TERGODA

5.5K 18 1
                                    


*Mengandung unsur dewasa

Mohon patuhi batas usia yang ditetapkan.

Flashback pov Erik

Aku harus menemui Karin secepatnya dan mengatakan kalau aku mencintai Windy.

ting tong..

"Erik..."

Kulihat Karin kaget dengan kedatanganku. Dan, pemandangan apa ini? Dengan lingery sexynya Karin menemuiku dan rambut yang tergerai di pundak putihnya.

"Masuk Rik"

Akupun masuk. Belum ada lima langkah aku masuk ke kamar kost annya, Karin langsung memeluku dengan erat.

Dengan buah dada yang menempel pada dadaku membuat ku sesak nafas...

Karin pun mencium bibirku dengan lembut. Sebagai laki-laki, sulit sekali aku melepaskan kenikmatan ini. Dengan pakaian yang menerawang, buah dadanya yang sintal mulai ku peras. Badan kecilnya pun kudorong menuju kasur yang letaknya memang tidak jauh dari pintu kost annya. Tanpa kubuka lingerynya pun Karin sudah membukanya sendiri dan mulai membuka satu persatu kancing kemejaku sambil tetap bercumbu. Sekarang kami benar-benar tidak memakai sehelai benang pun. Aku pun mulai menciumi buah dadanya dan meninggalkan kissmark di buah dadanya yang indah. Dia pun mengerang dengan kerasnya sampai-sampai aku takut ada orang lain yang mendengarnya. Dan akupun melakukannya dengan wanita yang telah menggodaku. Ini pertama kali aku melakukannya, tapi aku tau dia sudah tidak perawan. Oh..apa yang aku lakukan. Dasar bodoh! Aku datang bukan untuk ini! Tapi aku puas dan menikmatinya. Dengan cepat aku memakai pakainku kembali.

"Maafkan aku Rin, aku.. aku sudah...."

"Kenapa kamu Rik? Bukankah kita saling menyukai? Ayolah Rik, kamu menikmati semua inikan?" tanya Karin dengan menunjukan wajah yang memelas.

"Sebenarnya aku datang bukan untuk ini Rin, aku..." belum sempat aku mengucapkan kalimatku, Karin cepat memotong pembicaraan seakan dia tau akan arah perkataanku.

"Ya aku tau, kamu mencintai Windy, aku tau semuanya Rik. Aku sudah curiga dari awal aku mengenalkan Windy padamu. Matamu tidak pernah sekalipun menatapku seperti kamu menatap Windy. Kalian selama ini bermain dibelakangku kan? Aku tau Rik" ungkap Karin dengan penuh keyakinan.

"Ya, aku mencintai Windy, aku mencintainya sejak dari pandangan pertama. Dia membuatku tergila-gila" pengakuanku.

"Maaf Rin, sebaiknya kita putus saja. Aku tidak mau terus menggantungkanmu seperti ini" pintaku.

"Kenapa Rik? Bukankah selama ini kita pacaran? Tidak adakah sedikitpun kamu mencintaiku?" Tanya Karin dengan mata berkaca-kaca hendak menangis.

"Tidak Rin" Jawabku frontal.

"Lalu apa yang kamu lakukan barusan hah?"

"Aku tergoda olehmu Rin. Laki-laki mana yang tidak tergoda oleh wanita yang hanya memakai pakaian tipis dengan dada terbuka seperti itu?" Akupun mulai dibuat kesal olehnya.

"Tolonglah Rin, lupakan aku" Pintaku dengan diikuti oleh isak tangis Karin.

Setelah beberapa waktu, tangis Karin pun mulai mereda. Dengan wajah memelas, Karin mengucapkan sesuatu yang tidak bisa aku tolak karena untuk menebus kesalahanku padanya.

"Baiklah Rik, aku turuti maumu, tapi dengan syarat" pinta Karin yang membuatku sedikit lega.

"Selama seminggu ini tetaplah bersamaku. Bersikaplah selayaknya kamu adalah benar-benar pacarku. Ciumlah keningku dihadapan Windy. Pergi kebioskop, makan bersama, dan berilah aku bunga. Aku janji setelah seminggu berakhir, apapun yang akan kamu putuskan, aku akan menerimanya. Dan jangan lupa selama seminggu ini janganlah kamu sedikitpun bertemu atau bahkan berkomunikasi dengan Windy! Jika kamu melanggar semua ini, aku akan mengatakan pada Windy tentang apa yang kita lakukan bersama tadi!" Ancam Karin yang membuatku berfikir bahwa bisa-bisanya wanita selugu Karin bisa melakukan hal seperti ini kepada sahabatnya. Ah sudahlah, akupun tidak sesuci orang. Aku dan Windy pun bersalah pada Karin.

1 minggu setelahnya.

"Rik, aku hamil"

"Apa? Tapi kita baru melakukannya sekali Rin" jawabku kaget atas pernyataan Karin.

"Kamu harus tanggung jawab Rik, kamu harus menemui orang tuaku dan meminangku" pinta Karin.

"Tapi aku tidak mencintaimu Karin, aku menemuimu untuk memutuskanmu Rin!!" jawabku dengan membelalakan mataku saking kagetnya.

"Baiklah aku akan memberitahu Windy kalau aku hamil agar Windy berhenti menemuimu". Ancam Karin.

"Jangan! Biar aku yang berbicara padanya. Kamu jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku"

Ah sial! Apa ini karmaku karena tidak jujur pada perasaanku sendiri dan telah mempermainkannya seperti itu? Kepalaku rasanya mau pecah. Padahal tinggal beberapa bulan lagi kita akan lulus dari universitas ini.

Apa aku harus menikahi Karin yang bahkan sekarang aku membencinya? Tapi aku Laki-laki. Laki-laki harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya.

pov Erik end

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang