Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brakk
" Ups, sengaja. Hahahhahaa " Ujar salah satu siswi yang baru saja berhasil membuat seorang siswi tersungkur karna mengenai kakinya.
Sedangkan yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam menahan tangisannya. Siswi itu pun berdiri kemudian langsung berjalan cepat menuju ke kelasnya. Mengabaikan murid lain yang masih sibuk menertawakannya.
Choi Yuna, atau biasa di panggil Yuju. Murid di kelas akhir yang berada di salah satu sekolah elit yang berada di Seoul. Di bully atau di tindas merupakan makanan sehari-harinya. Berhasil mendapatkan beasiswa karna kecerdasannya yang membuat dirinya bisa berhasil diterima disekolah elit ini. Jika bukan karna beasiswa, dirinya tidak mungkin bisa berada disini.
Ya. Yuju hanyalah seorang gadis miskin dengan pakaian yang kuno. Kacamata bulat yang selalu bertengger dikedua manik indahnya, serta rambut yang selalu di kepang dua yang semakin membuat dirinya sangatlah tidak pantas untuk berada disini. Itulah hal yang membuat dirinya selalu dijadikan bahan tindasan murid-murid yang kebanyakan adalah anak dari seorang pengusaha terkenal, atau bisa dibilang anak dari orang kaya.
Tidak ada yang bisa Yuju lakukan, selain hanya diam dan menerima perlakuan buruk dari teman-temannya itu. Ah, apakah mereka bisa Yuju sebut teman? Bahkan melihat diriya saja, teman-temannya itu sudah sangat jijik. Yuju pun tertawa miris. Tidak mungkin dirinya di anggap teman oleh murid disekolah ini. Dirinya hanyalah sebuah Hama bagi murid-murid yang lain.
Terkadang Yuju selalu bertanya kepada Tuhan. Mengapa dirinya harus ditakdirkan seperti ini? Mengapa dirinya harus menerima kenyataan pahit ini? Mengapa Tuhan mengambil kedua orang tuanya, yang saat itu hanya satu-satunya harta yang paling berharga yang ia punya? Mengapa harus dirinya? Apakah salah jika ia sangat ingin merasakan sedikit kebahagiaan? Memiliki seorang teman misalnya. Ah, Yuju mempunyai seorang teman. Atau mungkin sahabat yang sangat ia sayangi dan sudah ia anggap seperti saudaranya. Namun lagi-lagi, Tuhan merenggut kebahagiaanya. Tuhan mengambil sahabatnya, orang yang paling berharga selain kedua orang tuanya.
Sahabatnya meninggalkannya untuk selama-lamanya, tepat setelah kedua orangtuanya juga dijemput oleh yang maha kuasa. Masa itu merupakan masa dimana dunianya runtuh. Masa dimana ia benar-benar tidak mempunyai niatan untuk melanjutkan hidup. Dirinya ingin menyusul ketiga orang tersayangnya itu karna baginya, untuk apa dirinya hidup jika tidak ada yang menyayanginya lagi? Untuk apa dirinya hidup jika saja orang-orang yang merupakan sebagian dari hidupnya, sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya?
