Seperti yang selalu Jenny lakukan, setiap pagi ia harus memasak dan melakukan pekerjaan lainnya. Ia menyapu, mengepel dan mencuci pakaian ibu tirinya secara rutin.
Hari ini melakukan ia kesalahan sepele yang menurut ibu tirinya itu hal besar. Jenny menumpahkan sedikit teh ke baju ibu tirinya. Sontak ibu tirinya berteriak, “Owwh No. Jennyyyy…”.
Jenny sangat merasa bersalah. “I’m so sorry, Mom. I didn’t mean it”.
Seperti biasa, ibu tirinya galak dan memarahinya. Sebagai balasannya, ibu tirinya menjambak rambutnya dan menariknya.
Jenny memegangi tangan ibunya berusaha melepaskannya dari rambutnya. Ia hanya bisa mengeluh dan meminta ampunannya.
Tetapi ibu tirinya masih lancar dengan ocehannya.
Knokk.
Bunyi knop pintu dari ruang tamu dan terbuka. Jessica yang masuk. Ia hanya terdiam sejenak melihat adiknya yang sedang disiksa oleh ibu tirinya. Lalu Jessica melanjutkan langkahnya menuju kamarnya tanpa komentar sedikitpun.
Ibu tirinya melanjutkan omelannya. Dan Jenny kembali pada rasa sakit yang harus membuatnya menangis.
Namun beberapa saat kemudia, tiba-tiba Jessica keluar kamar dan berjalan kasar menghampiri Jenny yang tak berdaya itu.
Jessica menarik tangan ibu tirinya dan
Plaakkk…
Satu tamparannya melayang di pipi ibu tirinya. Tatapan benci dari mata ibu tirinya tak dihiraukan oleh Jessica. Tanpa sepatah kata ia langsung meninggalkan kedua perempuan itu yang penuh keheranan.
Jessica meninggalkan rumah lagi. Ia menghempas pintu dengan sangat keras dan membiarkan adiknya bersama perempuan itu lagi.
Ibu tirinya melihat Jenny dengan tatapan kesal, lalu pergi.
Hanya Jenny-lah yang bertahan di rumah itu. Kedua kakaknya entah ke mana, tidur di mana, makan apa, Jenny tidak pernah sempat menanyakan hal itu pada mereka.
Ketiga saudari itu jadi sangat jarang berkomunikasi satu sama lain, meskipun itu hanya mengucapkan good morning atau semacamnya.
Jenny menunduk dengan kedua tangan menutupi kepalanya. Ia hanya bisa menangisi nasibnya yang sangat pilu. Selain kehilangan kedua orang tuanya, kedua saudarinya juga tidak pernah memperdulikannya lagi. Ia sangat merasa sendiri. Jenny harus melewati hari-harinya tanpa rasa tenang sedikitpun.
Seandainya waktu bisa diputar kembali, ia sangat ingin seperti dulu lagi. Ia merindukan ibunya, ayahnya, ia juga rindu bermain dengan kedua saudarinya, Jessica dan Julia.
Air matanya membasahi meja belajarnya. Lalu ia teringat dengan teman kecilnya yang ia temui malam itu. Ia menegakkan punggung. Bersiap diri untuk memanggil makhluk kecil yang pernah hadir sebelumnya
“Uppie...”
Ia segera menjetikkan jarinya dan memanggil-manggil nama Uppie.Tidak lama kemudian, makhluk kecil itu muncul di hadapannya.
“Uh..uh..”
Dia berputar-putar dengan cahayanya yang mulai mereda perlahan.
“Uppie…”
Jenny tersenyum melihat teman kecilnya hadir lagi.“Hi, Jenny!” Uppie juga tersenyum pada Jenny. Namun, ia melihat bekas air mata di pipi temannya itu.
“what's going on? Are you sad?" tanya Uppie.
Jenny mengangguk. Ia menceritakan kejadian yang menimpanya hari ini. Ia juga mengatakan kerinduannya pada orang tua dan saudari-saudarinya.
Uppie mendekat pada wajah Jenny dan mengusap air matanya. Tangan kecilnya itu meraba wajah Jenny dengan pelan.
Mendadak Jenny mendongak, “Uppie, bawalah aku ke alammu. Sebentar saja. Izinkan aku ikut denganmu”. Uppie mengedipkan matanya. Kepala atau tubuhnya bergerak miring ke kanan dan ke kiri. Menelaah kepastian.
“are you sure?”. Jenny mengangguk keras tanda yakin. Mereka saling memandang satu sama lain. Dan akhirnya,
“Alright. I’m gonna take you to my home. But, remember, you have to be right here before the sunset. Okay?” tukasnya.
Jenny mengangkat jari kelingkingnya, tanda janji mengikuti apa yang diucapkan oleh Uppie. Dan Uppie membalasnya dengan semua isi jari di tangan kanannya.
“Hold my hands tightly!” Jenny menggenggam tangan Uppie yang mungil itu. Tubuh mereka serasa berputar kencang hingga Jenny harus menutup matanya. Semakin kencang dan kencang. Dan hilang-lah mereka berdua dari kamar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rn't You? (On Going)
Fantasy"Yeah. Kau tahu, aku tercipta untuk menyelamatkan manusia di bumi dari mimpi buruk dengan melawan para Folderine itu". Jenny mengangkat sebelah alisnya. "Folderine?". Cerita ini asli hasil pemikiran author yang diturunkan oleh Allah SWT berupa tulis...