Candle light dinner

64 2 0
                                    

Cahaya lilin redup-redup sendu. Sekarang ini tidak ada wajah lain yang mengganggu. Tidak pula gadget-gadget cerdas yang kadang terlalu kepo, yang terlalu sering mencampuri kehidupan rumah tangga kami. Tidak pula suara ribut anak-anak yang sudah 7 tahun kami tunggu namun belum juga berkunjung.

Hanya aku dan kamu.

Didepan sudah terhidang makanan oriental, dengan bentuk yang tak pernah kami lihat. Yakin rasanya juga sama. Sama-sama suasana Baru.

Kadang ini yang perlu dilakukan oleh tiap pasangan. Melepas segala kesibukan. Berdua saja. Bahkan cahayapun dibatasi. Cukup lilin kecil ini sebagai perantara.

***

"Kamu tidak makan?" Tiba-tiba Reza berbicara.

"Eh.. hmmm hmmm..." Dea terkaget. Nada suara Reza tidak sesuai dengan Candle Light Dinner, terlalu renyah seperti gorengan tepi jalan.

Baju singlet dan kain sarung itu juga, sangat tidak layak untuk dinner mewah. Bahkan untuk sekedar makan baso gerobak Dea tak sudi.

"Kamu baca novel online lagi?" Reza melirik dari luar kamar.

"Martabak mesirnya ku habisin ya?" Reza berkata sambil lidahnya menjelajahi sisa daging disela-sela giginya.

"Noo.. no no no.. aku belum ada makan sejak jam 3 tadi."

"Yo wess.. Itu udah aku tinggalin dimeja makan ya." Reza berlalu, ada kerjaan yang perlu diselesaikan. Jelang akhir tahun memang selalu begitu, laporan sana sini.

"Bang... kok cuma Sepotooongg???"  Dea histeris.

"Bukannya kamu diet?" Tatapan Reza ke laptop, tanpa rasa bersalah.

"Sini biar kutemenin kamu makan."

Bleb.. tiba-tiba lampu padam.

"Ja'.. Lilin.. mana lilin..?"

DeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang