BAB VI

7K 1K 354
                                    

     Jeslyn melempar tas sekolahnya sembarangan, baru saja ingin berbaring membuang lelah, pintu kamarnya terbuka. Jevana muncul dengan ekspresi penasaran.

    "Kak, yang tadi siapa? Yang nganterin lo pake Fortuner?"

    Gadis itu tak menjawab dan mengibaskan tangannya meminta adiknya keluar.

    "Iih,, jawab. Itu siapa? Jangan-jangan om-om ya."

    "Lo tuh, apa-apaan sih! Mikir pakai otak dikit napa!"

     Jevana tak menjawab, matanya beralih pada paperbag warna merah, dan langsung menyambarnya. "Ini hasil main sama om-om ya."

     Terjadilah perebutan yang tak terelakkan. Jevana berusaha membuka isi box gift, sedangkan Jeslyn berusaha meraihnya.

     "Apaan sih lo! Balikin!"

     Jevana membuka paksa, sebuah untaian dasi keluar dari sana. Jeslyn buru-buru memasukkannya kembali.

    "Oh, beneran ya. Itu dasi buat om-om"

    Jeslyn tak menjawab. "Jangan sentuh barang-barang gue! Keluar!!" dengan paksa ia mendorong Jevana keluar dari kamarnya.

    "Awas lo! Gue bilang Ibu lo abis main sama om-om!!" pekik Jevana dari luar. Jeslyn langsung mengunci pintu dan menyimpan kembali box gift pembeliannya. Menarik nafas dalam-dalam, dan memilih tidak peduli.

     Jeslyn kembali teringat perkataan Jason padanya. 'Lo tau, kenapa gue bisa suka sama Kenisha? Karna gue suka, sama cewek yang gak suka sama gue. Tapi, gak tau ya. Untuk lo, entah ini suka atau gue yang cuma penasaran. Dan kemungkinan terakhir, lo sengaja kaya gini, supaya gue tertarik sama lo.'

    "Dia lagi nyari mangsa buat nge-phpin orang ya? Sakit hati karna ditolak Kenisha?"

    **************

    Jeslyn melangkah gontai memasuki kelas,  sejak kakinya melangkah masuk gerbang, tatapan tertuju padanya.

    Ada dua hal, pertama insiden nametag, dan yang kedua insiden penculikan kemarin. Ia memasang headset untuk menghalangi suara bisik-bisik liar tetangga.  Tapi matanya, tetap memperhatikan orang-orang yang melihatnya sinis.

     "Wahh,, sepertinya dia jadi belagu semenjak Jason mendukungnya!"

     "Bagaimana jika memang nilainya itu palsu semua?"

     "Pantas peringkatnya tidak pernah keluar dari 3 teratas, ternyata ini khasiatnya?"

     "Jika aku punya teman anak yayasan, apakah hidupku akan semudah ini?"

     Jeslyn menelungkupkan wajahnya dalam-dalam, menutup mata, masih ada 20 menit lagi sebelum jam pertama berlayar. Farhan dan Reina melihat itu tanpa berkomentar apa-apa. Memang lebih baik, seperti ini. Jeslyn harus berpura-pura bodoh amat. Mereka mengenal Jeslyn sejak duduk di taman Kanak-kanak, tau betul sifatnya seperti apa. Jika memang dia tidak melakukannya, ia akan membiarkan suasana sampai tenang. Lain cerita kalau dia memang benar melakukannya, daripada menunggu dicaritau, Jeslyn lebih memilih mengakui kesalahannya.

     "Je... Dipanggil Bu Diar!"

     ****************

      Bu Diar menatap Jeslyn, gadis itu balik menatap dirinya dengan berani. Ia memberikan nametag Jeslyn pada pemiliknya.

      "Kenapa kamu bisa kehilangan nametag Je?" tanya Bu Diar

      "Saya sendiri juga gak ingat kapan saya kehilangan Bu."

Je! Please Say I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang