Bismillahirrahmaanirrahiim
Ini Karya pertamaku, semoga pada suka ya?
Maaf kalau dialognya amburadul heheJan lupa vote n komennya hehe...
Tandai typo
Happy reading..
***
Hiruk pikuk kota meramaikan langkahnya yang baru saja sampai di ibu kota, yang akan menjadi tempatnya mengadu nasib.
Dia hanyalah gadis biasa yang hanya lulusan SMA dan pergi ke kota untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya.
Sejujurnya ini keputusan yang sangat berat untuknya, karena harus meredam cita-citanya yang ingin melanjutkan sekolah keperguruan tinggi. Tetapi apalah daya keadaan tidak mendukungnya, namun dia ikhlas karena ini demi keluarga yang sangat dia sayangi.
Dia hanya tinggal bersama kakek dan nenek serta kedua adiknya. Sementara ibunya harus bekerja di kota sebagai ART demi menghidupi keluarganya, karena ayahnya yang sudah tiada.
Dia yang tak tega mendengar ibunya yang terkadang sakit-sakitan di tempat kerja memutuskan untuk menggantikannya, dan membiarkan ibunya tinggal di kampung.
Dan disinilah dia berada, di kota Jakarta.
Bismillah, semoga aku bisa.
***
"Nama kamu siapa?" Ucap seorang pria yang akan menjadi majikanku.
"Nama saya Kayra, pak. Azkayra Alfathunissa." Jawabku sambil menunduk.
"Hm, nama saya Azfer Pradipta."
"Kamu benar anaknya bi Ratna kan?" Lanjutnya, menyelidik
"I-iya pak."
"Yakin, tidak sedang menipu saya kan?"
"Demi Allah, tidak pak. Saya benar anaknya bu Ratna." Jawabku seraya menatap pak Azfer sejenak lalu menunduk lagi.
"Lagian kamu aneh begitu, ngapain wajah di tutupin kain segala. Seperti teroris saja." Ucapnya menatapku intens
"Astaghfirullah. Maaf, saya hanya ingin taat dan menjalankan sunnah. Bercadar bukan berarti teroris pak, karena cadar itu sunnah Nabi, yang bapak bilang bercadar seperti teroris itu mungkin mereka hanyalah oknum yang ingin menjatuhkan agama islam." Jawabku tegas
Aku memang memutuskan untuk memakai kain suci ini saat setelah lulus SMP, selain karena ingin menjalankan sunnah aku juga ingat kata-kata ibu.
Saat itu aku sedang di kamar tengah menyisir rambut, lalu ibu memasuki kamarku
"Anak ibu cantik sekali." Ucap ibu mengelus rambutku sambil tersenyum.
"Ibu bisa aja." Jawabku dengan wajah memerah malu
Kata ibu, aku itu lebih mirip ke ayah. Ayah itu tampan dengan wajah orientalnya. Ibu juga cantik
Ibu terkekeh,
"Ibu serius sayang. Teteh cantik pisan, pasti disekolah banyak cowok yang suka ya sama anak ibu ini?""Ih teteh tuh sebal sama teman-teman cowok disekolah. Mereka suka godain teteh, padahal tetehkan udah pake seragam longgar, jilbab lebar tapi tetap aja pada gangguin terus ngajak pacaran. Padahalkan pacaran dosa kan bu?" Ucapku mencebikan bibir
"Oh ya? Iya teh pacaran dosa, teteh gak boleh pacaran loh. Tapi mereka godain teteh gak sampe berlebihan kan?"
"Nggak sih. Cuma teteh gak suka aja di gangguin terus."
"Hm.. teteh mau gak ibu kasih tips biar gak digangguin terus sama teman-teman cowok teteh?"
Mataku berbinar dan mengangguk cepat,
"Mau, mau. Gimana caranya bu?""Coba sekarang teteh pake jilbabnya. Dan tunggu sebentar ." Aku mengangguk Lalu ibu keluar kamar
Tak lama aku selesai memakai jilbab ibu kembali sambil membawa kain hitam di tangannya
"Nah teteh duduk ngadep ibu sini?"
Aku pun memutari kursi meja riasku dan menghadap ibu.
Lalu ibu memakaikan kain itu menutup wajahku
"Nah gini. Duh tambah cantik aja putri ibu ini. Dan Insyaa Allah, teteh gak akan di ganggu lagi nanti." Ucap ibu sambil tersenyum hangat
"Beneran bu?"
"Iya sayang, coba aja" lalu ibu memutar tubuhku menghadap meja rias
Aku terpaku menatap diriku di cermin. Benarkah itu aku?
"Tambah cantik kan teteh? Ayah pasti senang di atas sana lihat teteh begini." Ucap ibu meneteskan air mata
"Ibu ko nangis sih, keingat Ayah ya bu?" Aku langsung saja memeluk ibu erat
Ibu terkekeh, "Iya teh, ibu rindu ayah."
"Ayah pasti udah bahagia disana. Jadi ibu juga harus bahagia."
"Duh, anak ibu udah dewasa ya sekarang." Ucap ibu seraya mengeratkan pelukan kami
"Udah ah, ibu jangan sedih." Ucapku lalu menghapus airmata ibu
"Mulai besok teteh mau coba pake kain ini." Lanjutku.
Lalu beberapa hari setelah aku masuk sekolah SMA benar saja tidak ada yang berani menggodaku. Yah walaupun harus dikucilkan oleh banyak siswa-siswi dan aku hanya memiliki beberapa teman saja, tapi itu tidak masalah asalkan mereka tidak menggoda dan mengajakku pacaran.
Aku tersadar dari lamunanku saat mendengar ucapan pak azfer selanjutnya,
"Ya, ya terserahlah, apapun itu. Awas saja jika kamu berbuat macam-macam di rumah ini. Saya akan pantau kamu." Ucap pak Azfer mengintimidasiHuuft. Aku menghela nafas,
"Iya pak, Insyaa Allah saya tidak akan berbuat aneh-aneh. Bapak tenang saja.""Baiklah, Kamu sudah tahu kan apa tugasmu disini?" Ucapnya lagi.
"Iya, pak."
"Saya harap kamu bisa menjaga anak saya dengan baik," cetusnya datar.
"Insyaa Allah, pak" jawabku lagi
"Ya sudah, kamu bisa istirahat dulu, besok baru bisa mulai kerja. kamar kamu di sebelah sana," Tunjuknya ke arah belakang di bawah tangga.
"Oh, ya. Kamu kerja disini gak sendiri ko ada bibi yang beres-beres rumah sama masak juga, hanya saja beliau lagi pulang kampung. Mungkin besok pagi udah kembali ke sini. nanti dia yang akan menjelaskan apa saja yang harus kamu kerjakan." Ucapnya lagi.
"Baik, pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucapku, lalu melangkah pergi menuju kamar.
Setelah sampai dikamar yang minimalis dengan dinding putih, ranjang single bed berseprai putih, nakas dan lemarinya berwarna coklat terang. bersih rapi, dan juga nyaman.
Aku memutuskan untuk membereskan pakaianku ke dalam lemari dan membersihkan diri karena hari mulai gelap.
Setelah selesai menunaikan shalat maghrib dan membereskan peralatan shalatku, aku beranjak menuju tempat tidur dan merebahkan diri.
Menutup mata,
"Huftt, semoga saja aku betah disini" batinku***
Bersambung...
Di Tulis 5 Oktober 2020
Jazakumullahu khairan sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta, Kayra
Spiritual"Astaghfirullah. Bapak bikin kaget saja." kataku setelah sadar ternyata yang ku kira maling adalah pak Azfer "Maaf, saya tidak bermaksud untuk mengagetkan kamu" ujar pak Azfer Setelahnya aku langsung memundurkan langkahku beberapa meter, karena jara...