far apart; benci.

3 0 0
                                    

suara bisik angin malam itu sungguh membuatku kalut, aku mengeratkan hoodie oversize berwarna putih awan. memandang ke arah luar jendela yang terbuka sambil sesekali menyeruput susu stroberi hangat. dari tempatku duduk dengan sedikit memeluk lutut sekarang aku bisa mengerti apa artinya ketenangan; itu benar-benar nyata.

lalu pertanyaannya, sedang apa aku ini?
yeah sebenarnya aku sedang menunggu seseorang, bukan pangeran tampan yang rela memanjat jendela seperti difilm. hanya menunggu 'orang' itu saja. sudah.

19.28

ponselku berdering. menampilkan tampilan layar telepon yang sudah aku tunggu dari tadi sebenarnya. entah berapa jam yang lalu, mungkin. dengan sedikit tergesa aku meletakkan gelas susu ku yang isinya tinggal dua tetes. mengangkat panggilan itu sebelum terputus sepihak, dia menyapaku riang —tanpa rasa berdosa lebih tepatnya.

assalamualaikum bee, hey!

aku mengangkat alisku sebelum menjawab, kenapa bersemangat sekali? batinku.

waalaikumsalam, halo juga

tebak aku udah pulang atau belum?

um, gak tahu. mungkin udah? jawabku menggantung.

hehehe iya. aku udah pulang kerja. baru aja sampe.

ah, jadi dia baru pulang.

lama sekali? biasanya jam 5 sudah pulang?

maaf sayang banyak kerjaan, lembur.

aku mengangguk sekilas walaupun ia tak mungkin melihatnya. lalu kita mengobrol banyak, mendengarkan ia bercerita tentang kesibukannya hari ini. cukup menyenangkan sampai saat jam menunjukan pukul 10 malam.

tidur yuk? ajaknya. padahal aku masih berminat mendengarkannya.

tut. telepon sudah ia tutup, tapi tidak dengan rasa rindu ku yang sepertinya sudah terlewat batas. tapi aku tak akan merepotkannya, toh semua yg ia lakukan membuatnya bersemangat.

selama setahun belakangan, memang ini cara kami untuk tetap berhubungan. walaupun, yeah, kurasa aku tak pernah menyukai nya. bukan. bukan aku tidak menyukai menunggunya seharian, bukan aku tidak menyukai menerawang layar pipih berharap akan ada ucapan setiap pagi yang manis dirinya, bukan tak menyukai bagaimana senangnya mendengarkan ia bercerita begitu riang tentang kesibukannya bekerja seharian dengan penuh rasa senang diseberang sana. aku hanya tak menyukai jarak yang seolah semakin hari semakin menyusahkan ku untuk terbiasa tanpanya, aku benci jarak, benar.

aku benci dan sedikit takut.

beebaeboo.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang