Suasana pagi hari ini sangat cerah. Matahari bersinar terang, dengan sinar hangatnya. Langit yang biru, bersih tanpa awan. Suara kicauan burung- burung yang membikin hati tenang. Juga semilir angin yang berhembus lembut. Sebuah paduan yang sangat pas, membuat siapapun bersemangat mengawali aktifitas pagi hari ini.
Namun, tidak bagi Andin. Suasana pagi ini tak berpengaruh pada keadaan hatinya. Hatinya sangat kelabu, awan hitam bergerumul disana. Ada sesuatu yang terasa menyesakkan, tetapi ia tak tahu apa itu.
Saat ini Andin tengah berada di dalam mobil, bersama sang kakak menuju ke sekolahnya.
"Din, Mbak nanti gak pulang ya. Soalnya mau nginep di rumah temen, ngerjain tugas" ucap Alin memecah keheningan.
Setelah berujar demikian, Alin tak mendapat respon dari Andin. Dia pun melirik ke arah Andin yang ternyata sedang menghadapkan wajahnya ke jendela.
"Din" masih tak ada respon. "Andin" ucap Alin sembari menepuk lengan Andin.
Tersentak, Andin pun memalingkan wajahnya dari jendela ke arah kakaknya. "Eh, iya Mbak. Kenapa?"
Jawab Andin.Alin meneliti raut wajah adiknya itu, terlihat sendu. Ada apa dengannya, apa ia memiliki masalah? Karena bukan tipikal Andin sekali. Alin sangat hapal, Andin adalah orang yang ceria dan semangat. Mungkin Alin akan menanyakan hal ini kepada Fahri nanti.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Alin. "Andin nggak apa-apa kok mbak"
Andin menjawab dengan senyum tipis di wajahnya."Beneran gak apa-apa? Mukamu itu sedikit pucet sama matamu itu sembab. Kamu sakit?" ucap Alin dengan raut wajah khawatir. "Nggak kok mbak, Andin sehat-sehat aja" ucapnya berusaha meyakinkan. "Oh, yaudah kalau begitu" ujar Alin seraya memalingkan wajahnya kembali ke arah jalanan.
"Eh, iya. Nanti mbak gak pulang. Soalnya mau nginep buat ngerjain tugas di rumah temen" ujarnya dengan masih melihat jalanan. "Iya, mbak" jawab Andin. "Nanti kalo mau makan pesen aja" sekali lagi Andin menjawab iya.
Setelahnya hening, sampai mobil sampai dan kemudian berhenti di depan SMA Bhakti Bangsa. Kemudian Andin membuka pintu mobil. Belum terbuka suara Alin lebih dulu mengudara.
"Andin kamu bisa cerita sama mbak, kalo kamu mau" ucap Alin yang hanya dibalasi dengan senyuman oleh Andin. Lalu Andin keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam sekolahnya.
***
Andin terus melangkahkan kakinya ke dalam sekolah. Saat sampai di depan gerbang dalam terlihat Fahri bersama beberapa anak osis lainnya, ia sempat bersitatap dengan Fahri, lalu Fahri memutusnya dan melihat ke arah ponselnya dan Andin pun memalingkan wajahnya kemudian melenggang masuk. Fyi, sekolah ini mempunyai dua gerbang. Gerbang depan yang bisa dilalui kendaraan, karena sekolah ini memperbolehkan siswa siswinya membawa kendaraan dan gerbang dalam yang biasa dilalui siswa siswi sebelum berbelok ke koridor kelas.Andin terus melangkahkan kakinya, saat akan berbelok ke koridor ia melihat Varel yang sedang berjalan tergesa-gesa. Tanpa pikir panjang, ia pun berlari menyusul Varel sembari meneriakkan namanya.
Merasa namanya terpanggil, Varel pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang. Terlihat Andin sedang berlari ke arahnya.
"Oh, hay sayang" ucap Varel ketika Andin sudah berada di dekatnya. Lalu ia menggenggam tangan Andin "Ada apa, Yang?"
Andin terdiam sejenak, ia memandang wajah Varel. "Kenapa kamu nggak bales chat aku?" tanya Andin. "Oh, itu. Aku ketiduran, Yang. Maaf ya?" ucap Varel sembari mengelus pelan pipi Andin.
"Aku mau ngomong sama kamu boleh?" tanya Andin. Varel diam, kemudian berkata "Nanti aja ya, aku lagi buru-buru"
Kemudian Varel melepas genggaman tangannya dan Andin, lalu berlalu pergi meninggalkan Andin. Andin hanya terdiam melihat Varel yang meninggalkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirmu Aku
Novela JuvenilUntuk apa mencari yang jauh sedangkan yang di depan mata menanti. Terkadang cinta memang sesulit itu, kadang juga cinta sebodoh itu. "Udahlah, ngapain sih lo ngarepin dia?! " "Ya, gue cinta sama dia" "Lo tuh bego banget sih, jadi orang?!" Fahri te...