Kala itu di umurnya yang ke sepuluh tahun. Ibunya pulang bersama seorang anak yang bahkan tak dikenalnya. Jake sempat mengira jika anak itu adalah seorang perempuan, karena tampilannya di mana poni yang diikat ke atas, serta menggunakan pakaian yang terlihat imut, kaos pendek warna putih dengan celana pendek yang teramat sangat pendek berwarna merah muda dengan kaki yang dibalut kaos kaki merah muda pula yang sepanjang lutut, sementara sepatunya berwarna putih. Tetapi ketika meneliti lebih jauh anak itu bukan perempuan, melainkan anak lelaki hanya saja berwajah manis nan imut.
“Dia siapa, Bu?” Jake bertanya dengan penasaran pasalnya anak itu juga terus memeluk ibu Jake seakan ketakutan.
“Jake, dia ini namanya Kim Sunwoo, kamu bisa memanggilnya Sunoo. Mulai hari ini anggap saja Sunoo adikmu ya, Jake.” Kang Hyewoo yang merupakan ibu Jake menjelaskan dengan senang sambil memperkenalkan Sunoo yang kini dalam pelukannya.
Jake tidak ingin bertanya lebih jauh lagi hanya mengangguk saja lalu kembali ke dalam kamarnya, ia tak begitu peduli dengan apa yang dikatakan ibunya, setidaknya Sunoo tak merepotkan. Ia tidak akan menolak jika harus menganggap anak itu sebagai adiknya.
Hyewoo memegang pundak Sunoo, ia turut sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Sunoo. “Sunoo ganti pakaian mu, mandi terlebih dahulu lalu kita makan bersama.” Sunoo mengangguk pelan lalu berjalan ke arah yang telah ditunjuk Hyewoo—teman ibunya.
Ketika kepala keluarga Shim telah pulang dari bekerja, Hyewoo telah memanggil Jake dan juga Sunoo untuk makan bersama, Shim Jackson tentu saja senang dengan kedatangan Sunoo di dalam keluarga kecil mereka. Ia juga sangat tahu sebegitu dekat istrinya dengan Na Jarim yang merupakan ibu kandung Sunoo. Mendengar kabar keluarga mereka sedang dalam kesulitan tentu saja Hyewoo akan turut membantu begitupun sebaliknya.
“Anggap saja rumah sendiri, bersenang-senanglah. Kau bisa bermain bersama dengan Jake,” ucap Shim Jackson sambil mengelus pucuk rambut Sunoo.
Sunoo masih teramat malu, jadi ia hanya bisa mengangguk saja sebagai jawaban.
Sebagai anak yang penurut, Jake memang berniat untuk mengajak Sunoo bermain bersamanya tetapi mereka memiliki selera yang berbeda. Seharusnya sebagai sesama lelaki ia bisa saja mengajak Sunoo bermain mobil-mobilan atau pesawat terbang tetapi sepertinya Sunoo tidak tertarik dengan semua itu, dilihatnya justru Sunoo sedang melipat sebuah kain motif bunga pink dengan bentuk entah apa itu.
Jake tersenyum jahil, ia melemparkan mainan pesawat terbangnya sampai mengenai kaki Sunoo.
“Jangan mengangguku, Kak.” Sunoo memandang sebal sambil mengambil mainan pesawat terbang yang mengenai kakinya sampai memerah, maklum saja kulitnya itu sangat putih sehingga terbentur sedikit saja sudah langsung terlihat sangat merah.
“Lagian kau sedang bermain apa? Tidak seru sama sekali, lebih baik memainkan persawat terbang bersamaku. Ini lebih seru, atau mau main video game bersamaku?” Jake menghampiri Sunoo dan duduk di samping lelaki manis itu.
“Aku sedang membuat bando, lihat dipakai di kepala sangat lucu.” Dengan riang Sunoo menunjukkan bando yang tadi ia buat dengan kain yang ia lipat berbentuk pita besar, ia meletakkannya di atas kepalanya. Jake terdiam karena memang jujur saja Sunoo terlihat sangat lucu dan manis tapi ia hanya memandang datar anak lelaki di hadapannya tentu saja ia tidak bisa mengakuinya begitu saja.
“Apa bagusnya itu, lebih baik—” Jake merebut bando itu dan menaruhnya di dada Sunoo, dengan tertawa lebar ia menertawakan Sunoo. “Nah! Begini lebih baik, bra yang imut, bukan?”
“Kak Jake mesum!”
“Dari mana kau mengetahui kata mesum? Itu tidak baik, ya. Jangan gunakan kata itu untukku!”
Sunoo memberengut kesal, bibirnya mengerucut lucu. “Aku bukan anak kecil lagi, usiaku sudah sembilan tahun. Aku sudah tahu beberapa kata itu, kata mesum memang cocok untukmu.”
Jake menggelengkan kepala lalu beranjak, tapi Sunoo langsung menahan tangan Jake sambil memandang dengan tatapan bertanya, “Kak Jake mau ke mana? Tidak jadi mengajakku bermain?”
“Aku tidak mau bermain denganmu, kau menyebalkan. Lagipula aku tidak suka permainan yang kau mainkan, apa-apaan melipat-lipat seperti anak perempuan saja.”
Perkataan Jake membuat Sunoo menunduk sedih, tangannya yang memegang pergelangan tangan Jake pun juga sudah terlepas. “Kak Jake saja tidak mau bermain denganku, teman-temanku juga tidak ada yang mau bermain denganku bahkan ibu dan ayahku juga tidak suka denganku.”
Jake berbalik, ia melihat Sunoo bersedih. Wajah anak manis itu sudah memerah bahkan matanya telah berlinang air mata, Jake menggeleng tidak mengerti, mengapa Sunoo mudah sekali menangis? Padahal ia adalah anak lelaki. Karena tidak tega akhirnya Jake kembali duduk di samping Sunoo, ia mengusap air mata di pipi Sunoo. “Kau ini anak lelaki, jangan cengeng.”
“Memangnya kenapa kalau anak lelaki menangis? Apa lelaki juga tidak boleh menangis?”
“Bukan seperti itu. Lelaki juga boleh menangis, tapi lelaki itu harus kuat. Seorang lelaki itu harus dapat melindungi, jika nanti kau sudah menikah istrimu menangis apa kau akan ikut menangis juga?” Jake menjelaskan dengan sedikit bingung, lagipula hanya itu yang terlintas dalam benaknya.
“Kak Jake berpikir terlalu jauh, masih sangat lama untukku menikah.”
“Benar juga.” Jake tersenyum kaku, ia menggaruk tengkuknya meski tidak gatal sama sekali. “Pokoknya kau tidak boleh cengeng, karena jika kau menangis aku akan sedih melihatnya. Nanti juga bisa saja ibuku memarahiku karena membuatmu menangis. Kau tidak mau, ‘kan aku dimarahi ibu?”
“Tapi Kak Jake pantas dimarahi bibi Hyewoo.”
“Dasar kau ini, sangat menyebalkan. Untung kau manis jadi aku tidak bisa memarahimu.” Jake mengusak rambut Sunoo sampai berantakan membuat Sunoo kesal apalagi ketika tangan nakal Jake menarik-narik rambut yang diikatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vixiato | JakeNoo ✗
FanfictionViziato; bahasa italia yang artinya manja. Satu hal yang dapat mengambarkan Sunoo bagi Jake. *** Jake tak pernah mengharapkan sosok adik dalam hidupnya lagipula ia adalah anak tunggal, tapi kehadiaran Sunoo membuat ia harus bersikap layaknya seorang...