Chapter 5

201K 1.2K 24
                                    

Carissa mendorong pelan tubuh Alvaro, memakai kembali handuknya dan kembali ke kamar mandi setelah menyadari perbuatannya.

"Bagaimana bisa aku melakukan itu dengan orang yang baru kukenal tidak lebih dari 5 jam? Oh, God." Carissa mengacak-acak rambutnya.

Alvaro memang memiliki kharisma yang berbeda dari yang lain. Bagaimana bisa?

Carissa mengelap mulutnya menggunakan serbet sehabis makan. Mereka memesan makanan di salah satu restoran langganan Carissa. Selama makan, hanya ada suara sendok dan garpu yang terdengar, tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Carissa berdiri dan bermaksud pergi ke kamarnya, namun tangan kekar itu mengenggam pergelangan tangan Carissa.

"Maaf, soal tadi. Maaf sekali lagi." ujar Alvaro.

"Tidak usah dibahas" balas Carissa dingin.

"Baiklah, sekarang istirahatlah, besok akan ku antar ke sekolah"

Carissa melangkah ke kamarnya tanpa menjawab apapun, meninggalkan pria yang menatapnya kebingungan. Alvaro tidak pernah gagal menaklukkan hati wanita manapun, namun yang ini.. Berbeda.

Suara alarm Alvaro membangunkannya, memaksanya harus membuka mata karena ia harus mengantar Carissa pergi ke sekolah. Ia segera mandi, ketika selesai, ia mengetuk pintu kamar Carissa.
Tidak ada jawaban.

Setelah menunggu 10 menit yang sia sia membuang kesabarannya, Alvaro membuka pintu kamar Carissa. Gadis itu sudah tidak ada. Alvaro panik mencarinya ke seluruh penjuru rumah. Dan hasilnya mengecewakan. Tidak ada tanda tanda gadis itu masih ada didalam rumah ini.

"Terserah sajalah, nanti juga dia akan pulang" gumam Alvaro.

Alvaro pun berangkat ke kantornya karena hari ini banyak sekali urusan yang harus diselesaikan. Kemungkinan besar ia akan lembur.

Carissa yang kini duduk di tepi pantai, menikmati deburan ombak. Langit yang mendung terus ditatapnya karena ia takut nanti akan turun hujan. Bahkan ia pun meninggalkan tasnya yang berisi handphone dan dompet di rumah pria asing.
Ia mencoba kembali kesana untuk mengambilnya, namun, ia gagal masuk karena tidak tahu password rumah itu.

Carissa merasa sendirian, ibunya selalu meninggalkannya. Ia tahu ibunya berusaha membahagiakan dia, namun, apakah kebahagiaan selalu diukur dengan uang?

Rintik hujan menetes di pipi Carissa seiring dengan air matanya. Ia juga ingin dekat dengan ibunya seperti yang lain, yang bisa bercerita, mengobrol, atau sekedar berjalan bersama.
Orang lain bisa melakukan semua itu, tapi mengapa dia tidak?

Bagus, sekarang ia harus menyerah dan kembali ke rumah si asing itu dengan mata sembab dan baju yang basah kuyup. Kira-kira jam sudah menunjukkan pukul 9.00 PM, yah, kurang lebih.
Ia berjalan dengan terhuyung huyung, pandangannya kabur karena terhalang air matanya yang tak kalah deras dengan hujan.

Carissa sampai di rumah Alvaro, namun pria itu belum juga pulang, dan Carissa memilih untuk duduk didepan pintu untuk menunggunya.

"Car! Wake up!" Alvaro panik karena Carissa tidak meresponnya, ketika ia ingin mengangkat tubuh Carissa, ia begitu khawatir. Tubuh Carissa begitu panas, sepertinya ia demam.

"Ck! Selalu merepotkan." Alvaro menggendong Carissa ke kamarnya, menggantikan bajunya dan membiarkannya istirahat.

"I don't have time. Jagalah dirimu sendiri, jangan merepotkanku. Jangan menyangka karena kemarin aku berbuat baik kepadamu karena aku mencintaimu. Aku hanya menjalankan apa yang ibumu perintahkan." ujar Alvaro sinis saat Carissa tertidur tenang.

"Mom.. eungh.. I miss you.." ujar Carissa meracau. Alvaro spontan menoleh ke arahnya, lalu ia pergi meninggalkan kamar itu.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang