Prologue

81 9 1
                                    

Words: 2054

◄'°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•° ►

[Agustus 2010 | Park Jimin 15 Tahun]

Park Jimin adalah anak satu-satunya dari keluarga Park dan dia hidup dengan sangat bahagia setiap harinya. Apabila ada hari dia tak bahagia hanya ketika dia harus melakukan ujian perbaikan untuk mata pelajaran matematika dan fisika yang kerap kali terulang tiap semesternya. Namun, Jimin bersyukur karena semester ini nilainya berada pas pada nilai batas bawah sehingga tak perlu mengulang. Maka, liburan musim panas ini akan dimanfaatkannya dengan baik.

Sendirian di liburan musim panas bukan berarti Jimin tidak memiliki teman. Dirinya sangat terkenal akan kebaikan dan kemampuannya dalam bergaul. Namun untuk liburan kali ini, Jimin sudah menunggu-nunggu serial ketiga dari game-nya untuk rilis. Dia ingin memainkannya dengan fokus sendirian dan menikmatinya.

Baru saja Jimin menyalakan konsolnya, bel rumahnya berbunyi. Hari senin dan ada yang mendatangi rumah saat orang tuanya tidak ada. Sebenarnya Jimin ingin berpura-pura sehingga tamu tersebut berpikir bahwa tidak ada orang di rumah.

"Jimin, ini aku."  Suara dari interkom langsung menarik perhatian Jimin dari konsol yang baru menyala itu.

Jimin berlari menuju pintu utama dan membukakan pintunya untuk orang yang suaranya sudah sangat dia kenal itu. "Namjoon Hyung!" Jimin tersenyum senang dan mempersilahkan lelaki itu masuk ke dalam rumahnya. "Kenapa datang ke rumah? Padahal hari ini orang tua kita bertemu dan Hyung kan biasanya ikut."

Kim Namjoon berbeda 4 tahun dengan Jimin, karena itu dia telah diajarkan untuk mengurus perusahaan sejak beberapa bulan yang lalu. Orang tua Jimin sudah bekerja sama dengan orang tua Namjoon sejak Jimin masih belum lahir. Begitu Jimin dikenalkan pada mereka, sejak itu Namjoon menjadi teman baiknya.

Namjoon tersenyum simpul dan duduk di sofa ruang tengah tepat di samping . "Ayahmu menceritakan tentang game yang sudah kau tunggu sejak lama. Ayahku memintaku untuk menemanimu bermain."

Mata Jimin berbinar dan dia segera mengambil konsol lainnya lagi untuk Namjoon. Sebelum Jimin menyerahkannya, dia menatap Namjoon dengan wajah penasarannya. "Bukankah Hyung berjanji padaku untuk menunjukkan lagu yang baru Hyung buat beberapa hari lalu? Apakah belum selesai?"

Namjoon mengeluarkan ponselnya dan mulai menyetel lagunya tanpa basa-basi. Dia tersenyum saat Jimin mengatakan terima kasih tanpa suara. Mereka menjadi terhanyut di dalam suara Namjoon dan melodi lembut yang menyertainya.

Sejak awal pertemanan mereka, Namjoon menunjukkan pada Jimin tentang sebuah lagu yang dibuat olehnya sendiri. Kemudian, Namjoon menyanyi mengikuti melodi tersebut. Sejak saat itu, Jimin mengoleksi rekaman Namjoon dan memutar lagunya bila sedang melakukan berbagai kegiatan. Baginya, lagu Namjoon adalah penyemangat dalam hidup. Dia bahkan membuat kaset khusus Namjoon dan meminta tanda tangannya. Jimin menganggap itulah kenang-kenangan mereka yang tak akan terlupakan.

Suara bel dan teriakan "Paket!" dari intercom mengganggu kenyamanan Jimin. Dia mendelik kesal ke arah pintu dan menatap Namjoon dengan malas. "Hah, mengganggu saja. Padahal tadi sudah sampai ke bridge."

Meskipun begitu, Jimin tetap pergi membuka pintu untuk menerima paket tersebut. Yang ada di kepala Jimin adalah sesimpel orang tuanya sedang membeli sesuatu, maka dia harus mengambil barang tersebut. Jimin mengintip dari intercom dan orang tersebut tidak nampak mencurigakan, setidaknya Jimin pernah diajarkan untuk berhati-hati pada orang asing. Lagipula masih ada Namjoon yang lebih besar darinya, harusnya dia pasti aman.

Jimin membuka pintu dan orang tersebut tersenyum padanya. "Halo adik kecil, apakah Tuan atau Nyonya Park ada di rumah?"

Jimin menggelengkan kepalanya. "Orang tua saya sedang pergi bekerja." Mata Jimin langsung mengarah pada paket yang dipegang lelaki itu. "Apakah itu untuk keluarga saya?"

Mellifluous [BTS Criminal AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang