Hampa.
Satu kata yang terlintas ketika melihat sekeliling di dalam apartemen milik seorang lelaki berusia 20 tahun.
Tidak ada sampah, tidak ada cucian piring, juga tidak ada pakaian kotor. Bahkan butiran debu sekalipun. Seluruh barang tertata rapi tanpa ada sedikit pun yang terlihat tidak proporsional. Terlihat simetris dan sejuk untuk dipandang secara kasat mata. Sekilas, orang-orang akan mengira bahwa sang pemilik apartemen adalah orang yang maniak akan kebersihan. Sejujurnya tidak. Ia adalah orang yang sukar merawat diri, apalagi merawat sekelilingnya. Namun, ia berubah drastis semenjak kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu silam.
Kejadian yang membuat dirinya hancur berkeping-keping. Kejadian memilukan yang bahkan hanya dengan mengingat namanya. Kejadian dengan alur terburuk dalam mimpi yang menjadi kenyataan. Kejadian- ah... Terlalu rumit untuk diartikan oleh orang lain jika kau bahkan tak merasakannya sendiri. Ya, kejadian kehilangannya orang yang sangat amat kau cintai.
Sesak. Benar-benar sesak. Rasanya bagaikan tertindih oleh suatu bongkahan batu besar tepat di dada- naasnya ujung bongkahan itu runcing. Sangat fatal mengenai titik telak organ-organ tubuhnya. Dirinya berpikir, mungkin akan lebih baik jika ia menyusul sang malaikat kecilnya, mataharinya, dunianya, bahkan segalanya untuk dia. Berharap bahwa ia akan segera bangun dari dunia yang semu.
Sang Wira lebih banyak termenung di dalam kamar milik malaikat kecilnya. Terduduk sembari memeluk kaki jenjangnya dengan berbagai pakaian yang mengelilingi sang Wira.
Rindu.
Rindu yang begitu menyiksa batin, pula menyiksa raga. Rindu pada orang yang sudah memutus tali persaudaraan denganmu, dengan arti lain tak akan bisa kau temui lagi, selamanya dan atau kapanpun.
Tuhan,
Kenapa Engkau sangat tidak adil kepadanya? Apa salah dirinya? Pernahkah ia berbuat sebegitu banyaknya dosa sehingga Engkau memberinya beban yang terlalu berat? Bukankah seluruh umat-Mu berkata jika Engkau adalah yang teradil dari yang teradil? Mengapa dirinya tidak merasa demikian? Beban pada dirinya terlalu berat untuk ia pikul. Semakin lama ia memikul, semakin lara pundak yang mengampu.Berlama-lama sang Wira termenung menangisi seseorang, dirinya tetap pada tempatnya, diam termenung seakan dunia yang kini ia pijak sunyi, sepi, juga senyap. Tak menghiraukan adanya dentingan suara bel dari luar pintu apartemen.
'Tok-tok'
Tak ada respon, mulai dari dentingan suara bel hingga ketukan pintu. Sang pemilik apartemen tetap pada tempatnya, bergeming. Mengacuhkan suara dari luar pintu apartemen miliknya -dan milik si kecil- selagi menerawang jauh kearah jendela luar. Mendengar ocehan burung-burung di luar sana yang rasanya seperti berbicara layaknya manusia.
"Bro, ayolah... Mau sampai kapan kau akan terus seperti ini? 'Ia' juga akan sedih jika melihat dirimu bagaikan mayat hidup." Jay, teman terdekat sang pemilik apartemen. Walaupun tidak begitu dekat dengan kekasih temannya, ia cukup mengerti keadaan yang sekarang sedang menimpa sang Wira.
Jay kembali mengetuk pintu sedikit keras, ia agak takut jika temannya ingin pergi menyusul sang kekasih. "Aku bawakan makanan kesukaanmu. Meskipun tidak seenak buatannya, setidaknya ada energi yang masuk ke dalam tubuhmu," ia melanjutkan, "Jadi, bukakan pintu untukku mau? Ya? Aku khawatir kawan."
