-2. Mr. Lee Lunch

23 22 0
                                    

Mau apdet pagi pagi bareng yg Heartbeat tapi males :'v
Yaudah lah, sore aja kali? :D

HaPpY rEaDiNg -!♡
—🦊

--—oOo—--

Hari ini aku terbangun pagi-pagi sekali. Ah tidak, bukan terbangun melainkan terjaga. Aku terjaga sejak pukul 2 pagi tadi.

Tidak tahu apa yang terjadi denganku sebenarnya, karena perasaanku terus tidak enak sejak kembali ke apartemen. Bahkan untuk tidur saja rasanya tidak nyaman. Karena itu, alih-alih tidur aku lebih memilih untuk terjaga.

Selama terjaga tentu aku tidak diam saja. Aku keluar dari kamar dan turun ke dapur untuk membuat secangkir kopi untuk menemaniku.

Di ruang tengah sudah ada laptop bersama berkas-berkasku karena aku memang sempat mengerjakannya sebelum aku ketiduran dikamar saat sedang membuat surat rangkap tiga untuk anggota militer negara lalu perasaanku tidak enak dan berakhir memilih terjaga saja. Jadi kurasa lebih baik aku melanjutkan kegiatanku yang tertunda tadi.

Aku kembali membuka dan menyalakan laptopku untuk mengerjakan file mengenai taktik pergerakan LBR yang kutargetkan harus selesai sebelum hari Jumat minggu ini. Itu artinya aku punya waktu 2 hari.

Aku mencari flashdisk yang aku gunakan untuk menyimpan pola interval waktu pergerakan LBR kemudian aku sempurnakan untuk rapat nanti siang.

Saat flashdisk sudah terbuka pada laptopku, aku segera mencari nama file yang akan aku sempurnakan. Senyuman miring tersungging di bibirku begitu aku memahami pola pergerakan LBR ini.

Tanganku masih sibuk mengetikkan hasil yang telah aku peroleh selama ini sambil sesekali menegak kopiku saat tiba-tiba ada seseorang yang bergelayut di lengan kananku. Kepalaku refleks menoleh ke kanan saat merasakan ada seseorang di sebelahku.

Netraku menemukan Jisung dengan wajah pias dan kantung matanya yang terlihat nyata. Aku berhenti dari kegiatanku mengetik untuk sekedar mengelus kepala adik bungsuku itu.

“Terjaga, hm?” tanyaku padanya.

Ia hanya mengangguk sebagai jawaban lalu meletakkan kepalanya pada pahaku dan menyamankan posisinya. Kemudian secara perlahan matanya terpejam termakan kantuk.

Kasihan juga sebenarnya. Ia masih sangat muda untuk mendapat kesibukan nyata seperti seorang pengacara pada umumnya. Di saat remaja lain seusia dirinya, mereka akan sibuk dengan tugas-tugas seorang mahasiswa di universitas mereka masing-masing. Bukannya sibuk dengan kasus-kasus hukum yang harus selesai dan menuntut hasil yang memuaskan penuntut.

Adikku yang malang.

Tanganku terulur untuk mengusak kepala dengan surai coklat gelap yang berada di atas pahaku. “Tidur, jangan terlalu sering terjaga. Tidak baik untuk kesehatanmu. Bagaimana pun, kau masih manusia yang bisa sakit.”

“Hmm, iya kak, hoam,” ia bergumam menjawabku diiringi dengan menguap di akhir kalimatnya.

Kalau sudah begini, artinya aku harus menunda kegiatanku. Untung saja file itu sudah hampir selesai, hanya kurang catatan kaki saja.

“Chenle dimana?” aku bertanya pada orang yang matanya terpejam namun kuyakini masih belum terlelap itu.

“Di kamar. Masih terbangun,” jawabnya ringan.

Apa-apaan? Masih terbangun?
Jadi dua makhluk berbeda umur ini belum ada yang tidur? Ck, kenapa sangat sulit untuk disuruh tidur sih.

Aku mengangkat kepalanya secara perlahan. “Kalian berdua belum tidur, eoh? Kenapa?”

❏ ፧ 宇宙 - Star and His SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang