10 - Benalu

13 4 2
                                    

Words: 3524

◄'°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•°''°•.¸¸.•°'►

Jimin selalu mendapatkan hadiah di hari natal.

Sejak Jimin berusia empat tahun, orang tuanya selalu menanyakan apa yang dirinya minta di hari ulang tahun dan juga hari natal. Namun terkadang khusus hari natal, dia mendapatkannya tanpa harus berusaha. Karena orang tuanya mendidiknya dengan kompetisi, maka Jimin terbiasa berusaha untuk apa yang diinginkannya sebelum hari ulang tahunnya.

Jimin berusia delapan tahun ketika pertama kali menghabiskan waktu natal di rumah keluarga besar Namjoon. Jimin mendapatkan lebih banyak hadiah lagi di sini namun tidak satupun dari Namjoon. Jimin mencari-cari keberadaan Namjoon maupun Seokjin namun tidak mendapatkan keduanya. Di taman belakang itu hanya ada orang dewasa.

Jimin masuk ke dalam rumah dan berjalan sendirian di rumah besar itu. Rumah ini sangat besar dan mewah, berbeda dengan rumah Jimin yang minimalis dan juga sederhana. Pintu dan pilar memiliki dekorasi ukiran yang unik dengan warna kekuningan. Lampu gantung yang besar dan indah menangkap mata Jimin.

Begitu mengembalikan pandangan ke tempat dia berpijak, Jimin mendapati Namjoon dan Seokjin yang sedang duduk di ruang tengah. Mereka berdua duduk di sekitar meja yang memiliki penghangat di bawahnya. Namjoon sedang menulis pada jurnal dan Seokjin melihatnya. Jimin segera masuk di antara mereka dan Seokjin yang pertama kali menyadarinya.

"Jimin!" Seokjin menepuk tempat di kanannya, Jimin segera duduk di sana. "Namjoon sedang menulis lirik lagu jadi lebih baik tidak mengganggunya, kan?"

Jimin mengangguk. Namjoon selalu berkonsentrasi. Mungkin karena malam natal, dia mendapatkan inspirasi.

Namjoon masih berusia 14 tahun tapi dia memiliki banyak tanggung jawab lebih dari yang Jimin kira. Jimin bertanya-tanya bagaimana Namjoon bisa bertahan? Bagaimana dia tidak hancur? Bagaimana dia tidak pernah mengeluarkan keluhan? Mungkin saja Jimin tidak tahu saat dia mengeluh, namun setidaknya Jimin belum pernah menyaksikan itu. Karena Seokjin terkadang mengeluh pada Jimin saat ada tugas. Namjoon tidak pernah melakukannya.

Namjoon meletakkan pulpennya dan menutup jurnalnya. Dia meletakkan tangannya di atas buku itu, mengetuk-ngetukkan jarinya pelan. Dia telah menyadari ada Jimin di sebelahnya, dia tersenyum padanya. Senyuman dengan lesung pipi itu, Namjoon selalu terlihat menawan.

Namun, Jimin hanya anak kecil yang menginginkan hadiah natal.

"Kenapa Namjoon Hyung tidak memberikanku hadiah?"

Seokjin tertawa kecil. "Jimin-ah."

Namjoon mengangkat sebelah tangannya ke udara, menandakan Seokjin untuk memberikannya waktu. Seokjin berdeham pelan dan mengangguk. Namjoon dengan masih menatap Jimin dan tersenyum itu mulai berbicara. 

"Benda adalah pengunci ingatan yang terburuk. Tidakkah kau memiliki hal yang sama?"

Jimin hanya menginginkan hadiah saat itu.

Bukan mengetahui tentang sisi buruk dari hadiah itu sendiri.

▒░▓
░▓▒
▓▒░

[25 Desember 2018]

Jimin bangun dan langsung turun ke bawah dengan berlari kecil. Dia mendapati Yoongi baru sampai di bawah tangga, matanya menatap Jimin dengan seksama. Seperti biasa, Yoongi dan kekhawatiran berlebihannya. Jimin tak menyalahkannya, karena dia pernah terguling dari atas sini saat mencoba turun dengan cepat. Untungnya Jimin baik-baik saja dan mereka berkumpul bersama di ruang tengah.

Mellifluous [BTS Criminal AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang