Pertemuan

159 24 1
                                    

Pernahkah kau jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Indah? Sakit? Bahagia? Menyenangkan? Atau justru hanya membuat luka? Coba ceritakan sedikit tentang rasa yang pernah kau terima siapa tau rasa kita sama. 😅




***





Lalisa berjalan menyusuri lorong koridor dengan gitar yang ia gendong di punggungnya. Waktu baru menunjukkan pukul 06.20 pagi dan Lisa sudah berada di sekolah saat ini.

Di tengah perjalanannya menuju ruang kelas, tiba-tiba saja atensi Lisa tertuju pada sebuah ruangan yang jarang dikunjungi oleh penghuni sekolahnya. Disana, di ruangan itu Lisa mendengar suara yang asing di telinganya.

"Ple-ase... kumohon lepaskan aku..." mohon seseorang dari dalam ruangan tersebut.

Tak berselang lama terdengar suara tawa seorang lelaki dari dalam sana. Lisa yang berjarak dua langkah dari ruangan itu pun semakin mendekat.

"Hahaha... kau takkan kulepaskan kali ini... dasar gadis sombong!" Sarkas suara bariton dari dalam sana.

Lisa mengerutkan alisnya mendengar percakapan sekilas yang baru saja masuk ke telinganya.

"Kumohon lepaskan aku, Nooo..." mohon gadis itu diiringi isakan kecil dari bibirnya.

"Memohonlah terus, karena disini takkan ada orang yang mendengarnya b*tch!" Ejek Sang lelaki.

Isakan itu semakin jelas terdengar oleh Lalisa, tanpa pikir panjang gadis jangkung itu langsung menendang pintu bercat cokelat di hadapannya saat ini.

Dentuman keras terdengar seraya terbukanya pintu itu, kedua orang itu langsung menoleh ke arah pintu di depan sana Lisa menatap datar sembari memegang tas gitar yang berada di bahu kanannya. Ia lalu berjalan mendekat ke arah lelaki yang tengah menjambak rambut gadis yang berada di hadapannya.

Tanpa mengubah posisinya, Si lelaki tersenyum mengejek ke arah Lisa.
"Mau apa kau?" Tanyanya datar.

"Sedang apa kau?" Tanya Lisa balik.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Lalisa." Ujar lelaki itu dengan tatapan tajamnya menatap Lisa.

"Lepaskan dia," ujar Lisa dingin tanpa berniat menanggapi Mino.

"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan Lisa. Pergilah, tak usah ikut campur urusanku." Usir lelaki itu.

Lisa mendecih, menarik sudut bibirnya ke atas. Senyuman devil tercetak di wajahnya, "lepaskan dia atau kau berurusan denganku, Mino." Ancamnya pada sosok lelaki di depannya saat ini.

"Hahaha, tak usah sok jadi jagoan kau. Lebih baik pergi sebelum kesabaranku habis." Usir Mino.

Lalisa berbalik memunggungi kedua sejoli itu, tanpa sepatah katapun ia melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu. Tawa mengejek terdengar dari bibir Mino merasa bahwa dirinya telah menang saat ini.

"Lihatlah, dia itu pengecut. Baru digertak seperti itu saja sudah ketakutan." Ejek Mino dengan bangga.

Lima menit berlalu, Lisa kembali ke ruangan dimana terdapat Mino dan seorang gadis yang saat ini tengah dicium paksa oleh lelaki itu sedangkan kedua tangan Si gadis diikat pada kursi yang saat ini tengah ia duduki.

Tanpa Mino sadari, kini Lisa sudah berada tepat di belakangnya. Tak ingin membuang waktu, Lisa langsung memukul tengkuk Mino menggunakan sikunya membuat lelaki itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Brengs*k!!!" Maki Mino yang saat ini sudah berdiri di depan Lisa dengan tatapan membunuh.

"Majulah..." tantang Lisa yang sudah memasang kuda-kuda.

"Dengan senang hati," Mino berjalan mendekat ke arah Lisa sembari menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan melakukan pemanasan singkat.

Bugh... bugh... bugh...

Perkelahian sengit terjadi di antara mereka berdua. Kedua orang itu sama-sama memiliki kekuatan yang seimbang. Hingga sampai saat ini belum ada salah satu dari mereka yang jatuh tersungkur.

Gadis yang tengah terikat di kursi tak bisa berkutik sedikit pun untuk melerai perkelahian diantara Lisa dan Mino, ia hanya bisa menjadi penonton perkelahian itu dengan wajah yang terkadang meringis saat keduanya saling melayangkan pukulan, bahkan terkadang ia memejamkan matanya saat menyaksikan betapa kerasnya pukulan yang dilayangkan keduanya hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring di ruangan yang hanya ada mereka bertiga itu.

Saat Lisa hendak memukul wajah Mino, tiba-tiba saja sebuah teriakan menghentikan aksinya.

"Hentikan!!!" Teriak seorang gadis dari arah pintu. Sontak membuat Mino dan juga Lisa menoleh ke sumber suara. Disana, berdiri seorang gadis cantik berwajah imut tengah menatap tajam ke arah dua orang yang saat ini tengah berkelahi.

Lisa melirik sejenak ke arah gadis itu lalu menoleh ke arah Mino, melihat lawannya lengah dengan segera Lalisa melakukan kuncian membuat Mino tak bisa berkutik lagi.

"Hei Lalisa, hentikan!!!" Teriak gadis itu khawatir menatap Mino.

"Dia sudah kurang ajar mana mungkin aku melepaskannya." Ucap Lisa datar sedangkan Mino, ia saat ini tengah meringis menahan sakit di lengannya karena Lisa masih mengunci kedua tangannya.

Gadis itu berjalan ke arah Lisa lalu memukul kepala Lisa pelan.
"Kau bisa membuatnya cidera bodoh!" Omelnya. Lisa mengaduh kesakitan akibat ulahnya barusan.

Tanpa menjawab ucapan gadis di depannya, Lisa langsung melepaskan Mino, ia lalu melangkah mendekati gadis yang masih terikat di kursi yang saat ini tengah menatapnya sendu.

"Tak perlu takut," ucap Lisa singkat.

Gadis itu mengangguk dengan ragu ia menatap ke arah Lisa yang masih sibuk membuka ikatan di tangannya.

"Siapa namamu?" Tanyanya pelan.

"Lisa, kau?"

"Aku Jennie. Terimakasih telah membantuku," ucap Jennie tulus diiringi senyum gummy smile-nya.

Lisa yang tak sengaja melihat senyum manis Jennie mendadak terdiam di tempatnya, terpaku akan kecantikan sosok gadis yang baru saja ia tolong itu. Namun detik berikutnya ia kembali memasang wajah datarnya kembali.

"Tak usah berurusan dengan Mino lagi." Celetuk Lisa yang telah selesai membuka ikatan tali di tangan Jennie.

Jennie mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya. Sedangkan Mino ia sudah dibawa pergi oleh gadis yang tak lain adalah Jisoo, kekasihnya.

Lisa yang sedari tadi membungkuk, kini menegakkan badannya lagi. Ia mengulurkan tangan kanannya tepat di depan wajah Jennie. Gadis itu mendongak menatap bingung uluran tangan Lisa.

"Ayo biar ku obati lukamu itu." Terang Lisa yang mengetahui tatapan bingung Jennie.

Jennie kembali tersenyum seraya meraih uluran tangan Lisa, mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang UKS untuk mengobati luka Jennie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang