Raut wajah nara saat ini tak lebih baik dari foto aib hanin paling jelek yang ia punya. Wajahnya termangu menatap layar handphonenya.
Mulutnya terbuka lebar dan kedua bola matanya seakan ingin keluar dari jeratan pembungkusnya. Tubuhnya seakan membeku ditempat detik itu juga saat membaca pesan chat dzaky yang terakhir.
Awalnya ia ingin membalas pesan dzaky dengan sticker bertulisan 'OMG' tetapi karena saking gugupnya, ia sampai salah mengirim sticker. Dan yang terkirim adalah sticker bertulisan...........................Mwaaah.
Tapi, sebelum ia ingin mengirimkan sekedar kata 'sorry, salah kirim', dzaky sudah terlebih dulu membalas chatnya yang membuat pipinya merah seperti kepiting rebus.
Mwah juga hahahaha
WHAT? Nara kini sudah guling-guling ngga jelas dia atas kasurnya itu. Sangat aneh bukan? Bayangkan saja, nara terlihat begitu senang saat menerima balasan dari dzaky. Responnya sama persis seperti mendapat balasan dari gebetan. Padahal nih ya, dzaky itu bisa dibilang musuhnya sendiri.
Nara pun segera mengetikkan kata-kata untuk menjelaskan apa yang sebenernya terjadi.
Ada perasaan tidak rela saat nara ingin menjelaskan yang sebenarnya tentang 'salah kirim sticker' itu.
SALAH KIRIM STICKER TADI
Nara seperti orang panik saat menunggu balasan dari dzaky. Ia sudah mondar-mandir dari ujung kanan kamarnya sampai ujung kanan kirinya sebanyak 15x lebih. Akhirnya dzaky pun membalas pesannya.
Cie yang nunggu balesan dari gue. Belajar pelajaran sana.
Jangan belajar ngefans sama gue. Tapi tenang aja kalo lo suka sama gue, gue mau tanggung jawab kok.Nara sangat terkejut melihat balasan dzaky untukknya. Apa-apaan ini. Kenapa dzaky tiba-tiba jadi aneh gini. Udah gitu tumben sekali dia mengirim pesan yang isinya cukup panjang. Biasanya kan irit kara-kata.
Kok situ jadi geer? Abis minum ramuan pete busuk ya? Aneh abis lo.
Tidak lama kemudian, dzaky pun membalas chat nara.
Gue gini karna lo.
Nara hanya mengernyitkan dahinya. Ia tak mengerti apa yang dimaksud oleh dzaky.
Gangerti ah bodo. Bye gue ngantuk.
Nara pun langsung menutup aplikasi linenya dan tak lupa mengaktifkan airplane mode. Setelah itu ia membuka daftar lagu di handphonenya untuk mendengarkan lagu sebagai penghantar tidurnya di malam ini.
I’ve waited a hundred years
But I’d wait a million more for you
Nothing prepared me for
What the privilege of being yours would do
If I had only felt the warmth within your touch
If I had only seen how you smile when you blush
Or how you curl your lip when you concentrate enough
Well I would have known
What I was living for all along
What I’ve been living for
Your love is my turning page
Where only the sweetest words remain
Every kiss is a cursive line
Every touch is a redefining phrase
I surrender who I’ve been for who you are
For nothing makes me stronger than your fragile heart
KAMU SEDANG MEMBACA
All In My Head
Teen FictionCould you tell me was it real or was it all in my head?