2.

201 17 1
                                    

"Lo yakin Ave? Gue kemaren cuma bercanda sumpah, gue bejad-bejad gini juga ga menjerumuskan temen kok sumpah." Clara membuat tanda V dengan jarinya, pasalnya ia benar-benar tak serius mengajak Ave.

Ave tadi sore dijemput Clara di halte setelah menunggu dua jam lamanya, bahkan Ave mendapat godaan dari lelaki hidung belang yang membunyikan klakson mobilnya dan menawarkan tumpangan padanya. Ave tahu sebenarnya jarak dari apartemen Clara ke halte tempat Ave menunggu hanya memakan waktu tak sampai satu jam, tapi Ave tahu sahabatnya itu memakan waktu satu jam lebih untuk merias wajahnya.

Clara menjadi panik ketika mendengar suara Ave dalam telepon yang terdengar seperti menahan tangis. Clara membawa Ave dengan dua koper dan satu ransel yang Ave bawa ke apartemen miliknya.

Segelas air putih Clara berikan pada Ave agar lebih tenang, tapi gadis ber-kaus hitam itu tak sedikit pun menyentuh gelasnya.

"Lo tinggal disini dulu aja ya, gue khawatir kalau lo keluar malem-malem gini."

Ave lagi-lagi menolak tawaran Clara setelah ditawari berkali-kali sejak sampai disini, "gue kesini cuma mau minjem duit buat cari kostan dan nerima tawaran lo yang kemaren."

"Lo mau nyari kost-kostan? Jam segini? Heh Jubaedah jam sepuluh malem lo mau cari kemana hah? Nurut kek sedikit, pala lo lemesin jangan keras kek batu." Ucap Clara dengan kesal.

Akhirnya dengan sedikit sentakkan dan ketukan kecil di kepalanya, Ave menurut untuk tinggal sementara di apartemen Clara.

"Ave, gue tanya sekali lagi, lo yakin?" Tanya Clara.

"Yakin Clar, gue udah mentok banget ga punya cara lain. Gue juga ga mau ngerepotin lo mulu kali."

Clara membuka dompet hitam miliknya dan mengambil sebuah kartu dari sana, "nih kartu namanya. Tapi gue saranin lo jangan ngehubungin dia duluan, besok hari minggu, gue bakalan atur jadwal buat lo ketemu sama dia."

"Sesuai yang lo minta. Karena lo gak mau nyakitin siapa-siapa, yaa emang bukan duda sih. Tapi sedenger gue sih ya istrinya agak gimana gitu karena mereka nikah dijodohin dan belom punya anak." Kata Clara sambil sedikit berbisik.

Ave mengangguk setuju, "tapi besok banget Clar?" Clara mengangguk.

"Tapi ga tua tua banget kan?" Tanya Ave lagi.

"Banyak tanya lo, gue juga gak mungkin lah ngasih sahabat gue ke kakek-kakek. Tenang aja lo percaya sama gue, lo gak bakal nyesel."

Jarum jam menunjukan pukul satu malam, Clara yang tidur di samping Ave sudah terdengar mendengkur halus tapi Ave masih tak bisa tidur. Di kepalanya masih banyak keraguan, apa yang ia putuskan itu adalah jalan terbaik? Ave tahu ini buruk. Bahkan sangat sangat buruk, tapi Ave tak punya pilihan lain. Besok ia harus bertemu dengan seseorang yang bahkan Ave saja tidak tahu rupanya seperti apa.

10.48

Ave baru saja terbangun, rasanya sangat segar sudah lama ia tak merasakan tidur senyenyak itu. Ia merenggangkan tubuhnya dan berjalan menuju dapur untuk mendapatkan segelas air dingin.

Tiba di meja makan mata Ave menangkap semangkuk sup dengan catatan kecil disana.

Apa Clara tak tahu sekarang di dunia ini ada teknologi bernama fitur chat? Percuma saja ponsel bagus tapi tetap harus menulis di kertas. Sok romantis banget. Huh.

gue pergi ke klinik buat perawatan. Ini sup buat lo sarapan kalo udah dingin lo angetin lagi. Jam satu siang ini lo harus ketemu sama dia, jangan terlambat! Baju, sepatu, tas, sama makeup udah gue siapin. Inget Ave pake semua yang udah gue siapin, lo jangan ngide.

Resilience | JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang