Sepulang sekolah Sunoo berdiri di depan gerbang sekolahnya yang besar dan menjulang tinggi, ia celingukan menunggu Jake menjemput karena lelaki itu telah berjanji akan menjemputnya setelah pulang sekolah. Sunoo tidak memiliki ponsel sehingga tidak bisa menghubungi Jake yang saat ini entah ada di mana.
Ni-ki yang tengah mengendarai motor sport nya menghentikan laju motornya ketika melihat Sunoo yang berdiri seperti anak linglung di depan gerbang. Ia pun menghampirinya. “Kak Sunoo belum pulang?”
Sunoo terkejut karena Ni-ki bertanya dengan kemunculan yang tiba-tiba. “Iya, aku masih menunggu kakakku menjemput.” Mendengar jawaban Sunoo, Ni-ki turun dari motor, menepikan di pinggir sementara ia ikut berdiri di samping Sunoo, Sunoo yang bingung dapat Ni-ki sadari maka dari itu ia berucap, “Aku akan di sini untuk menemani Kak Sunoo menunggu. Jika yang menjemput Kak Sunoo tidak datang, aku masih bisa mengantarkanmu pulang.”
“Terima kasih, padahal kita baru saja saling mengenal tapi kau sudah sangat baik padaku. Aku jadi merasa tidak enak.”
“Tidak apa, aku memang orang yang baik apalagi kepada orang yang telah membuatku tertarik,” balas Ni-ki dengan suara pelan sambil malu-malu.
Sunoo tidak begitu mendengar dengan jelas apa yang Ni-ki ucapan maka ia hanya tersenyum menanggapi. Alisnya masih berkedut dan bibirnya mengerucut karena Jake belum juga datang, ia menjadi merasa khawatir takut terjadi sesuatu pada Jake. Ekspresi Sunoo itu sangat mudah untuk dibaca sehingga Ni-ki dapat dengan mudah mengetahui apa yang membuat Sunoo gelisah saat ini. “Sudah menelpon kakakmu?”
Sunoo menggeleng pelan. “Aku tidak punya ponsel untuk menghubungi Kak Jake.”
Ni-ki pun meraih ponsel yang ada di saku celananya. “Nih! Pakai punyaku saja.” Sambil menyodorkan ponsel dengan lambang apel digigit seperempat itu, tetapi Sunoo hanya tersenyum gugup tidak mengambil ponsel yang Ni-ki sodorkan. “Aku tidak tahu nomor ponsel kakakku, aku lupa menanyakannya.”
Karena itu Sunoo merutuki kebodohannya, ia benar-benar lupa tidak menanyakan hal yang sangat penting seperti itu.
Ni-ki kembali menyimpan ponselnya, karena tidak tega melihat kakak kelasnya itu berwajah sedih akhirnya Ni-ki pun meraih tangan Sunoo, mengiring lelaki itu untuk naik ke motor. “Aku akan mengantarkanmu pulang, mungkin kakakmu sedang sibuk jadi akan sangat terlambat.”
Sunoo awalnya ingin sekali menolak tetapi melihat kebaikan Ni-ki padanya, ia jadi merasa tidak tega untuk menolak kebaikan Ni-ki. Maka dari itu Sunoo pun mengangguk mengiyakan, tetapi sebelum Ni-ki menjalankan motornya, ia meraih kedua tangan Sunoo terlebih dahulu. “Pegangan.” Meletakkan kedua tangan Sunoo pada bahunya.
Tetapi sebelum Ni-ki mengantarkan Sunoo pulang, ia terlebih dahulu berucap pada Sunoo saat di lampu merah. “Kak, aku lupa kita mampir dulu ke mall ya. Ada sesuatu yang harus ku beli.”
“Iya.”
Motor Ni-ki pun sampai di pusat perbelanjaan, Sunoo mengikuti di samping Ni-ki ketika lelaki itu mengajak ke toko pakaian. “Aku ingin membeli baju untuk adikku, besok ulang tahunnya. Kak Sunoo bisa bantu aku memilih?”
Sunoo dengan semangat mengiyakan dan mulai memilih beberapa baju yang dipajang. “Adikmu perempuan?”
“Iya, dia perempuan. Aku tidak terlalu tahu seleranya seperti apa tapi mungkin yang simple saja, beli satu atau dua baju.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Vixiato | JakeNoo ✗
FanfictionViziato; bahasa italia yang artinya manja. Satu hal yang dapat mengambarkan Sunoo bagi Jake. *** Jake tak pernah mengharapkan sosok adik dalam hidupnya lagipula ia adalah anak tunggal, tapi kehadiaran Sunoo membuat ia harus bersikap layaknya seorang...