"ASSALAMUALAIKUM! AKU PULANG!" Teriak gadis cantik berambut panjang bersurai hitam legam, kemudian membuka sepatunya dan menaruh di rak sepatu.
"Waalaikumsallam, kebiasaan banget teriak-teriak mulu!" Ucap dion kakaknya mira.
"Ya maap hehe."
Dion melirik jam dinding yang berwarna biru muda, ternyata waktu sudah menujukan pukul 4 sore. "Tumben baru pulang?" Tanya dion heran.
"Iya nih, tadi aku abis kerjain tugas kelompok sejarah sama temen-temen aku, makanya baru pulang." Jelas Mira. Dion mengangguk sebagai jawaban iya.
"Kak." Panggil mira.
"Hm."
"Ardevan pindah sekolah kesini loh kak! Sumpah aku seneng banget!" Ucap mira sambil melompat kegirangan.
Dion tersedak minum saat mendengar kabar bahwa ardevan, sepupu nya pindah kesini. "Uhuk Uhuk! Heh serius?"
"Iyalah seriusan."
"Oh bagus deh, jadi kakak gak akan anter jemput kamu lagi."
"Fakyu." Mira menatapnya tajam lalu mengacungkan jari tengahnya ke arah dion.
"Sialan lo."
Karena dion kesal dengan kelakuan adiknya itu, tiba-tiba terlintaslah suatu ide untuk menjahili adiknya.
Dion tersenyum jahil kearah mira dihadapannya, dia mencari posisi duduk yang pas, setelah dirasa cukup sasaran baru dia melempari biji salak itu ke arah mira.
Tapi mira dengan segera menghindar saat melihat biji salak terlempar ke arahnya. "Gak kena." Ejek mira sambil menjulurkan lidahnya kearah dion.
"Bacot." Untuk kedua kalinya dion melempari mira dengan biji salak, tapi tetap saja meleset.
Mira memutar bola matanya malas, mira berjalan kearah kakaknya yang sedang duduk disofa menonton serial pintu berkah. Ah, entah mengapa dion bisa menyukai film seperti itu.
"Udah deh kalo gak bisa ngelempar tepat ke sasaran gak usah so keras, buang-buang tenaga aja." Mira duduk disebelah dion dan menaruh tas disampingnya, dia mengambil satu buah salak yang ada di meja.
"Apaan banget kamu ngambil salak orang gak bilang dulu." Omel dion.
"Ngapain harus bilang? Buah ini kan milik kita bersama." Ujar mira, yang mampu membuat dion terdiam beberapa saat.
"Iya juga ya, eh tapi bunda beliin buah salak buat gua, bukan buat bersama." Pikir dion.
Seketika dion langsung merampas semua salak yang ada di meja, dan memegangnya erat-erat. "Ya enggak lah! Bunda beliin buah ini kan buat kakak." Protesnya.
Mira mendecak kesal, melihat kelakuan kakaknya yang pelit. "Kak jangan pelit ih! Masa sama adik sendiri pelit!"
"Gak! Gak bisa, pokoknya ini punya kakak. Udah lebih baik kamu makan mangga sama jeruk aja sana." Usir dion.
"Yaallah pelit banget, huaaa bunda kak dion pelit!" Teriak mira.
"Berisik elah, lagian bunda gak ada di rumah dia lagi pergi arisan."
"Pantes semena-mena, ternyata bunda gak ada." Mira menatap dion tajam, yang di tatapnya malah fokus menonton film sambil memakan salak.
"Yaudah deh aku telpon bunda aja." Lanjut mira, dia mengeluarkan handphone dari sakunya setelahnya menelpon sang bunda.
Dion dengan kekuatan seribu bayangan segera mengambil paksa handphone yang dipegang mira mematikan panggilan telepon sebelum diangkat oleh ibunya.
"Siniin hape aku ishhh!" Dion menggeleng, lalu memberikan satu salak kepada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Hujan
Fiksi PenggemarIni kisah seorang gadis yang bernama Hamidah Al-Mira gadis judes namun baik hati, dan Alvero Jay Pranata lelaki dingin sang penyuka hujan. Mereka hanya dipertemukan oleh tuhan tapi tidak untuk dipersatukan. "Jika kita tidak berjodoh, maka nanti ana...