7. Kak Seonghwa Kenapa?

254 37 0
                                    

Aku masih memandangi Kak Seonghwa yang masih setia tersenyum. Senyumannya, mirip seperti senyuman yang ia berikan padaku saat aku ulang tahun. Apakah ada hubungannya?

"Ada apa, Selena?" Kak Seonghwa yang sadar terus dipandangiku menoleh.

"Kakak belum jawab pertanyaanku, sesuatu apa?" aku mengulang pertanyaanku.

"Hm, mungkin belum saatnya Selena tau," ujarnya.

Aku dibuat makin penasaran olehnya. Tapi aku mengurungkan lagi untuk bertanya. Mungkin memang belum saatnya. Tapi aku sangat penasaran.

"Ini sudah larut, ayo tidur," Kak Seonghwa berdiri dari tempat duduknya. Aku masih diam. Ia menggendongku dan membaringkanku di kasur.

"Selamat malam, Selena," katanya sambil tersenyum ke arahku.

Bagaimana aku bisa tertidur? Aku masih penasaran dengan perkataan Kak Seonghwa tadi. Teringat akan sesuatu? Apa itu? Dan senyuman itu. Senyuman yang selalu membuatku merinding. Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku?

Tentang sekolah, sebenarnya aku sudah bisa bersekolah. Tapi aku masih takut untuk ke sekolah. Benar kata Kak Yoga, aku trauma dengan kejadian tempo hari.

Aku kembali menangis. Aku menangis dalam gelap. Aku menangis tanpa suara, takut mengganggu orang yang sudah tertidur. Aku kembali dihantui dengan kejadian menyeramkan itu. Andai saja Senja tidak datang waktu itu, mungkin aku sudah mati kedinginan di dalam.

Pukul 23.34, aku masih belum mengantuk. Padahal dokter sudah mengingatkan agar aku istirahat yang cukup.

Aku kembali duduk di depan jendela kamarku. Udaranya dingin hingga menusuk tulang. Tapi aku tetap duduk sambil meletakkan kepalaku, aku jadikan tangan sebagai bantal di jendela besar kamarku. Tak lama kemudian aku tertidur di sana. Aku merasakan seperti ada orang yang menggendongku untuk kedua kalinya. Ia meletakkanku di kasur dan menyelimutiku, lalu ia mencium keningku.

●●●

Aku tetap bangun pagi walaupun aku tidur larut semalam. Saat ini aku dan keluargaku sedang berkumpul untuk sarapan. Hari ini aku tidak sekolah. Mungkin Senin depan aku akan sekolah, karena besok libur. Sudah dua hari aku tidak bersekolah, pasti aku banyak ketinggalan pelajaran.

"Selena, kenapa semalam kamu masih duduk di jendela itu?" tanya Kak Seonghwa saat ayah dan ibu sudah pergi dari meja makan. Ternyata ia yang menggendongku untuk yang kedua kalinya.

"Aku belum mengantuk,"

"Dan kanapa kamu menangis semalam?" aku terkejut mendengar pertanyaan dari Kak Seonghwa. Tahu dari mana dia?

"Kakak lihat kamu nangis waktu kakak mau ambilin minum," Kak Seonghwa seakan tahu apa yang aku pikiran.

"A..ku, aku masih takut, kak," ucapku dengan menundukkan kepala. Aku mencoba untuk tidak menangis saat itu.

Kak Seonghwa memelukku. Ia mengusap rambut halusku.

"Ada kakak disini yang akan lindungin kamu. Kalau nggak ada kakak, masih banyak yang akan lindungin kamu," katanya sambil terus membelai rambutku.

"Siapa aja, kak?" tanyaku dengan wajah yang polos seperti anak kecil.

"San, Uyong, Malvin, Johan, dan Senja ada di sekolah untuk lindungi kamu. Hendika, Yoga, Yuda juga akan selalu lindungi kamu. Kita akan terus melindungi. Dan masih banyak lagi yang akan melindungi kamu, " jelas Kak Seonghwa.

gadis yang merindukan cahaya rembulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang