Ramai-ramai anak desa bukuh karet menyusuri jalan yang lebarnya tak lebih dari setengah meter, sehabis belajar ngaji di tempat ustad Muryan. Suara jangkrik menyapa kaki-kaki mungil yang terus melewati pinggiran petak sawah, senda gurau yang mengiringi langkah mereka penuh keceriaan. Hari beranjak gelap, semilir angin sawah membelai pucuk daun padi yang masih hijau, obor yang menjadi sumber penerangan jalan meliuk-meliuk tertiup angin.
Yuli yang berada paling belakang diantara teman lainnya terus melangkah, karena jalan setapak yang mereka lewati tidak memungkinkan untuk jalan berdampingan, hingga sampailah mereka di pertigaan jalan yang terdapat pohon tua yang konon kata warga desa setempat ada "penunggu" nya.
'Meong,meong,meong...' lamat-lamat Yuli mendengar suara kucing dari arah pohon tua tersebut. Karena tempatnya yang begitu gelap Yuli tidak dapat melihat dengan jelas apakah benar yang dia dengar barusan adalah suara kucing atau hanya perasaannya saja, mengingat kejadian yang tidak masuk akal sore tadi membuat nyali Yuli sedikit menciut.
"Teman-teman, kalian dengar tidak? Ada suara kucing dari arah sana" Yuli berkata pada teman-temannya sembari menunjuk ke arah pohon tua di sampingnya.
"Aku gak denger suara apa-apa Yul, kalian ada yang denger gak?" Mia menjawab, lalu menanyakan kembali pada teman lainnya, siapa tau memang hanya telinganya saja yang bermasalah.
"Iya Yul, aku juga gak denger nih" sahut Akbar yang berapa paling depan. Teman-teman Yuli yang lain juga menggelengkan kepalanya tanda bahwa mereka tidak mendengar suara seperti yang Yuli sebutkan.
Yuli semakin di buat penasaran karena suara kucing yang dia dengar masih saja mengaung ditelinganya, tapi untuk menghampiri pohon tua tersebut Yuli tidak mempunyai cukup keberanian, jika saja ini masih siang bolong tentu Yuli akan segera mendekati pohon tua itu.
Namun tiba-tiba timbul ide di kepalanya agar dia berani untuk ke sana."Hei teman-teman, aku boleh minta tolong gak? Temani aku ke pohon tua itu untuk melihat suara kucing yang aku dengar, siapa tau memang perlu pertolongan" Yuli berkata pada temannya dengan memasang mimik wajah meyakinkan.
Hening sejenak, tidak ada salah satu dari temannya yang menyanggupi untuk menemani Yuli ke bawah pohon tua tersebut.
"Memangnya kamu yakin kalau denger suara kucing disana? Soalnya disana itu gelap sekali, aku gak berani Yul" ucap Mia mengutarakan isi hatinya.
"Iya aku yakin denger suara kucing dari sana, ayolah kita kan bisa bersama-sama" tukas Yuli meyakinkan temannya.
"Yasudah kita sama-sama kesana, supaya gak takut" jelas Akbar memberikan pendapat.
"Sebelumnya kita baca do'a dulu supaya Allah senantiasa melindungi kita, lalu kita nyalakan semua obor yang kita punya supaya jalannya semakin terang" jelas Yuli pada teman-temannya.
Akhirnya sekumpulan anak-anak itu menuju ke arah pohon tua, setelah sebelumnya mereka bersama-sama membaca do'a untuk meminta perlindungan kepada Allah dari hal yang tidak di inginkan, serta menyalakan lebih banyak obor untuk mengurangi rasa takut yang mereka rasakan.
Jarak dari jalan sekitar lima meter menuju pohon tua.
Mereka telah sampai tepat di bawah pohon tersebut, semuanya mencari sumber suara kalau-kalau benar ada kucing yang sedang butuh pertolongan. Sembari terus melafaskan ayat Al-Qur'an.
"Aaaaaaa!!!" teriak salah satu dari mereka yang bernama Mona, nafasnya ngos-ngosan setelah melihat sesuatu yang membuat jantungnya terasa ingin melompat keluar.
Buru-buru temannya menghampiri mona, lalu menanyakan gerangan apa yang menyebabkan Mona berteriak histeris.
"Ada apa mon? Kamu lihat apa?" tanya Yuli pada Mona yang masih memegangi dadanya karena shock.
"Di-disitu ak-aku lihat ada cahaya seperti mata, aku takut aku mau pulang sajaa" rengek Mona yang menjelaskan dengan terbata-bata karena rasa takutnya.
"Kamu istighfar dulu Mon, tenangin diri dulu, atur nafas, kita harus tau apa yang kamu lihat disana" jelas Yuli sembari menenangkan Mona.
"Terserah kalian, pokoknya setelah ini kita pulang aku gak mau nanti ketemu hantu" Mona menjawab dengan kesal, sembari mengatur nafasnya yang masih tersendat.
"Yasudah ayo kita rame-rame kesana, siapa tau Mona salah lihat" teriak Akbar pada teman-temannya.
Mereka akhirnya menuju ke tempat dimana Mona tadi berteriak ketakutan, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
'Krusuk,krusuk' terdengar suara dari arah sebelah kanan Yuli, dia menoleh ke arah sumber suara lalu mencoba meneranginya dengan menggunakan obor.
"Astaghfirullah!!" ucap Yuli sedikit berteriak karena kaget.
Teman-teman yang mendengar suara Yuli buru-buru menghampirinya.
"Kenapa kamu teriak Yul? Kamu lihat sesuatu?" tanya salah satu temannya.
"Ituu" Yuli menunjuk ke arah yang dimaksud. Teman-temannya mengikuti arah telunjuk Yuli.
Terlihat sosok berwarna hitam, dengan dua bola mata yang mengkilat sedang menatap tajam ke arah mereka, terdengar suara lirih dan pelan.
'Meong,meong' kucing berwarna hitam itu mengaduh karena tubuhnya terjepit diantara ranting pohon.
Sontak mereka menyingkirkan ranting pohon yang membelit tubuh si kucing, akhirnya si kucing terbebas dari jeratan ranting.
Yuli ingin menggendong kucing yang barusan dia tolong, tapi si kucing malah meronta-meronta lalu mencakar tangan Yuli.
Yuli yang merasa sakit karena cakaran lalu melepaskan kucing tersebut, tak lama si kucing berlari terbirit-terbirit meninggalkan Yuli dan teman-temannya."Kucing gak tau diri, ditolong bukannya terimakasih malah kabur" seloroh Akbar sembari mendengus kesal.
"Namanya juga hewan ya mana tau soal makasih" jawab Mia.
Yuli heran mengapa kucing tersebut sangat ketakutan melihatnya, atau jangan-jangan dia...? Melihat hantu.
Yuli bergidik lalu meninggalkan pohon tua tersebut bersama teman-temannya.
Dilain sisi pada salah satu cabang pohon yang paling besar, terdapat sosok hitam yang mengawasi mereka dengan seringai yang mengerikan, lalu menghilang bersamaan dengan sekumpulan anak-anak tersebut yang hilang di gelapnya malam.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
PENUNGGU POHON TUA
Horror"Hei nak, jangan bermain-main dibawah pohon itu nanti kamu gak bisa pulang baru tau rasa!" Tergopoh-gopoh seorang ibu yang usianya hampir setengah abad, memberi tahukan kepada bocah lelaki yang sedang bermain petak umpet di bawah pohon tua bersama d...