Sepuluh menit Jay menunggu, tetap tidak ada respon. Hening. Selalu saja begini sejak hari pertama setelah peristiwa itu berlalu. Ia mengalah, menaruh kotak makanan yang ia bawa tepat di bawah samping pintu apartemen. Berjaga-jaga dengan kemungkinan temannya mau keluar sebentar walau hanya beberapa detik.
"Aku pulang kalau begitu." Jay mundur selangkah dari tempatnya, ia menyerah untuk hari ini, "Aku tau seberapa pentingnya 'ia' dalam hidupmu, tapi kau juga harus memperhatikan dirimu. Demi dia juga."
"Aku pamit." Jay menjauh dari pintu apartemen, kembali pulang ke rumah dengan harapan jika temannya akan kembali seperti dulu. Ia yakin suatu saat nanti. Entah itu 2 tahun, bahkan 10 tahun sekalipun.
14:00 KST.
Terbangun dari tidurnya, sang Wira memberanikan diri untuk membuka pintu apartemen miliknya -juga milik si kecil-. Melihat kebawah dan mengambil kotak makanan yang Jay taruh disana. Ia kembali menutup pintu tanpa ada suara sedikit pun, lalu berjalan ke arah dapur. Lagi-lagi, ingatan lampau kembali bergelayut manja dalam pikirannya. Reminisensi yang seharusnya indah, menjadi sebuah kekalutan yang amat mendalam menyelimuti sekelilingnya bagaikan kepulan abu.
Tubuhnya bergetar hebat. Jelas sekali tercetak bahwa dirinya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Ia mulai gelisah. Kotak makanan yang ia pegang pun jatuh berserakan bersamaan dengan tubuhnya. Sang Wira kembali hancur. Pecah berkeping-keping layaknya guci antik yang begitu mahal terjatuh ke lantai.
"AAAARRGHHHHH!!!"
Tangisnya meledak begitu kencangnya. Sang Wira remuk-redam. Tangisnya membawa pilu yang menyayat hati, mengalun hingga ke seluruh penjuru ruangan yang ada disana. Tubuhnya terus menerus bergetar tiada henti, pundaknya terlalu rapuh untuk menopang seluruh beban yang ada pada dirinya, lututnya mulai repas karena tak kuasa untuk berdiri. Dapur, salah satu dari banyaknya saksi bisu kedaifan dirinya.
Isak tangis lara selalu menjadi alunan tangga nada menyakitkan dalam keseharian sang Wira hingga detik ini. Enggan berpikir bahwa malaikat kecilnya telah dibawa pergi bersama Sang Pencipta.
Ia merindu. Sang Wira merindu pada sesosok malaikat kecil yang bernama Kim Sunoo, belahan jiwanya. Satu-satunya insan yang dapat mengubah bentuk kehidupannya menjadi bermakna dan bernilai mahal harganya bagaikan mutiara dalam lautan samudera.
Bagaimana ia dapat melanjutkan kehidupannya yang hampir sempurna jika penopang hidupnya bahkan telah tiada?
──────────
Hai......? Kenalin, aku mochinoo!
Panggil Ino atau Mochi terserah kalian aja ya, hehe. Asal jangan author... Terlalu kaku buat aku. 🥺👉🏻👈🏻Anyway, ini kali pertama aku bikin cerita pairing Heeseung x Sunoo dengan tulisan baku. Gemes bgt sama mereka!!! 😫😫😫💘💘💘
Ada yang sependapat ga nih? 👀
Udah ya basa-basinya, sampai ketemu di chapter selanjutnya! Jangan lupa like & comment, okkie? 🥰💗
P.s. Berharap ceritanya selesai sampai habis. 🙈

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day (봄날) [Heeseung X Sunoo]
Novela Juvenil(On Hold) Hidup dalam sebuah sangkar menyakitkan. Sangkar yang menjadi saksi bisu kedua insan yang saling mencintai. Sangkar yang membuatmu lemah tak berdaya bagaikan kupu-kupu tanpa sayapnya. Sangkar yang memiliki kekuatan untuk menjatuhkanmu bak k...