NB: tulisan miring Sarada pov
tulisan biasa Boruto pov
Tokyo, Jepang
18 april 1999, 11.30 amAku memandang malas kearah papa yang sedang mengoceh dihadapanku. Tampaknya dia marah karena aku tak mau menuruti perintahnya. Kemarin malam kami berdebat hebat soal papa yang menyuruhku untuk pergi ke Osaka. Merayakan hanami bersama Karin, ibu tiriku. Bukannya aku tidak suka hanami. Malah aku sangat suka dengan perayaan itu. Tapi jika bersama Karin, aku malas. Aku membencinya. Sangat. Aku bahkan tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai ibuku. Tidak akan pernah!. Aku tahu aku akan dicap sebagai anak yang durhaka. Tapi aku tidak peduli. Toh derajatku tetap tinggi.
Mama meninggal saat aku berusia tiga tahun. Aku tidak terlalu mengingat wajah mama. Semua foto mama aku pun tak punya. Satu pun. Papa membuang semuanya. Alasannya ia ingin mencoba menghilangkan kesedihannya. Aku tidak percaya. Papa pasti ingin melupakan mama. Papa menikahi Karin saat aku berusia 12 tahun. Tanpa meminta persetujuan dariku. Menyebalkan!.
Aku benci wanita itu. Aku kerap kali melihatnya berjalan bersama seorang pria yang tampaknya lebih tua darinya. Berganti-ganti. Karin juga sering keluar masuk hotel. Aku tahu itu semua. Ia seorang pelacur. Bahkan aku pernah menemukan bungkus kondom didalam tasnya. Karin punya situs online tersembunyi untuk bekerja. Agar tidak ketahuan papa, tentu saja. Aku tidak tahu kenapa ia menjadi seorang 'pelacur online'. Mungkin hanya untuk kepuasan hasrat seksualnya. Aku tidak tahu. Dan jika untuk mendapatkan uang, tampaknya tidak. Papa selalu memberikan uang yang sangat banyak tiap bulan. Well, papa memang tidak pelit meskipun terkesan tidak peduli.
Segala bentuk perhatian yang diberikan Karin padaku itu hanyalah kebohongan semata. Dan aku juga tidak membutuhkan perhatian apapun dari orang lain. Papa saja tidak pernah bilang ia mencintaiku. Karin pernah bilang ia mencintaiku. Omong kosong!. Aku benci setiap perkataan manis yang keluar dari bibir wanita itu.
"Jadi kau akan tetap menolaknya?"
Aku mengangguk malas menanggapi pertanyaan papa untuk yang kesekian kalinya. Papa tetap bersikeras untuk menyuruhku menemui Karin. Tak peduli sudah berapa kali aku menolaknya.
"Aku malas, pa!"
"Dengar, Sarada. Hanami tahun ini akan menjadi festival terbaik yang pernah kau rasakan. Aku akan menyusul besok siang. Kita akan merayakan hanami bersama. Dengan ibumu tentu saja"
"Dia bukan ibuku!"
Rahang tegas papa mengeras setelah aku mengucapkan kalimat penuh kebencian itu. Aku tahu papa pasti tersinggung. Aku tidak peduli!.
"Terserah apa katamu. Yang pasti kau harus berangkat ke Osaka nanti malam. Aku tidak butuh penolakan!"
Aku hendak protes. Tapi papa sudah berlalu pergi meninggalkanku.
Brakk!!
Lihat, dia membanting pintu. Ck, sepertinya papa benar-benar marah. Aku tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Tapi kupastikan Karin tidak akan menyentuhku kali ini. Ataupun menemuiku. Aku malas jika harus berurusan dengan jalang sialan itu.
Aku melirik arloji yang melingkar ditangan kiriku. Sebentar lagi waktu makan siang. Tapi pekerjaanku masih banyak karena waktuku tersita banyak untuk mendengarkan ceramah papa.
Apa boleh buat. Sepertinya tidak ada istirahat kali ini. Belum lagi aku harus terbang menuju Osaka nanti malam. Sial.
Menghela napas jengah, segera kuraih sebuah dokumen diatas meja kerjaku. Aku sudah biasa tenggelam dalam tumpukan kertas-kertas menyebalakan itu. Perusahaan Uchiha memang diturunkan padaku. Tapi belum semuanya. Hanya beberapa cabang perusahaan saja. Perusahaan utama masih tetap dalam naungan papa. Tidak mau terlalu membebaniku, katanya.
Aku tahu derajat keluarga Uchiha itu memanglah tinggi dan terpandang. Tapi siapa sangka kalau itu hanyalah kebohongan semata. Malah aku merasa dipenjara hidup dikeluarga yang dipenuhi aturan yang sangat ketat. Dulu paman Itachi pernah melakukan korupsi. Tapi uang dapat dengan mudah menutup kasus ini. Dunia memang aneh, huh.
Keluarga Uchiha dipandang sempurna oleh orang-orang. Yeah, sempurna. Ibu yang seperti nenek penyihir dan ayah yang acuh tak acuh. Benar-benar sempurna!.
Sarada, si anak emas keluarga Uchiha. Dengan postur tubuh yang terbilang bagus, ia bisa saja menjadi seorang model terkenal. Hanya saja satu. Dadanya rata. Tidak terlalu datar juga, sih. Tidak besar dan tidak terlalu datar. Well, tidak aneh. Mengingat dulu dia seorang pemain voly.
Aku akan bertemu lagi dengannya tanggal 20 nanti. Semoga saja dia bisa datang. Aku sangat membutuhkan bantuannya. Untuk berlindung. Mungkin terdengar konyol. Tapi aku tidak peduli.
Lagipula hal ini juga akan membantunya keluar dari kekangan ayahnya. Secara tidak langsung. Aku tahu ia pasti menderita hidup seperti itu. Ia tidak bisa menolak perintah dari para tetua dikeluarga Uchiha. Mengingat ia adalah perempuan. Sedangkan aku bisa saja dengan mudah menolak setiap aturan dikeluargaku.
Aku punya alasan tersendiri mengapa aku memilih Sarada. Kurasa Sarada akan menjalani tugas dengan baik. Aku tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusion [🍃Hiatus🍃]
RomanceTerjebak dalam ilusi semu yang kau buat. terlalu dalam jatuh dalam pesonamu. melupakan fakta kalau ini hanya sementara... ⚠Beberapa chapter mengandung konten dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan, terima kasih. ⚠🔞