Satu Atap 1 | Insiden

127 11 2
                                    

Playlist : Heart attack acoustic .ver - Demi Lovato

.

   "Del! Temenin ke kamar mandi!" pinta Ayna terus-menerus pada Adel. Ia menarik lengan Adelia saat Adel sibuk menyerukan nama Mahesa-pacarnya-dengan suara lantang di acara class meeting kali ini.

  Gara-gara menghabiskan dua cup pop ice dingin rasa coklat, perut Ayna jadi kembung. Ia ingin cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, tapi merasa takut karena katanya, kamar mandi SMA Widjayakarta berpenghuni.

  "Adeeell!" Ayna menarik Adel lebih kuat. Gadis itu tertarik, namun menahan kakinya untuk tidak terseret.

   "MAHESA FIGHTING!! NANTI KALAU MENANG DAPAT SUN!" teriak Adel kencang, membuat Ayna menutup telinganya. Ayna merasa kesal karena Adel tak menanggapi panggilannya.

  Merasa sudah berada di ujung, Ayna segera berlari sendiri ke kamar mandi. Mendorong kerumunan yang memadati koridor menuju ke lapangan, melewati mereka menuju kamar mandi cewek di sudut sekolah paling belakang. Ayna tahu kamar mandinya jauh, tapi ia bisa menahan. Ayna sudah besar, dia tidak akan ngompol di celana.

  Gadis itu segera membuang hal yang sejak tadi membebaninya. Ia merasa lega setelahnya, kemudian keluar dari kamar mandi usai merapikan seragam dan memoles bibir yang kering dengan lipbalm semangka.

  Ia menemani kesendiriannya di kamar mandi dengan nyanyian—yang lebih terdengar seperti dengungan. Kamar mandi sekolahnya memang cukup angker, tapi karena Ayna sudah selesai buang air kecil, ia akan keluar dari tempat ini segera.

   Saat hendak melangkah keluar, langkahnya dihentikan karena segerombol laki-laki dengan seragam sekolah yang sama lewat di depan Ayna. Mereka sama-sama tampan, tinggi, berbahu lebar, dan memiliki tubuh proporsional. Siswa-siswa berbadan atlet seperti mereka, pasti berasal dari kelas 12 IPS-3. Kelasnya anak-anak berwajah jenius.

  "Kali ini lawan kita kelas mana?"

  "IPS-1."

   "Wuih. Kudu siap siaga nih."

   "Ruang ganti kosong 'kan?"

   "Kosong kapten!"

   Lima orang laki-laki yang kemungkinan besar akan bertanding sebagai wakil dari kelas IPS-3 itu tampak tak asing. Jodi, Daffa, Gibran, dan Elang, Ayna mengenal mereka semua. Tapi pandangannya tertuju pada satu sosok yang lain. Dimata Ayna, ia tampak lebih bercahaya dari temannya yang lain. Mata Ayna seakan enggan untuk beralih. Ia lantas mengikuti kelima laki-laki itu secara diam-diam.

  Mereka berbelok masuk ke ruang ganti untuk laki-laki. Yang terakhir masuk menutup pintunya rapat-rapat. Ayna sempat mendengus, namun ia tak kehabisan akal. Gadis berambut panjang bergelombang itu menarik kursi yang kebetulan ada di dekat pintu, ia naik ke atas kursi mengintip laki-laki yang sedang berganti pakaian dari jendela.

  Entah hal bodoh apa yang Ayna lakukan kali ini, yang jelas melihat cowok tinggi tadi membuatnya ketagihan.

  Mata Ayna melebar, ia berkedip berkali-kali. Mereka melepas seragamnya!

  Gila-gila!

  Kamu berdosa banget Aynara Pitaloka!

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang