Satu atap 3 | Mami dan Beijing

62 10 1
                                    

   Setelah lama menempuh perjalanan bus, Ayna sampai di rumahnya yang tampak minimalis. Rumah dengan gerbang kayu tinggi, dinding bercat putih di dominasi dengan warna abu-abu dan coklat muda. Ia melangkah masuk usai membuka gerbang kecil seukuran pintu. Ayna melepas sepatu dan menyimpannya di rak sepatu, kemudian membuka pintu.

  "Mami, Ayna pulang."

  Tidak ada sahutan apapun, rumah tampak sepi dan kosong. Padahal, mobil ibunya terparkir di garasi sebagai tanda jika Mami ada di rumah.

  "Mi!" Ayna yang takut terjadi sesuatu lantas berlari menuju dapur, saat tak menemukan Sandra—ibunya—disana, Ayna berlari lebih jauh menuju halaman belakang.

  Ia kemudian menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar ibunya. Gadis ini bernapas lega saat ia mendapati Sandra sedang beberes memasukkan baju ke koper di dalam kamar.

  Tunggu, memasukkan baju ke dalam koper?

  "Mami mau kemana? Ngapain kemas-kemas?" tanya Ayna. Dahinya berkerut heran.

  "Eh, anak Mami! Kapan sampai sayang?" Sandra berdiri, berjalan ke arah Ayna dan menarik gadis itu masuk ke dalam sedangkan pikiran Ayna masih dipenuhi oleh pertanyaan.

   "Mi, ini kok kopernya penuh banget--" Mata Ayna mengedar ke arah lain, ia melihat dua koper besar dan satu tas sudah berdiri dan tampak penuh. Ayna semakin bingung. "--kopernya banyak banget, Mami mau ngapain?!"

   Sandra hanya tersenyum melihat putri semata wayangnya mengoceh khawatir.

  "Mi, Ayna gak mau Mami jauh-jauh dari Ayna. Mami gak boleh pergi dari rumah! Kalau ada masalah, Mami harus selesaikan dengan baik-baik! Papa ngapain Mami? Papa pasti jahat sama Mami? Iya kan, Mi? Jawab Ayna, Mi!"

   "Hush. Drama. Orang Papamu dinas di Jawa timur kok kamu ribut kayak gini," Sandra menyentil hidung Ayna pelan.

  Ah benar, Andres--ayahnya--sudah berangkat dinas tadi pagi ke Jawa timur tepatnya di Blitar. Ayna lupa. Ini efek karena Ayna sering nonton sinetron Indosiar jika sedang ingin tertawa.

   "T-terus, koper-koper ini buat apa?" tanya Ayna.

   "Ayna, besok kan kamu udah mulai libur, nah hari Rabu minggu ini, Mami harus ke Beijing. Ada keperluan perusahaan yang harus di urus disana. Mami bakal lama, lama banget. Sekitar tiga bulan di Beijing."

  Bahu Ayna melemas. Gadis itu tampak sedih karena tahu akan di tinggal lama oleh ibunya. Kalau Andres ada di rumah, Ayna tidak akan menangis. Mungkin.

   "Nanti kalau lampunya mati, Ayna benerinnya gimana?" Mata Ayna berkaca-kaca.

   "Nanti Ayna kelaparan gimana? Ayna kan cuma bisa masak mie instan sama masak air,"

   "Masa Mami tega ninggalin, Ayna?!" tangis gadis itu pecah. Tiga bulan itu tidak sebentar!

   "Hemat air mata kamu, karena Mami masih punya satu kabar baik lagi." Sandra mengusap pipi Ayna. Gadis itu diam sejenak, mendengarkan betul-betul apa yang akan Sandra ucapkan.

   "Papa kamu juga langsung nyusul Mami ke Beijing kalau dinasnya di Jatim selesai!"

  Ayna kembali menangis kencang seperti bayi. Gadis itu menendang koper ibunya karena kesal. Merasa diperlakukan tidak adil. Kabar baik apanya?!

  "Cup. Cup. Udah gede, malu sama badan," ujar Sandra. Ia menepuk lengan Ayna.

  "Mami gak khawatir kalau Ayna sendirian di rumah? Mi, di berita-berita tv anak cewek yang di rumah sendiri banyak kenapa-napa," ujar Ayna. Tangisnya sudah usai, namun matanya masih memerah dan ia sesenggukan.

   "Nah, kalau itu Mami udah siapin sesuatu juga buat kamu," ujar Sandra. Wanita itu melangkah keluar, tiba-tiba saat masuk, tangan Mami menarik satu koper berwarna abu-abu masuk ke dalam kamarnya.

   "Koperku kenapa dibawa masuk, Mi?!" Ayna berdiri, meraih kopernya. Ia membuka koper itu, di dalamnya sudah lengkap baju dan semua keperluan Ayna. Gadis itu tersenyum, jangan-jangan...

   "Aku ikut, Mi?! UHUYYY!!!" Ayna berdiri, melompat-lompat di atas karpet, bergoyang dan bersorak ria. "Mami gak perlu prank kayak gini deh, Ayna tuh udah tau."

  Gadis itu memeluk ibunya erat sebelum kembali berjoget ria.

   "Siapa yang bilang kamu ikut?" Sandra melipat tangan di depan dada.

  "Lah?" Ayna berhenti berjoget.

  "Aynara putri Mami yang cantik, kamu harus sekolah. Kamu mau gak naik kelas gara-gara ikut Mami ke Beijing selama tiga bulan?"

   "Terus, Ayna gimana? Beberan di rumah? Terus koper ini buat apa? Mau Mami bawa juga?" Pertanyaan beruntun terlontar dari bibir Ayna.

   Sandra menggeleng, kemudian berucap, "kamu bakal Mami titipin di rumah sahabat Mami."

   Ayna jatuh terduduk, tapi ibunya masih sempat tersenyum.

  "Aynara, Mami gak tega ninggalin kamu sendirian. Nanti kamu tinggal di rumah Tante Maresha, dia sahabat Mami waktu SMA, jadi kamu bakal baik-baik aja. Oke? Barang yang kamu bawa di koper ini cuma yang kamu butuhkan banget, nanti kalau kamu mau bawa yang lain boleh, tapi jangan banyak-banyak." Sandra memandang putrinya, ia tahu kalau Ayna bukan tipikal gadis yang mau di berada di rumah sendiri. Sebenarnya Sandra sadar meninggalkan putrinya selama tiga bulan itu tak sebentar, tapi perusahaan orang tua Sandra sedang membutuhkan dirinya.

   "Mami, Ayna gak mau," ujar gadis itu sambil menggelengkan kepala.

    "Sebentar aja, mau ya?"

•••

    "Kenapa gak kerumah gue aja sih, Ay ?" tanya Adel sambil meneguk milkshake strawberry.

   Mereka berdua tengah berada di kafe milenial yang berada di pusat kota. Ayna sengaja mengajak Adel kesini untuk menenangkan kekesalannya pada Mami juga untuk menghilangkan kebosanan di hari pertama libur panjang usai ujian semester.

   "Mau gue juga gitu, Del. Tapi lo tau sendiri kan Mami itu kayak gimana. Kalau udah fiks, ya fiks. Gak bisa di ganggu gugat. Pokoknya itu, titik," ujar Ayna. Ia mengambil kentang goreng dan memasukkannya ke dalam mulut.

    Adel menghela napas. "Gak pa-pa, lagian temen nyokap lo juga pasti baik 'kan?"

   Ayna mengangguk. Tidak ada cara lain selain Ayna harus menurut. Kalau Ayna dititipkan pada saudaranya, ia juga harus pindah sekolah atau ia tak akan pindah, tapi Ayna tak naik kelas. Ya karena saudara sekeluarganya tinggal di luar kota. Pokoknya Sandra itu tidak bisa di tolak dan tidak menerima kata penolakan.

  Mirip badboy novel saja. Ck. Ayna pusing.

  "Terus, lo pindah kapan?" tanya Adel.

  "Besok pagi," ujar Ayna.

  Ia akan bersiap. Menyiapkan mental dan fisik untuk tinggal di rumah teman Mami. Ayna tidak kenal siapa teman Mami, Ayna jadi gugup. Oke, sesekali Ayna harus mencoba hidup tanpa Mami.

   Bisa? Tentu enggak.

   Tapi, coba lihat nanti.

-

buset Mami Sandra lama banget ke china. Nyamperin keluarganya chenle kali ya.

 

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang