01| Hari Sial

171 14 36
                                    

Pagi itu cuaca cukup mendung. Suara rintikan hujan ditambah kasur yang empuk juga selimut yang hangat membuat beberapa orang enggan meninggalkan kenikmatan dunia tersebut.

Tak terkecuali dengan Andin. Gadis itu masih saja bergelung dengan kasur dan selimutnya, sebelum sebuah suara mengusiknya.

Brak.. Brak

"Andin.. Bangun udah pagi" dirasa tidak ada jawaban dari dalam kamar, gadis itupun melakukan hal yang sama. Namun kali ini sedikit lebih keras.

"Andin, kalo kamu nggak juga buka pintunya, mbak dobrak nih! " masih juga tidak ada jawaban, akhirnya gadis itupun membuka paksa pintu dengan kunci cadangan.

"ANDIN-- " gadis itu terkejut melihat keadaan adiknya. Kaki diatas kepala ranjang, dengan bantal dan selimut yang sudah jatuh berserakan di bawah.

"ANDIN BANGUN NANTI KAMU TELAT SEKOLAH DAN MBAK JUGA TELAT KE KAMPUS! " gadis itu membangunkan adiknya degan cara mengguncang tubuh adiknya itu.

Merasa tidurnya terganggu, Andin pun membuka matanya.
"Apa sih mbak, Andin lagi tidur juga, ganggu aja"

"Heh bangun, udah pagi ini nanti kita telat!"

Andin pun melihat ke sekelilingnya.
"Apaan orang masih subuh juga"

"Subuh matamu! Udah cepetan sana mandi! "

"Iya iya, huh emang sekarang jam berapa sih?" tanya Andin kepada mbaknya itu sambil mengucek matanya.

"Sekarang udah jam 06.30"

"Oh, masih jam 06.30..." jawab Andin sambil mengagguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia merasa ada yang aneh. "Tunggu-- WHAT JAM 06.30?!"

"Iya Andini Ayuningtyas"

"YA AMPUN MBAK ALIN, KENAPA NGGAK BILANG DARI TADI! " ucap Andin, lalu bangkit dari kasurnya. Karena tidak berhati-hati, terjadilah insiden tak terduga.

Brugh

Saat akan bangun dari kasur, kaki Andin terbelit selimut lalu terjadilah insiden pagi itu. Andin yang terjungkal dengan tidak estetik.

"Aduh, kenapa nih selimut ngalangin jalan gue ajah" Sungut Andin. "PUNYA DENDAM APA LO SAMA GUE HAH?! " tunjuk Andin kepada selimut yang tidak berdaya. Lalu berlari ke arah kamar mandi.

"pliss bukan adek gue"- batin Alin.

"Udah sana cepetan mbak tunggu di bawah"

"Oke sip mbak, jangan tinggalin Andin" teriak Andin dari dalam kamar mandi.

"Huh, iya" Alin pun mendengus sebal melihat tingkah adiknya itu.

***
'Huhh.. Huhh' Andin menghela napasnya kasar. Saat diperjalanan tadi, ban mobil kakaknya itu meletus. Jadi dengan sangat terpaksa, Andin akhirnya berlari menuju ke sekolahnya.

Beruntung jarak dari kejadian meletusnya ban mobil dengan sekolahnya tidak terlalu jauh dari sekolahnya.

"Yes, nggak ada kakak galak OSIS di depan gerbang" Andin berteriak kegirangan sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada.

"Ups, gue nggak boleh berisik" Andin pun berjalan masuk, mengendap-endap sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

Saat sudah cukup jauh dari gerbang, ia pun menghela napasnya lega.

Andin merasa menjadi orang paling bahagia saat ini, sebelum sebuah suara membuat dadanya bergegup kencang.

"Ekhem.. "

Takdirmu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang