Hari ini, pentas drama Snow White itu akan dimulai. Ah iya, yang menjadi sang putri adalah Emilia-chan, temanku dari kelas sebelah. Kebetulan sekali, dia dan Leon-san memang akrab sejak awal. Dan.. dengar-dengar, sih mereka cinlok dalam dua bulan latihan drama. Duh, Manisnya.
Aku mengajak Kei menonton drama ini. Sebenarnya, dia sangat malas. Tapi, karena aku memaksanya jadilah dia menurut. Lagian, Yamaguchi-kun dan orang-orang dari klub voli juga berencana hadir menonton. Sepertinya, ini akan menjadi drama yang bagus.
"(Name), cepatlah sedikit. Telat 1 detik saja aku tidak akan menonton drama itu," ucap Kei yang sedang menungguku memakai sepatu.
Acara drama dimulai pukul pada pukul 9 pagi disebuah gedung dekat SMA Karasuno. Kei menjemputku pada pukul 8:40 dan dia menyuruhku siap pada pukul 8:45. Dasar Kei menyebalkan!
Setelah memakai sepatuku, aku langsung berangkat bersama Kei. Untunglah, aku tepat waktu dalam hitungannya. Jika tidak, dia tak mau menonton drama itu. Astaga, merepotkan.
Di tengah jalan, kami bertemu dengan Hinata-kun yang sedang mengayuh sepedanya dan juga.. Kageyama-kun yang sedang berteriak mengejarnya.
"Boke! Hinata boke! Matte!"
Aku dan Kei saling berpandangan. Sudah biasa, sih melihat mereka begitu. Entah lomba lari, kejar-kejaran, adu servis, ataupun kompetisi lainnya.
"Ah, (Firstname)-chan ohayou!" sapa Hinata ketika ia melihatku.
Aku tersenyum singkat, "Ohayou, Hinata-kun!"
Dia mengangkat jempolnya keatas lalu bergerak mengayuh sepedanya lagi karena, Kageyama-kun sudah mendekat.
"Ah, (Firstname)-chan permisi," ucap Kageyama-kun kemudian berlari menyusul Hinata-kun kembali.
Aku tertawa pelan melihat mereka, Kei menandangiku. "Kenapa kau menyapa mereka?"
Aku menyeringai kecil. "Ehh, jangan-jangan kau cemburu, Kei?"
"Urusaii! Intinya jangan lakukan hal itu lagi di depanku."
Aku memeluk Kei. "Berarti dibelakangmu boleh?"
Dia melepas pelukanku. "Baka!"
Aku tertawa, lalu menggandeng Kei sembari berlari kecil menuju ke gedung tempat drama digelar. Ah iya, kami tidak bertemu Yamaguchi-kun. Kira-kira dimana dia?
***
Kami sudah selesai menonton drama. Tadi itu bagus sekali! Apalagi ketika Leon dan Emilia ciuman, hehe. Sorak penonton langsung memenuhi ruangan.
Kami sudah berpamitan dengan para anggota klub voli. Lalu, aku dan Kei-pun beranjak pulang bersama.
"Nee, Kei rasanya aku sangat ingin menjadi putri seperti film disney," ucapku.
Kei membuka minuman kaleng yang ada di tangannya. "Hn, kau kan selalu menjadi putri bagiku."
Aku menatap Kei yang sedang meminum minumannya. "Bisa kau katakan lagi, Kei?"
"Tidak mau."
Aku tertawa. "Em.. Kei, boleh tidak jika kubilang kau adalah pangeranku?"
"Mengapa begitu?" tanyanya heran, lalu membuang kaleng ke tempat sampah pinggir jalan.
Aku mengalungkan tanganku ke lengannya. "Kau bilang tadi aku putri. Yasudah, berarti kau pangerannya, hehe."
"Suka-suka kau saja."
"Demo, Kei. Aku sangat bersyukur bisa bersama seperti ini denganmu. Kuharap kita bisa seperti ini terus," ucapku.
Kei memelukku tiba-tiba. "Aku lebih beruntung bisa mendapatkan wanita sepertimu. Aishiteru my princess."
Sangat aneh mendengar Kei mengucapkan hal ini. Detak jantungku jadi berdegup tidak karuan. Aku juga sedang berusaha menyembunyikan rasa maluku ini. Uhh.
Aku memeluk Kei balik. "Aishiteru yo, my prince."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince | | Tsukishima Kei X Readers
Fanfiction"Kau kan selalu menjadi putri bagiku." © creds; haruichi furudate