»Kuroo Tetsurou - Kozume Kenma«

15 2 0
                                    

§ Relung §

Bila ada yang lebih sial di dunia ini, jelas itu dirinya.

Sudah menjadi duda padahal pernikahannya baru di gelar kemarin sore dan sekarang malah dihadapkan dengan monumen batu kecil. Pemuda berhelai dwiwarna itu dibiarkan sendiri pada ruangan kecil itu.

Kimono hitam nampak kusut di bagian bawah karena terlalu lama duduk, rasa kehilangannya begitu besar dan air mata pun masih mengalir bagai aliran sungai Kiso.

Ini terlalu tidak adil untuk dimaklumi. Dia ingin menjadi egois untuk saat ini, namun apa daya pemilik hatinya sudah terlanjur pergi dengan bekas luka tembak di dada kiri. Dia menyalahkan semesta, namun tetap tidak akan ada yang berubah. Kuroo tidak akan hidup kembali.

Malamnya hujan turun dengan deras seakan ikut bersedih atas kematian Kuroo. Kenma kembali tenggelam dalam lautan air mata, terus bertanya dalam batin kenapa semua ini harus terjadi padanya? Siapa lagi yang akan direnggut darinya setelah ini?

Tangan kurusnya meraba tempat kosong dan dingin di tempat tidurnya yang seharusnya Kuroo tempati saat ini. Malam ini harusnya hangat, tapi yang ada hanya suara hujan di luar sana dan suhu yang semakin rendah mendekap tubuh ringkihnya.

Kembali air mata meleleh dari pelupuk mata, dia sudah mencoba sekuat mungkin bertahan, tapi kenapa hatinya dan dirinya serapuh ini?

Mata perlahan terbuka menampilkan manik kuning yang tampak sembab nan sayu akibat menangis semalaman, mata menyipit dan dahi mengerut akibat terlalu banyak cahaya yang masuk pada netra.

Pagi ini surya bersinar terang, langit biru dengan awan cirrus menghiasi langit pertanda cuaca yang baik. Namun bagi Kenma itu adalah sebuah penghinaan, ketika dirinya larut dalam kesedihan lalu yang ia dapat pada saat membuka mata di pagi hari adalah langit cerah yang indah.

Dia marah.

Marah pada pelaku yang saat ini sudah berada di balik jeruji besi, marah pada semesta yang memainkan perasaannnya, dan marah pada dirinya sendiri yang begitu lemah.

Tak pernah sekali pun ia kehilangan kendali atas dirinya, Kenma adalah sosok yang sulit mengekspresikan perasaannya. Namun kini dia sendiri, tak ada lagi penopang atau pun pegangan untuk menjalani hidupnya.

Setelah mencuci muka dia mengambil jaketnya kemudian keluar dari kediamannya, pergi entah kemana tanpa tujuan. Kepalanya perlu dia dinginkan agar kembali rasional.

Pada penyebrangan dia menunggu hingga lampu berubah menjadi hijau. Setelah lampu berubah dia mulai berjalan untuk mencapai sisi jalan yang lain hingga tubuh kecilnya bersenggolan dengan seseorang. Harusnya dia tak memperdulikannya, namun ini berbeda.

Kenma segera menoleh kemudian berlari mengejar wira yang tak sengaja menyenggol tubuhnya itu kemudian menarik baju yang wira itu kenakan, "Kuroo!"

Wira tersebut tentu menoleh, tapi dengan raut bingung.

"Kato, siapa dia?"

Yang bertanya merupakan pemuda di sebelahnya berambut pirang dengan kacamata yang membuatnya terlihat imut.

"Entahlah, apa ada yang bisa kubantu?"

Kenma melepas pegangannya pada pemuda yang ia kira suaminya itu.

"Jika boleh tau, siapa namamu?"

Jeda sesaat sebelum yang ditanya menjawab.

"Kato Tetsuya."

Hati Kenma melengos.

"Oh, kukira kau temanku. Terima kasih, maaf mengganggu."

Dan wira bernama Kato tersebut pergi sembari menggandeng tangan pemuda di sebelahnya tadi.

Kenma kembali ke tempat sebelum ia menyebrang. Jatuh terduduk di atas aspal kotor, menangis tersedu-sedu dan tak ada yang peduli.

"Apa yang kau lakukan di tengah jalan begini? Kau menghalangi orang lain."

Kenma mendongak ketika dikira orang tersebut bicara padanya. Seorang pemuda berambut hitam menatapnya nyalang seakan menghakimi.

"Cepat berdiri dan pindah ke tempat lain," pemuda itu mengulurkan tangannya pada Kenma yang terlihat lemah tak berdaya kemudian membawanya ke tempat teduh.

"Terima kasih," ucap Kenma dan dijawab dehaman oleh pemuda berhelai hitam lakan.

Dia memberikan sekotak susu pada Kenma, "aku harus pergi, jika ingin menangis jangan lakukan di tengah jalan."

Dan si cantik kembali sendiri memperhatikan punggung pemuda tersebut yang kian menjauh meninggalkan afeksi kecil bagi Kenma. Dan senyum tipis pun mengembang.

Π

Semoga rasa dan maknanya sampai. Ada yang bilang cerita ini cocok dibaca sembari dengar lagu sedih.

Sepertinya itu benar.

-Apollo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scripturam - HaikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang