Seorang gadis mungil yang basah sedang berlari di keramaian. Dia tidak peduli dengan tatapan aneh mereka, ia terus berlari menerobos keramaian jalan.
Ia merutuki dirinya sendiri karena dia terlalu lama melamun di taman kecil belakang sekolahannya. Sekarang pukul 12.30 saatnya siswa siswi SMA Digite pulang. Dan ia pasti bertemu dengan anak-anak itu.
Ia berhenti sejenak mengatur nafas perlahan-lahan. Ia melihat semua orang menatap nya dengan pandangan yang beragam.
Ia pun segera berlari dari keramaian, dan mencari tempat yang aman dan sepi.
"Fyuhhh, ya ampun jadi orang jelek gini amat ya" ucap nya sedih.
Berli pun berjongkok di sebelah bangunan kosong, bisa disebut gudang. Dia menatap ngeri sekelilingnya, seram.
"Ini tempat apa ya kok serem banget? Ada orang gak sih kok Ana takut ya, kalo ada orang pasti-"
"Khmmm"
Berli tersentak mendengar suara itu lalu ia menoleh ke samping kirinya. Dan benar saja ada pria tinggi dan... tampan.
"Ngapain ngeliatin gue kaya gitu?!" Ketus pria itu.
"Khmm, gak papa" ucap Ana sambil memasukkan anak rambutnya ke telinga.
"Lo gembel ngapain sekolah?" Ucap pria itu kasar, ia melihat Berli dari atas hingga bawah.
Sabar, astagfirullah gak boleh marah.
"Ak- gue gak gembel!" Bentak Berli. Ia merutuki dirinya karena tidak fasih menggunakan kata 'gue' dalam ucapannya, dan sangat terlihat sekali marahnya dibuat buat. Mending nyemplung kelaut aja astaga
"Oh bukan ya? Berati anak nya orang gembel?" Ujar pria itu lagi.
Berlu tidak mau membalas pria gila itu, ia lebih baik pergi. Tapi tangannya di cekal oleh pria tersebut.
"Kalo gak punya tempat tinggal Lo boleh tidur di gudang ini. Tapi jangan harap Lo selamat" Ujar pria itu tersenyum nakal sambil menaruh jaketnya ke pundak Berli.
Ana merinding, ia langsung berlari pulang.
"Takut, takut ,takut, takut" ucap nya di setiap larinya.
Dukkk
Sangking takutnya ia tidak sadar jika sudah sampai di depan rumahnya dan menabrak pagar.
"Ya ampun sakit banget" keluhnya.
Tin tin
Ternyata itu mobil Papa, gawat! Dia pasti lihat keadaan Berli. Walaupun Papa nya tidak pernah khawatir dengan keadaan Berli, tapi ia selalu takut dimarahi Papa nya jika dalam keadaan yang buruk.
"Kamu bisa minggir? Saya mau masuk!" Bentak Dimas kepada Berli yang masih menatap nya.
Tin tin
Sekali lagi mobil itu berbunyi, hingga Berli tersentak dan langsung masuk kedalam.
Ia mengingat lagi.
"Tadi di mobil kaya ada Tante Stella"Dan benar saja, pintu terbuka yang memperlihatkan Dimas, Stella, dan... anak itu, anaknya Tante Stella. Diperkirakan seumuran dengan Berli, ia fashionable, cantik, putih, tinggi. Berli tidak tau namanya siapa, saat kenalan ia hanya tersenyum tipis.
"Ngapain kamu disitu? APA APAAN INI, KAMU BASAH!"
Berli hampir tersenyum saat Papa nya menghawatirkan nya.
"LANTAI RUMAH SAYA KOTOR ULAH MU, JELEK!" Bentak Dimas.
Berli sedikit kecewa ulah Papa nya. Ia pun menghampiri ketiga orang tersebut.
"Papa tau gak aku tadi di bully, masa aku disiram air bau banget" Adu Berlu. Ia memang selalu mengadu jika ada sesuatu yang dia alami, walaupun setiap kali di bentak dan tidak dihiraukan.
Berli melihat gadis itu dan Mama nya yang menatapnya jijik.
"Saya tidak peduli!"
"Papa tau gak? Tadi aku lihat Tante ini di taman sama pria lain" adu Berli.
Stella yang mendengarnya melotot dan gelisah, ia langsung memegang lengan Dimas.
"Ya ampun anak kamu kenapa sih mas kok kaya gak punya attitude" ujar Stella sambil menatap Berli jijik.
"KAMU TAU APA TENTANG STELLA JELEK!?" Bentak Dimas sambil mendorong bahu Berli kuat, hingga ia terjatuh dan punggung nya terbentur meja.
"Aduh, Pa Ana beneran gak bohong. Ana gak setuju kalau Papa nikah sama Tante ini!" Ucap Berli yang belum menyerah.
"Saya tidak perlu persetujuan kamu! Pergi ke kamar mu!"
Dengan jalan tertatih-tatih Berli menaiki tangga, sakit sekali.
***
Berli duduk di balkon, ia belum mengganti baju nya. Hari mulai gelap, adzan Maghrib sudah 5 menit yang lalu. Tapi kaki nya tidak mau bergerak sedikitpun, ia menangis.
Sakit sekali Papa tidak mempercayai nya. Ini beda rasanya dari sebelumnya, entah kenapa. Mungkin karena Berli iri dengan mereka yang bentar lagi tinggal di sini.
Berli berusaha untuk bangun, ia ingin membersihkan tubuhnya yang bau.
Setelah itu ia melihat jaket jeans di atas kasurnya yang ia taruh tadi saat menangis. Beeli heran kenapa ada orang yang mau membantumua? Ini dia ingin memberi Berli atau cuma di pinjam? Berli bingung, dan ia pun mencucinya setelah sholat magrib.
***
Terdengar suara gaduh dibawah, seperti orang yang habis bersenang-senang. Berli mengerjapkan matanya, dilihat nya jam 1 pagi kenapa masih ada orang yang belum tidur.
Berli berusaha berdiri dengan tertatih-tatih karena kaki nya yang masih perih. Ia pun berjalan keluar kamarnya, ia lihat dua orang yang asik mabuk di bawah. Berli lihat itu sendiri dari atas ia menutup mulutnya tidak percaya, itu Papa nya dan Stella.
"A-Ana gak percaya Papa mabuk gitu" ucapnya dengan gemetar. Dengan perlahan Berli mundur dan
Pranggggg
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Skin
Dla nastolatków"Wanita cantik itu bukan dilihat dari warna kulitnya" Berli tertawa membaca kalimat itu. Entah kalimat itu yang salah atau orang disekitar nya saat ini yang bodoh. ~~~ Publish : 4/Oktober/2020 Republish: 9/September/2021