-Tetes Kedua-

2 1 0
                                    

Rean berjalan keluar dan mulai merasa lemas. Tak jauh dari parkiran Rean pingsan dan ia tak tau apa yang terjadi setelah itu.

Ketika sadar ia sudah berada di salah satu ruang rawat rumah sakit. Dokter menyuruhnya untuk dirawat beberapa hari disana karna jantungnya tak berfungsi dengan baik.

Rean merasa buntu dan tak tau harus bagaimana. Dewa yang slama ini slalu ada untuknya kini tlah memilih wanita lain.

Setelah 1 jam Rean melamun dan berpikir harus berbuat apa, datang seorang laki-laki yang tak asing untuknya. Laki-laki dengan tinggi melebihi tinggi Rean, berkulit gelap dan bermata irit.

Dia teman sekolahnya dulu. Danis Andara Wijaya.

“kamu udah sadar, mbul?” Panggilan itu tak pernah Rean dapatkan dari siapapun selain dari Danis.

Dulu mereka pernah dekat, mungkin bisa disebut sahabatan.

Tapi seperti yang kita semua tau tak pernah ada persahabatan antara sepasang Laki-laki dan Wanita. Rean sempat merasakan perasaan yang lebih pada Laki-laki itu.

“ko kamu disini pit?” Rean sedikit dibuat terkejut dengan kehadiran sahabatnya

“kamu pingsan, aku liat kamu di gotong sama orang-orang. Yaudah aku temenin kamu abisan kamu sendirian”

“ow.. makasih yah. Emang kamu mau kemana?”

“aku tadi lagi jalan aja. Oya kamu udah ketemu dokter kan? Kamu udah tau kan kamu harus dirawat buat beberapa hari disini?”

“iya tadi aku udah ketemu dokternya”

“aku aneh deh ko bisa kamu kambuh tiba-tiba? Pasti ada sesuatu yang kamu alami sebelumnya? Kamu berantem? Atau ada yang nyakitin kamu? Apa emang sekarang suka kambuh lagi tapi aku gak tahu?”

Danis memang cukup tau banyak tentang Rean. Tentang penyakit Rean juga.

Tapi sekitar 2 tahun terakhir mereka tak pernah berkomunikasi.

Tapi bukan Danis namanya kalo dia gak bisa buat Rean terpesona. Entah dengan penampilannya atau perlakuannya.

“gapapa ko, mungkin kecapean. Ini baru kambuh lagi setelah hampir 6 tahun” mencoba menutupi masalah, tapi percuma.

“aku tau kamu, gamungkin Cuma kecapean kamu sampe kaya gini”

“udah ah aku gapapa ko. Cuma butuh istirahat aja”

“yaudah aku tinggal dulu yah aku mau hubungin mamih dulu. Sekalian bilang malem ini aku nginep dirumah sakit jagain kamu”

“gausah. Kamu pulang aja, aku udah biasa sendiri ko. Nanti jadi ngerepotin lagi” padahal dalam hatinya Rean bersyukur ada Danis disampingnya.

“gausah alay!” Danis keluar ruang rawat.

Rean punya penyakit yang gak banyak orang tau. Bahkan laki-laki yang membuat penyakitnya kambuh pun tak pernah tau.

Sejak kelas 3 SMP dulu Rean pernah divonis lemah jantung. Semakin hari jantungnya semakin lemah. Terlebih jika Rean merasa kaget atau terlalu capek.

Tapi sejak lulus SMA dia mulai jarang merasakan sakit itu, bahkan ia pikir sudah sembuh.

Danis bukan mantan Rean, tapi dia gak pernah mau liat Rean nangis apalagi sampe penyakit Rean kambuh. Padahal dulu gak jarang Danis lah alasan Rean nangis.

Untuk beberapa hal Danis selalu menyebalkan. Rean yang cengeng dan manja selalu punya alasan menangisi sahabatnya itu.

Tepat pukul 10 malam, Rean berusaha beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari handphonenya. Saat dia berusaha turun dari tempat tidur Danis masuk ruangan tempat Rean dirawat.

Rean AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang