Please vote dan komen XOXO
Happy reading all!
'~O~O~O~'
Bruk! Gue langsung menjatuhkan badan di atas jok mobil. Lemas. Capek.
"Haahh, akhirnya selesai jugaaaaa ..."
Belanja dengan Lena benar-benar menguras tenaga.
"Makasih ya Alin." Gue denger Lena berbicara pelan di samping gue.
Gue cuma menyibak rambut. "It's okay. Gue udah janji sama mama buat nemenin lu sampai akhir."
Walau begitu, seriusan deh, gue gak mau sering-sering nemenin Lena belanja. Suer.
Jangan salah sangka. Lena bukan tipikal yang banyak nuntut ini-itu, tapi justru karena dia sangat 'terserah Alin' makanya gue bener-bener memeras otak selama proses belanja.
Mulai dari pakaian. Si Lena itu kurus banget. Nyari ukuran pakaiannya lumayan susah! Bahkan pakai ukuran S aja kadang-kadang masih ada yang kebesaran. Sebelum berangkat aja, waktu gue lagi cari baju untuk dipinjemin ke Lena—mengingat semua bajunya udah gue buang—gue butuh nyaris setengah jam hanya untuk mendapatkan baju yang gak kelihatan kegedean.
Sumpah, gue jadi bertanya-tanya apa jangan-jangan gue yang kegendutan.
Tapi ukuran gue M normal kok.
Cari celananya juga susah. Lena itu tinggi, kakinya jenjang. Kebanyakan celana yang panjang biasanya kegedean buat dia, sedangkan celana yang kecil itu kependekan banget. Gue bener-bener frustasi selama proses beli pakaian sampai sepatu.
Untungnya sisanya gak begitu ribet, terutama saat beli peralatan sekolah. Lena ternyata punya banyak preferensi soal peralatan sekolah mulai dari buku sampai pulpen apa yang mau dia pake. Untuk pertama kalinya gue bersyukur dia gak mengeluarkan jurus andalan 'terserah Alin'.
Untuk handphone, laptop, tas, dan hal-hal lainnya biasanya gue pilih yang keliatan lucu dan menarik atau gue samain dengan punya gue di rumah. Gua baru mulai agak berpikir lagi saat mau membeli make up dan skincare karena hal-hal itu harus disesuaikan dengan kebutuhan wajah.
Untung seribu untung Lena punya kulit wajah normal tanpa masalah! Dan karena kulitnya putih cantik, gua hanya memilihkan make up bertipe dewy supaya dia kelihatan lebih cantik natural nantinya.
'You've done great job, Rosealine,' batin gue ke diri gue sendiri.
"Nanti untuk interior kamar lo, kita pindah ke hari lain aja ya. Nanti gue telepon desainer interior yang biasa handle kamar gue, oke?"
Lena mengangguk patuh. "Iya, terserah kamu aja, Lin."
Haaahhhh. Jurus andalannya lagi.
"Non, ini kita mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Pak Slamet, supir keluarga gue setelah selesai masukin semua barang belanjaan Lena ke bagasi bareng Bi Nia.
"Enggak Pak, kita ke sekolahku dulu aja ya." Lalu gue menoleh ke Lena. "Lo temenin gue ke sekolah dulu ya Len. Sebentar aja."
"Oke Lin."
"Yess. Jalan sekarang Pak, buruaan."
"Siap Non."
Gue melirik jam tangan yang jarumnya menunjuk angka 5. Masih ada sejam sebelum Pangeran selesai latihan. I made it!
'~O~O~O~'
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEALINE
Teen Fiction"Rosealine: A Rose Also Needs The Sunshine" Rosealine. Cantik, kaya, pintar. Semua orang selalu berkata bahwa tidak ada satupun kekurangan dalam hidupnya. A happy-perfect-go-lucky girl. Rosealine, si pemeran protagonis dimana pun ia berada. Sampai s...