-Tetes Pertama-

16 1 7
                                    

Hari itu tepat 5 tahun Rean dan Dewa berpacaran. Tak banyak yang dapat Rean berikan, namun dia datang membawa berita bahagia.

Sidang skripsinya minggu lalu berjalan lancar dan dia lulus sidang. Sekitar 3 bulan lagi dia wisuda dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Ya, Rean Anjani S.E.

Tapi perjuangannya slama ini, pengorbanan dan semua yang dia lakukan selama 5 tahun rasanya kurang memuaskan. Walaupun Rean lulus dengan IPK yang cukup baik tapi jika laki-laki yang slama ini ada di belakangnya tak sanggup lagi menjaga kesetiaannya semua terasa sia-sia.

Ya, slama 4 tahun Rean kuliah dan bekerja,  dan 1 tahun sebelumnya dia bekerja untuk biaya kuliahnya laki-laki itu selalu ada disamping Rean.

Rean merasa dialah yang terbaik. Kuliah yang ia rahasiakan dari semua orang termasuk orangtuanya berhasil dibantu oleh laki-laki itu.

Dewalah yang menemani Rean kemanapun ia pergi. Walau sebenarnya mereka tidak bisa selalu bersama karna jadwal kerja yang berbeda namun Dewa selalu menyempatkan untuk membantu Rean mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.

Seminggu sebelum Rean menjalani sidang skripsi, ia jatuh sakit dan harus masuk rumah sakit. Dewa yang mengurus semua administrasi dan menjaga Rean slama ia sakit.

Bahkan orangtua Rean pun tidak pernah diberi tahu tentang apapun yang terjadi. Dia tak ingin banyak membuat orangtuanya susah dengan memikirkannya. Selama hampir 3 bulan terakhir mereka nyaris tak pernah pulang.

Rean sibuk dengan tugas akhir dan skripsi, Dewa sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai manager di sebuah Restoran Siap Saji. Selama 3 bulan itu mereka pun nyaris tak pernah bertemu. Dan dalam 3 bulan itu mereka bertemu saat Rean masuk rumah sakit.

Setelah sembuh dan Rean pulang ke kostan, mereka kembali sibuk masing-masing. Rean dan Dewa adalah anak rantau dari Garut.

Perbedaan umur mereka hanya selisih 2 tahun. Rean mengenal Dewa sejak SMA, Dewa adalah seniornya di Organisasi. Sejak Rean bekerja di Bandung, mereka sering bertemu dan akhirnya berpacaran.

Pagi itu Rean pergi ke kampus dan menunggu giliran sidang. Dia tak pernah menyangka dalam keadaan plester infus masih ada di lengan kanan ia bisa mempresentasikan tugas akhirnya dan menjawab semua pertanyaan dosen pembimbing.

1 minggu kemudian Rean mendapat kabar bahwa ia lulus. Seketika Rean ingin pergi menemui Dewa yang selama ini banyak membantunya.

Tepat pukul 4 sore Rean sampai di resto tempat Dewa bekerja. Rean menjadi customer yang seolah tak memiliki hubungan apapun dengan Dewa.

Dengan suasana hati yang benar-benar baik Rean memanggil seorang pelayan perempuan yang kerja disana, dan memintanhya untuk memanggilkan manager resto tersebut.

Tak selang berapa lama Dewa datang dengan wajah yang cukup suntuk seperti banyak pikiran, tapi Rean tak berprasangka buruk sedikitpun. Dia hanya berpikir bahwa kekasihnya sedang dihadapkan dengan pekerjaan yang banyak atau rumit.

Rean berharap semoga kabar yang akan ia sampaikan membuat Dewa sedikit terobati dan tak sesuntuk sebelumnya.

“sayang, aku lulus sidang.. 3 bulan lagi aku wisuda. Makasih buat suportnya slama ini, makasih juga udah jagain aku waktu aku sakit kemaren, maaf aku banyak ngerepotin kamu”

“oh ya? Slamat yah yang..” (dengan muka yang datar)

“kamu kenapa? Lagi banyak kerjaan yah? Aku ganggu yah? Maafin aku yah” Rean menggenggam tangan kekasihnya.

Tiba-tiba dari dalam kantor yang terdapat ruangan khusus staff keluar seorang wanita yang mungkin usianya hanya berbeda beberapa tahun dengan Rean. Rambutnya tergerai dengan warna yang tidak umum, berpakaian serba mini, membawa tas yang khas sosialita, pokoknya modis.

Wanita itu mendatangi meja tempat Rean dan Dewa lalu memisahkan pegangan tangan Rean dengan kekasihnya.

“jadi cewek ini yang kemaren kamu rawat sampe sembuh dirumah sakit itu? Yang sampe kamu sepelein kerjaan kamu? Sampe kamu juga lupa sama aku?”
Rean merasa bingung dan tak mengerti siapa wanita ini sebenarnya.

“maaf ya kak, kakak siapa?” tanya Rean

“gue selingkuhan cwo lo!” lalu menarik Dewa untuk berdiri.

Seketika Rean merasakan sesak dalam dadanya, ia tak sanggup berkata apapun.

Mungkin memang Rean yang salah terlalu sibuk sampai beberapa bulan terakhir ini ia tak bisa memperhatikan Dewa sampai kekasihnya itu mencari perhatian dari wanita lain.

Rean pergi tanpa kata dan Dewa pun tak menjelaskan apa-apa bahkan tak menahan Rean untuk pergi. Padahal hari itu tepat 5 tahun mereka bersama.

Rean berjalan keluar dan mulai merasa lemas. Tak jauh dari parkiran Rean pingsan dan ia tak tau apa yang terjadi setelah itu.

Rean AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang