Chap 2.Not Coincidence

85 33 25
                                    

Entahlah, tapi ku rasa pertemuan kita bukanlah suatu kebetulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entahlah, tapi ku rasa pertemuan kita bukanlah suatu kebetulan.


~Happy Reading~





"Kantin"

"Hah?" Jantungnya serasa berdegup sangat kencang ketika laki-laki itu menatap mata Lia dan berbicara padanya.

Lia memperhatikan mata milik laki-laki itu... sangat indah. Huhh, rasanya Lia ingin sekali memotret makhluk indah ciptaan Tuhan di depannya itu.

Melihat Lia diam saja dan tidak bersuara, tanpa pikir panjang laki-laki di depannya itu menarik tas Lia dan langsung menyeretnya

"E-ehhh apa-apaan nih. Lepasin ga!" Lia yang bersusah payah untuk melepaskan tangan milik laki-laki itu dari tas nya.

Tapi tidak ada respon apapun dari sang laki-laki, dia hanya terus menyeret Lia dengan tangannya.

"Lepasinnnnn!"

Sepertinya percuma saja Lia berteriak dan berusaha melepaskan tangan laki-laki itu, karena tenaganya jauh lebih kuat dari Lia.

Tidak ada pilihan lain. Akhirnya satu ide Lia muncul begitu saja.

Lia berusaha dengan sekuat tenaga agar badannya berputar menghadap laki-laki itu, tindakan selanjutnya memajukan wajahnya dan langsung menggigit jari tangan milik laki-laki entah siapa namanya.

Melirik sekilas ke arah baju laki-laki di depannya, Revalino Putra.

Oh.

"Akhh—" Lino mengeluh kesakitan karena gigitan Lia barusan. Sangat tidak sopan. Dengan segera Lino melepaskan tangannya dari tas Lia.

Lia tidak mengatakan apapun dan Lia langsung melangkah pergi dari hadapan Lino.

Eits— tidak semudah itu, Lia baru saja berjalan satu langkah. Tapi tangan Lia di cengkeram paksa oleh Lino dan— di seret lagi...

WTF!!

"Lep-ppasssinn" Tidak ada henti-hentinya Lia terus berteriak menyuruh Lino untuk melepaskan tangannya dan memukul punggung telapak tangan milik Lino beberapa kali dengan sedikit keras.

Tapi setelahnya tiba dikantin, tangan Lia di lepaskan begitu saja dari cengkeramannya. Aneh.

"Huh! Dari tadi kek, dasar stres!" Lia hanya mencibir dan niatnya ingin segera menyingkir dari kantin tersebut, tapi Lia merasa sangat haus, tenggorokan nya terasa kering sekali akibat berlari dibawah teriknya matahari.

Lia lebih memutuskan untuk membeli air mineral dikantin. Namun, baru saja berbalik badan tapi tangannya kembali di cengkeram lagi oleh si Lino sialan ini.

"Kenapa lagi— Eh?..."

Bukan. Lino bukan ingin menyeretnya lagi, tapi Lino memberikan air mineral dingin ke tangan Lia.

LILA'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang