Sebelum hari ini, dilangkah pertama kemarin aku sudah berfirasat buruk tentangmu. Tentang mu untukku, yang bahkan itu jelas tak mungkin. Aku sadar tentang diriku yang tidak ada apa apanya di matamu. Waktu itu, aku sudah enyah menolak keras hadirmu. Tapi dirimu lebih keras meyakinkanku. Sekarang apa, dan sekarang bagaimana. Kenyataan pahit yang ku Terima justru menyiksaku sepanjang malam. Tak pernah henti henti menangis dan mendoakan. Berjuang mu hanya di depan. Sisanya, akulah yang berlari kencang. Ketika aku terjatuh, kamu bahkan tak peduli lagi. Bukan salahku jika aku sudah tak tahan, bukan salah ku jika harus berhenti di tengah jalan. Setidaknya aku belum benar benar sampai di finish penderitaan. Terimakasih telah meyakinkan lebih. Meski ketika larut aku tersadar, aku harus benar benar pergi nanti.