Kakinya bergetar lemas saat membaca sebuah undangan pernikahan sebuah nama yang masih melekat di pikirannya. Namun ia berusaha tetap menyunggingkan senyuman di depan teman-teman yang sepertinya ingin mengetahui reaksi Sella setelah membaca lembaran itu.
"Alhamdulillah ya.." Ucapnya.
Helaan nafas tak rela dari mereka terdengar di telinga Sella. Bukan ucapan syukur yang ingin mereka dengar, karena mereka tahu bagaimana hati Sella amat mengaitkan erat nama laki-laki yang tertera dalam undangan berwarna putih emas itu.
Sahabat-sahabat Sella tahu bila Sella sedang tidak baik-baik saja, meski beberapa kali sudah ia ucapkan bahwa ia sudah melupakannya terlampau jauh.
"Sabar ya Sel, ikhlasin" Ucap Deva sahabat yang berada di sisi kiri Sella menenangi.
"Jangan sok tegar, Sel. Luapkan aja kalo mau nangis" Ejek Rizal.
"I'm fine guys. Kan gue udah bilang gue udah move on." Balas Sella dengan senyuman yang ia tunjukan teramat manis.
"Terus mau dateng ngga kesana?" Tanya Rifka.
Sella terdiam. Kemudian menghela nafas seraya berpikir. Menghadiri suatu undangan adalah hal wajib yang harus dilakukan, namun apakah ia sanggup melangkahkan kakinya kesana."Bukan karena aku iri melihatnya, tetapi ada hal lain yang aku rasakan. Aku takut mengecewakan Angga, kekasihku. Apalagi jika Angga mendengar guyonan dari sahabat-sahabatku mengenai masa laluku." Pikirnya.
"Eh kok diem sih, Sel?" Celetuk Indah menyadarkan lamunan Sella.
"Gue tunggu Angga ya, kalo dia bisa temenin gue. InsyaAllah gue dateng." Jawabnya.
"Dateng aja dong, Sel. Biar seru. Lo tunjukin setelah dia, lo bisa bahagia." Usul Indah sambil sibuk menyuapi anak lelakinya yang berusia 1 tahun.
"Makanya nyusul Sel buruan, bilangin Angga jangan kelamaan." Tambah Rifka.
Sella kembali tersenyum sesekali mengangguk.
"Ngga ada alasan juga Sella harus galau, dia udah punya pacar, ngga perlu lah Sella galau." Ujar Deva menangani situasi yang mulai pelik.
"Nah betul." Sahut Sella dengan cepat. "Lagi juga menikah kan bukan perlombaan, kalo Allah berkehendak, pasti jalannya dimudahkan. Kalo saat ini belum ya sabar, banyak berdoa."
"Dulu waktu kita masih kuliah, nggak ada yang menyangka kan kalo Indah akan nikah lebih dulu? Dan sekarang Rendy pun bakal nyusul Indah nikah juga. Padahal yang keliatan jodohnya udah deket si Anggun." Papar Deva dengan baik membantu Sella menjelaskan.
"Iya ya, nggak nyangka juga gue." Ucap Rifka.
"Terus lo sendiri kapan? Jomblo mulu ngga bosen?" Tanya Rizal pada Rifka.
"Ya ampun santai aja sih, kalo gue udah ada calon juga langsung bergegas." Sahut Rifka.
Mereka tertawa bersama, mengenang masa-masa indah pada saat masih kuliah. Waktu terasa begitu cepat. Banyak perubahan yang mereka jalani selama ini.
Sayang, Rendy dan Anggun tak dapat berkumpul seperti biasa.
Rendy tengah sibuk mengurus acara pernikahannya minggu depan, sedangkan Anggun sedang tak nyaman harus kembali berkumpul lengkap dengan sahabat yang berjumlah 6 orang itu akibat beberapa masalah dalam persahabatan mereka tempo lalu yang memang agak rumit.
"Tapi kalian merasa nggak sih kalo Anggun yang saat ini paling galau? Udah ditinggal Rendy, ditinggal nikah juga sama Fahmi." Sambung Indah yang kemudian di angguki oleh Rifka.
"Itu lah akibatnya kalo suka merebut gebetan orang." Sahut Rifka menambahi.
"Jangan gitu ah Rif, dia kan temen lo juga." Ujar Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun's Romance 2
RomanceSebuah akhir dari kisah perjalanan pencarian cinta sang matahari yang akhirnya berlabuh. Bukan dengan perempuan yang selama ini menaruh hati padanya, tetapi dia. Perempuan yang baru dikenalnya beberapa bulan di tempat kerja. Sella harus mengikhlaska...