk gue. Asal gue bebas."
Berkat kebodohan Ryota, aku tendorong selangkah lebih dekat dengan ajal. Asik.
"Bodoh," gumam Ryota dengan mata terpejam. Mungkin matanya tidak kuasa menanti kehadiran malaikat maut yang masih dalam perjalanan. Please malaikat maut, ngebut sedikit bisa kan?
"Kenapa tidak berusaha menyelamatkan diri. Sudah bosan hidup?" yup. Seribu persen tepat sasaran. Jujur memang bosan.
"Bukan urusan lo."
"Kamu pikir saya beli mobil itu dengan daun kering?" melirik ke arah benda yang di sebutkan Ryota.
Betapa sesalnya diriku melewatkan kesempatan emas untuk bertemu dengan malaikat maut lebih cepat malam ini. Mobil itu sudah tak berbentuk lagi, persis seperti pemiliknya. Sangat buruk untuk di pandang. Hancur.
"Jika kamu di dalam sana. Bukan hanya daun kering, tapi keringat saya yang kering bekerja untuk membiayai pemakaman mu."
Dasar mulut ular. Dia pikir aku perduli dengan keringat masamnya? Demi keringat Kim Taehyung biarkan aku seorang diri saja menemui malaikat maut. Daripada ditemani cowok berkeringat asam jawa tanpa berdosa memeluk ku seenak jidatnya seperti ini.
Lupakan tentang keringat Kim Taehyung. Dia pikir aku perduli dengan biaya pemakaman? Coba pikir bagaimana cara mayat memperdulikan biaya pemakamannya sendiri? Bekerja mengais cacing di dalam kubur demi sepetak tanah untuk tidur? Seratus persen Ryota tak pernah berpikir sedetail cara ku berpikir. Mau bagaimana lagi, otaknya memang sebesar kuku jari kelingking ku.
"Lava ...." hantu tengik. Kali ini Misaka sukses mengejutkan ku,"Mau dong ngerasain pelukan Kak Ryota tampan."
Dengan mata di bulat-bulatkan sok manis, Misaka terlihat begitu horor. Melebihi kehororan muka valak. Aku paham kemana arah pembicaraan Misaka. Memanfaatkan situasi dimana tubuh ku sedang berada pada keadaan mudah kecolongan. Aku tak bisa membayangkan jika Misaka bertingkah selembek telur dadar menggunakan tubuh ku di hadapan Ryota. Yang katanya memiliki ketampanan melebihi Chaenyol. Tidak. Bisa-bisa hancur reputasi dan harga diri ku.
"Gue paham lo pengin nambah jumlah korban tewas dari kecelakaan ini. Tapi bisa nggak lepasin gue?"
Berada di tengah jalan seperti sekarang boleh jadi lebih strategis. Ryota menarik ku dari mobil agar tak terlindas bus itu, tapi bus lainlah yang akan menyambar kami. Bayangkan kelelawar kelaparan menyabar serangga dengan lahap. Kemungkinan seperti itulah cara malaikat maut yang ku tunggu-tunggu menjemput ku malam ini. Atau kami. Jika Ryota mau. Dan Bunda, dipastikan akan tersenyum manis memasang bendera kuning di rumah kebanggannya untuk menandai kematian ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Eyes
Misteri / ThrillerAku tak pernah benar-benar sendiri. Aku berteman baik dengan gelap, sepi, dan mereka yang tak terlihat.