Promise

4 1 0
                                        

Makhluk Foulderine yang mengaku sebagai ayahnya itu tersenyum pada Jenny.

“Ayah tahu kamu pasti tidak percaya bahwa aku ayahmu. Ayah akan menceritakan semuanya, Nak.”

Mereka benar-benar bisa baca pikiranku.

Sebelum ayahnya memulai cerita, tiba-tiba datang seekor burung elang di antara keduanya. Saat ia mendarat dan seketika berubah wujud menjadi manusia yang bersosok seperti ibu Jenny.

Lagi-lagi Jenny dibuat kaget oleh peristiwa itu. Pertanyaan dan keheranan dipikirannya kini bertambah lagi.

“Ibu?” Sosok ibu itu mendekati Jenny dan memeluknya. Jenny hanya terpaku keheranan.

“Oh, Dear. I wish you forgive me” ucap ibunya dengan meneteskan air mata di bahu Jenny. Ketulusan dan kasih sayang sangat dirasa oleh Jenny.

Tapi benarkah ia ibuku?

Perempuan itu melepas pelukannya dan berkata, “Jenny, ingatkah kau dengan ini?” ia merubah wujud menjadi makhluk mungil yang pernah ia temui di mimpinya.

Uppie.

Jenny terlihat sangat kebingungan. Dan itu sangat jelas dari raut mukanya yang hanya bisa geleng-geleng tidak percaya.

“Ya, selama ini ibumu telah menjadi pasukan Slourine yang kau kenal dengan Uppie, Jenny” jawab ayahnya.

“I don’t understand this at all. Bukankah Foulderine dan Slourine itu bermusuhan? lalu, bagaimana ayah dan ibu bisa menjadi seperti ini?” sang ibu hanya tersenyum dan ayah terkekeh dengan pertanyaan yang muncul dari anak bungsunya itu.

“Ibumu meninggal saat berusaha menyelamatkan seseorang yang hendak tenggelam di danau. Tapi sebetulnya ibumu tidak meninggal. Saat itu, Slourine datang menyelamatkan roh ibumu karena ibumu rela mati demi menolong orang lain. Karena kebaikan itulah yang membuat ibumu menjadi Slourine”, ujar Ayah Jenny dengan jelas.

“Lalu dengan Ayah?”

“Jenny,bertahun-tahun ayah menderita . Ditinggalkan oleh ibumu serasa membunuh Ayah secara perlahan. Ayah tidak berdaya. Meski ayah sudah menikahi wanita lain, itu hanya karena Ayah ingin ada yang mengurusmu, Jessica dan Julia. Ayah tidak pernah merasa bahagia. Hingga Ayah harus didatangi oleh para Foulderine yang mendengar penderitaan Ayah”

Jenny sangat menyimak cerita dari Ayahnya.

“Untung saja ibumu datang menyelamatkan Ayah. Meski separuh dari ayah adalah Foulderine, tapi hati nurani Ayah masih layaknya manusia” lanjutnya.

Jadi, Foulderine benar-benar jahat? pikir Jenny.

“Ayah, bagaimana kita bisa membunuh para Foulderine jahat itu?” tanya Jenny.

Ayah menatapnya, lalu menjawab, “Seluruh Foulderine akan musnah dengan sendirinya bila semua manusia bahagia. Hanya saja, tidak mudah membuat semua manusia untuk bisa bahagia.” jelasnya

"Dan ibumu, kini ia bertugas untuk memberikan mimpi-mimpi Indah pada manusia yang sedang bersedih" tambahnya.

Jenny mencoba memahami maksud ayahnya. "Tapi kenapa hanya di mimpi? Bukankah mereka akan sedih lagi saat terbangun? Dan bukankah itu akan semakin menyakitkan mereka bahwa kebahagiaan mereka hanya ada dalam mimpi? Bukan nyata" protes Jenny yang sedikit tidak terima.

Ibunya mengusap pipi mulus Jenny dengan sangat halus penuh kasih. "Sayang. Ibu hanya bisa membantu mereka memberi harapan bahwa kita semua bisa bahagia. Sisanya tergantung mereka sendiri yang bisa kuat atau tidaknya mewujudkan kebahagiaan itu" tutur sang ibu.

"Betul kata ibumu, nak. Slourine bukanlah pemberi kebahagiaan, mereka hanya bisa memberi harapan. Karena dengan itu, ibumu menyemangati manusia yang bersedih itu untuk bangkit, melawan kesedihannya, dan berusaha memperbaiki kehidupannya sendiri."

"Karena manusia yang kuat adalah mereka yang bisa menghilangkan rasa sedihnya sendiri. Sama sepertimu, Jenny. Kamu bisa menjadi kuat dengan sendirinya bila kamu bisa menepiskan kesedihanmu sendiri"

Jenny menyadari hal itu. Selama ini ia hanya pasrah disiksa dan diperlakukan buruk oleh ibu tirinya. Ia lupa bahwa kakaknya, Jessica, bisa melawan ibu tirinya bahkan menamparnya, tapi kenapa ia tidak bisa?

Akhirnya Jenny menghelakan nafasnya dalam-dalam.

"Ayah, Ibu, Jenny janji, Jenny akan menjadi kuat. Dan Jenny akan membantu orang-orang di sekitar Jenny untuk bisa bangkit dari kesedihannya" tegas Jenny. Dan itu membuat Ayah dan Ibunya tersenyum bangga padanya.

Ibu memeluknya seraya mengusap-usap punggung Jenny, seperti memberi semangat pada putrinya itu.

"Thank God, thanks, dear. I'm sure you will be the one" ucap ibunya dengan senyuman penuh syukur. Begitu pun ayahnya.

Rn't You? (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang