One

2.5K 288 3
                                    

Lapangan basket tak seramai biasanya, dikarenakan ini adalah jam belajar. Hanya ada beberapa siswa saja yang latihan basket, termaksud dirinya sendiri. Memilih bolos karena pelajaran membosankan dari wali kelasnya sendiri Kakashi-Sensei.

Gadis berambut pink itu menghapus keringatnya dengan handuk kecil, latihan sendiri memang tak memakan banyak tenaga dibanding banyak orang, meski begitu tubuhnya tetap basah dengan keringat. Namun ia menikmatinya, saat-saat latihan yang membuatnya semakin ahli dalam bermain basket. Jangan tanya kenapa, ia adalah penggemar salah satu permainan bola besar tersebut.

Sakura lalu meminum air mineralnya, menyisahkan setengah botol. Kepalanya menoleh ketika mendengar suara beberapa orang yang baru saja masuk ke lapangan basket. Ada Naruto si lelaki berisik pembawa masalah dan Sasuke, err kekasih datarnya. Oke lupakan mereka, Sakura tak ingin diganggu oleh Naruto.

"Sakura" tidak, itu bukan suara Naruto ataupun Sasuke, melainkan suara lelaki berambut merah. Yang sedang berjalan dari tengah lapangan, sepertinya Sasori juga baru saja menyelesaikan latihannya.

"Ya"

"Boleh aku bergabung?"

Sakura menggeser tempat duduknya seraya tersenyum sopan pada lelaki itu, "silahkan"

Dia menduduki dirinya dengan gerakan santai. Tak lupa membalas senyuman gadis pink di hadapannya, ah betapa manis wajah Sakura.

"Jangan terlalu memaksakan tubuhmu, kau akan kelelahan nantinya jika terus berlatih" Sasori memperingatinya seolah dirinya adalah anak kecil yang pelupa.

"Hehehe aku mencintai basket, tak ada kata untuk berhenti latihan" ia mengatakan apa adanya, tak ada bahan penambah cerita untuk membuat orang lain terpukai dengan kegemarannya. Baginya basket adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari dirinya.

Sasori terkekeh geli mendengar perkataan terus terang gadis itu, "Kau aneh, gadis lain lebih suka dengan fashion namun kau memilih bermain basket"

Ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa malu karena ucapan Sasori, ia tak tahu harus menjawab apa, basket sudah seperti setengah hidupnya. Meski pada akhirnya basket juga yang membuatnya berhubungan dengan Sasuke. Ck tunggu kenapa Sasuke lagi?

"Sakura"

Padahal ia baru saja akan merespon ucapan Sasori dengan gumaman kecil, sebelum suara berat seseorang mengalun indah di telinganya. Ia mendongak, menatap wajah Sasuke yang berkeringat, bukannya lelaki itu baru saja tiba? Kenapa secepat itu dia berkeringat, tak tahu kah itu hampir membuat Sakura merona hebat, karena ketampanan Sasuke yang semakin bertambah saat berkeringat. Lihat rambut lepeknya, ck hentikan pemikiran itu Sakura, batinnya kesal.

"Ya?" Sasuke tak menjawab, selain melirik pada Sasori dengan datar selama beberapa saat dan kembali menatap Sakura.

"Air" gumamnya.

Mengerti maksud Sasuke, ia segera menyodorkan botol air mineral miliknya yang tersisa setengah. Tanpa menunggu banyak waktu, lelaki itu segera menegaknya hingga tandas. Lalu berbalik, sebelum pergi Sasuke sempat melirik pada Sasori lagi.

"Kalian masih bersama?" Kepalanya menoleh, melihat jelas wajah penuh tanya dari lelaki merah itu.

Mengangguk pelan, "iya"

"Ku pikir kalian sudah berakhir"

"Tidak maksudmu belum" jawab Sakura bingung, ia juga tak mengerti dengan hubungan tak jelas ini. Semua teman-temannya selalu mengatakan jika dirinya aneh karena masih bertahan pada hubungan yang berawal dari pertaruhan tersebut.

Amore (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang