Osaka, Hokaido
18 april 1999, 22.45 p.m.Brakk!!
Sarada membanting kopernya kelantai kamar. Menghela napas sejenak demi menghilangkan emosinya yang sempat memuncak.
Baru saja ia sampai dirumahnya di Osaka, dirinya mendapat sambutan tak mengenakan dari Karin. Sarada tak akan memanggil Karin dengan sebutan 'ibu'. Dan jangan coba-coba membujuk Sarada untuk bersikap sopan pada Karin. Ia tak akan suka.
Mengenai sambutan dari Karin, itu adalah sambutan paling mengerikan yang pernah Sarada dapatkan, menurutnya.
Bagaimana tidak, baru saja ia sampai dengan membawa lelah yang teramat sangat, matanya disuguhkan adegan tidak senonoh dari Karin. Tepat saat Sarada menginjakan kakinya dilantai rumahnya dan mendapati Karin tengah berciuman dengan seorang pria paruh baya yang tak dikenalnya. Pemandangan yang begitu menjijikan. Dan dengan santainya Karin tersenyum manis ketika melihat Sarada yang mematung diambang pintu. Seakan tidak menyadari apa yang barusan ia lakukan.
Menghela nafas pelan, Sarada memijit pangkal hidungnya yang berdenyut ketika bayangan Karin menari-nari diotaknya. Onix hitam kelamnya melirik jam diatas nakas. Sudah larut malam. Segera ia melepas seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan baju tidur. Segera saja ia menghambur keatas ranjang berukuran king-size miliknya. Namun sudah beberapa kali Sarada mengganti posisi tidurnya, tapi matanya sama sekali tak mau terpejam.
Sarada terhenyak saat mendengar Karin memekik dari ruang tamu. Tapi suara jeritan itu berhenti dan berganti menjadi suara desahan erotis. Sial, Karin benar-benar sudah gila. Sarada membenamkan wajahnya pada bantalnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut berharap suara desahan menjijikan itu tidak lagi terdengar. Tapi sia-sia. Karin malah semakin mengeraskan suaranya. Tampaknya Karin sangat menyukai permainannya dengan pria tua itu. Tidak tau kah ia kalau Sasuke bisa saja pulang dan melihatnya bercinta dengan pria lain. Dan bisa dipastikan Karin akan benar-benar terbunuh jika saja hal itu terjadi.
Berdecak kesal, Sarada bangkit dan meraih handphone-nya diatas nakas dan memutar musik dengan volume yang lumayan tinggi. Setidaknya kini suara-suara aneh yang keluar dari mulut Karin teredam dengan suara musik dari handphone-nya. Perlahan-lahan mata itu akhirnya mau terpejam juga walaupun setengah dipaksa.
Dan Sarada berharap mimpi buruk ini akan segera berakhir ketika ia bangun nanti.
Mimpi?.
Oh ayolah Sarada belum terima semua yang dialaminya ini adalah takdirnya. Satu yang Sarada yakini, kini ia tengah bermimpi panjang. Dan ia akan terbangun dan mendapati Sakura tengah membuka tirai jendela kamarnya dan tersenyum lembut kearahnya.Ya, tidak ada salahnya bukan jika kita mengharapkannya?. Sungguh ironis. Dalam hidup Sarada, tidak ada yang lebih indah dari fantasi semata.
♠♠♪♠♠
"Sarada, bangun sayang".
Suara lembut ini?. Benarkah?. Apa ini nyata?.
"Ayo bangun, Sarada. Kau tidak ingin terlambat sekolah kan?".
"Sebentar lagi, mama. Sarada masih ngantuk".
Sakura tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya mengelus pelan rambut Sarada.
"Bangun, sayang. Jangan jadi anak manja. Mama tidak selamanya harus membangunkanmu bukan?. Jadilah anak yang rajin, Sarada. Suatu hari nanti, Mama tidak akan disampingmu lagi, kan?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion [🍃Hiatus🍃]
RomanceTerjebak dalam ilusi semu yang kau buat. terlalu dalam jatuh dalam pesonamu. melupakan fakta kalau ini hanya sementara... ⚠Beberapa chapter mengandung konten dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan, terima kasih. ⚠🔞