Prolog

75 5 1
                                    

Sedari tadi pandangan Zela terus tertuju ke arah jendela. Memperhatikan keadaan di luar sana. Langit sore ini terlihat sangat gelap. Padahal jam di pergelangan tangan Zela baru menunjukkan lewat pukul lima sore. Rasanya seperti akan ada badai datang. Awan hitam seperti sedang berkumpul di atas sana. Perasaan Zela tidak enak. Seharusnya lima menit lagi bel pulang berbunyi. Zela memutuskan untuk membereskan barangnya di meja, lalu memasukkannya ke dalam tas. Zela harus langsung bergegas pulang begitu bel pulang berbunyi. Ia tidak boleh sampai terjebak hujan di sekolah. Karena berangkat sekolah terburu-buru tadi pagi, Zela lupa tidak membawa jaket. Zela juga tidak tahu kalau hari ini ada kelas tambahan sampai sore.

Pesan ojek online sekarang aja kali ya? batin Zela.

Suasana kelas tiba-tiba berubah menjadi ramai. Padahal dari tadi tidak ada guru. Tapi baru ramai saat ini. Banyak anak-anak saling berbisik. Zela merasa dirinya sedang dipandang oleh seluruh penghuni kelas. Ia merasakan tatapan-tatapan tajam menusuk dirinya.

Drrrttt. Drrrttt. Drrrttt.

Ponsel Zela bergetar. Terlihat notifikasi masuk dari nomor tak dikenal. Zela menautkan kedua alisnya. Gadis itu tidak pernah memberikan nomor barunya pada siapa pun. Dengan rasa penasaran Zela membukanya. Terdapat 3 bubble chat.

Ada kejutan buat lo di mading depan kelas.
Mangkannya jangan coba-coba lawan gue.
Mampus lo.

Zela refleks berdiri sambil mendorong kursi dan mejanya secara bersamaan. Membuat teman-temannya terkejut dan menjadikannya pusat perhatian. Tangan Zela menggenggam ponselnya erat. Ia berlari keluar kelas. Dibanting olehnya pintu kelas, menghasilkan bunyi benturan yang sangat nyaring. Teman-temannya mengikutinya penasaran. Tidak sedikit juga yang memperhatikan melalui jendela kelas. Langkah kaki Zela berhenti tepat di depan mading kelas.

"Ini.. apa.." ucapnya lirih. Wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak lebih cepat. Tanpa ia sadari kakinya melangkah mundur perlahan-lahan. Zela menabrak tembok di belakangnya. Tubuhnya membeku. Orang-orang berdesak-desakan mengerumuni mading penasaran. Membuat pandangan Zela terhalang dari mading di hadapannya.

"Gila?!"
"Apa ini.."
"Gila-gila gue speechless!"
"Sumpah kok bisa?!"
"Jadi rumor yang beredar selama ini bener?!"
"Murahan banget anjir.."
"Gak heran sih ibunya aja pelakor."
"Ini siapa jir jangan bilang kak Juna?! Gak rela gue kak Juna dipeluk sama wanita murahan kayak dia!"
"Ini yang nempelin siapa? Bisa aja dapet info kayak gini. Salut gue."
"Wah gila ibunya mati pas ngelahirin dia katanya??"
"Kasian ibu tirinya sampe kabur gitu."
"Ternyata sifatnya nurun dari ibu kandungnya."
"Ayahnya aja ninggalin dia.. kasian sendirian gak punya siapa-siapa."
"Anak haram."
"Mending mati aja gak sih?!"
"Beban keluarga."
"Murahan."

Semua orang memandang Zela dengan pandangan menghakimi. Semakin banyak orang yang keluar menghampiri. Zela merasa semakin terpojok. Dada Zela sesak. Detak jantungnya tak beraturan. Zela tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Terlalu banyak orang. Rasanya sesak dan juga berisik. Orang-orang yang mengerumuninya sangat berisik. Tangan Zela bergerak untuk menutupi telinganya.

"Gak punya malu ih!"
"Berani-beraninya deketin kak Juna sama Alden."
"Ngerasa paling cakep kali ya?!"
"Mati aja!!"

Berisik.. telinga Zela berdenging. Tangannya semakin erat menutupi telinganya. Ia merasa kepalanya seperti akan pecah. Pandangannya mulai terhalang air mata. Zela menggeleng kuat-kuat. Ia tidak boleh menangis. Setidaknya untuk saat ini. Di hadapan orang-orang yang merendahkannya. Di hadapan orang-orang yang mengharapkan kematiannya. Zela tidak boleh terlihat lebih lemah lagi. Sekuat tenaga ia mencoba mengatur perasaannya. Mengatur emosi dalam dirinya yang terus berontak.

"Murahan ew."
"Jijik banget."
"Dasar jalang!!" umpat seseorang diiringi tawa merendahkan.

"BERISIKK!!!" teriak Zela pecah dengan sangat nyaring. Gadis itu memejamkan kedua matanya. Ia gagal menahan diri. Hening sesaat. Tidak terdengar suara orang-orang yang menghujani dirinya dengan umpatan. Suara bel pulang berbunyi nyaring seolah menjawab teriakan Zela dan juga mengisi keheningan yang menyesakkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WandererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang