-0. Prolog ; 2/2

55 24 8
                                    

Selamat menikmati kisah penuh prahara dan drama ini. Selamat menyambut bacotan saya di bawah nanti.

G usah di baca. Ntar lu gumoh w g tanggung jwb.

Tolong koreksi juga ya klo ada penulisan bahasa baku, EYD, atau typo. Biar bisa diperbaiki nantinya.
Kritik dan saran juga boleh dong~

Yodah, itu dulu deh.
HaPpY rEaDiNg kawan -!♡
-🦊

---oOo---

Seoul, 23 Februari 2022

Hai. Ya, benar. Ini aku. Si gadis cupu, tidak menarik, dan membosankan yang menjadi korban pembullyan selama di sekolah dan dimana pun tempatnya berpijak.
Itu aku. Si nerd sang pecandu buku dan tidak menarik. Kalian ingat aku? Mungkin tidak. Kalau pun kalian ingat kalian juga tak akan mempercayainya. Lagi pula sudahlah, itu tidak penting. Itu masa lalu.

Yang terpenting adalah masa sekarang.

Aku, Danhee Park dengan 2 adikku, Chenle dan Jisung yang semasa sekolahnya tak pernah jauh-jauh dari buku dan kacamata. Kami yang sekarang menjadi anggota penting dalam lingkup hukum di negeri ginseng ini. Yang melatarbelakangi keamanan negeri ginseng ini dari mafia dan para kriminal.

Bertanya-tanya tentang keluargaku? Ayah dan ibuku? Ada, mereka ada. Hanya saja mungkin tak terlalu terlihat atau terasa keberadaannya bagiku dan adik-adikku.
Lihat lah pria itu. Tuan Choi Siwon diningrat yang begitu terhormat, tersohor, dan disegani semua umat di seluruh belahan dunia. Ayahku, Jisung, dan Chenle. Makhluk itu bahkan tak memberikan aku atau adik-adikku marganya. Malah memberikan marga ibu kami sebagai marga kami. Ntah lah ada apa dengan isi pikirannya.

Aku tak keberatan ia menikah lagi, bahkan aku berhubungan baik dengan bunda dan Chenle. Mereka seperti ibuku dan Jisung bagiku. Kupikir pria itu akan memberikan marganya untuk Chenle tapi nyatanya tidak. Dia hanya mengutamakan... Ah, sudahlah. Lupakan saja. Tidak penting. Lagi pula aku dan adik-adikku memutuskan untuk tinggal terpisah dari mereka.

Sudah cukup bahas keluargaku. Mari kita fokus pada hari ini.

Pagi ini pagi yang cerah dan sibuk seperti biasanya. Baik aku, Chenle, maupun Jisung dihadapkan pada kasus-kasus dan kesibukan kami. Yah, maklum saja kami kan orang-orang yang berurusan dengan hukum negara ini yang tidak pernah longgar.

Meskipun nyatanya banyak orang yang 'membeli' hukum negara.

"Chenle-ya, Jisung-ah! Ayo turun!" aku berteriak dari dapur setelah sarapan yang aku buat dengan buru-buru telah siap. Roti isi dan susu kurasa sudah cukup untuk perut kami yang terbiasa menahan lapar.
Tidak, bukan kami tidak mampu atau miskin. Bukan. Hanya waktu kami yang selalu penuh kesibukan hingga membuat kami sering melupakan rasa lapar.

Tak berapa lama setelah aku berteriak kedua adikku sudah turun dengan setelan rapinya masing-masing. Jisung dengan jas pengacaranya serta Chenle dengan atribut shootingnya

"Ah astaga. Merepotkan. Kenapa harus jatuh segala sih?" kudengar Jisung menggerutu di tengah jalan menuju ke ruang makan. Sepertinya berkas-berkasnya berjatuhan ketika ia sibuk berjalan.

"Hati-hati, Jisung-ah. Kubantu," suara halus Chenle seperti biasa ketika adik cerobohku itu melakukan kesalahan. "Lain kali jika sedang berjalan pikiranmu harus berada di tempat kau berada. Jangan di tempat lain apa lagi kantor. Ini masih pagi." Lalu suara tawa terdengar. Aku hanya tersenyum kecil kala mendengarnya. Mereka memang bukan saudara kandung tapi mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain.

❏ ፧ 宇宙 - Star and His SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang