—🌸—Bulan Februari berganti Maret. Sudah sekian lama sejak hari Valentine beberapa minggu yang lalu dan aku sama sekali belum berbicara lagi dengan Somi (Salahkan pekerjaanku, jangan aku).
Ah, aku lupa bercerita bagaimana saat aku pulang setelah makan malam Bersama gadis itu, sebuah kotak coklat tergeletak di kursi belakang mobilku. Tanpa surat, Hanya secarik kertas berinisial nama yang membuatku berpikir Bahwa itu nama Somi. Aku tidak tahu apa yang merasukinya hingga memberiku coklat di Hari valentine, Karena kupikir hubungan kami tidak sedalam itu untuk membuatnya memberikan sekotak coklat di hari seperti itu. Namun tanda tanya itu Hanya aku acuhkan seiring dengan pekerjaanku sebagai dosen Mulai menyulut emosi.
Di hari itu, sekitar pertengahan Maret aku kembali mengunjunginya di kafe tempat ia bekerja. Tetapi entah kenapa bibirku terasa kelu, tak berani memulai percakapan. Rasa seperti canggung menyelimuti udara di sekitar kami. Meskipun berbagai topik sudah kusiapkan, namun semua itu hanya berakhir memenuhi dadaku saja. Dan Somi— yang sebelumnya selalu menyambutku riang seperti anak anjing menyambut majikannya pulang, kini tengah redup. Seperti ia juga merasakan hawa canggung disekitar kami. Lalu hari demi hari kurasa hubungan kami semakin renggang, dan aku berakhir hanya menjadi pelanggan tetap di kafe tempatnya bekerja, tidak lebih dari itu.
Kemudian ia mulai mengganggu pekerjaanku. Membuatku hilang fokus dan justru berpikir dimana letak kesalahan kami —atau aku. Bahkan membuatku terhanyut akan berbagai pertanyaan itu saat mengajar sekalipun —aku hampir mengacaukan sesi kuis ku dengan menyuarakan isi hati tepat didepan mikrofon! Dasar Han Somi, bahkan jika tidak bertemu denganmu pun kau tetap membuat masalah!
Lalu setelah bergelut cukup lama dengan pikiranku— dan saat pekerjaanku sudah tidak membuatku gila, aku memutuskan untuk kembali mengajaknya berbicara. Dan makan malam, jika memungkinkan. Aku mencoba kembali memantapkan niatku sembari melihatnya berhamburan kesana kemari didalam kafe kecil ini, seraya aku mencari-cari waktu untuk berbicara dengannya. Namun semua itu sirna saat seorang wanita masuk kedalam kafe, "Han Seungwoo!" Suara memekiknya mengisi ruangan, membuat Somi menoleh padaku dan netra kami Bertemu cukup lama. Bahkan saat wanita itu berlari pun netra kami masih saling mengunci. Hingga saat wanita berambut pirang itu memeluk tubuhku yang tidak bergeming, kulihat Somi memalingkan pandangannya dariku. Dan diriku semakin merutuk diri atas hal yang aku masih belum tahu pasti apa itu.
—🌸—