Seharusnya setelah pernyataan tentang cinta tersebut mereka mesti berperilaku seperti pasangan pada umumnya yang selalu bersama, memperlihatkan keromantisan hubungan dan mengucapkan kata-kata manis setiap saat. Namun itu tak berlaku bagi Sasuke dan Sakura, menurut mereka cukup dengan hubungan mereka yang kini mempunyai kejelasan, itu sudah sangat membantu mereka untuk meluruskan masalah hati yang mereka alami selama hampir dua tahun. Meski banyak orang tahu hubungan mereka masihlah omong kosong belakang, mereka sama sekali tak peduli, selagi mereka masih ingin bersama suka sama suka, tanpa ada paksaan itu tak akan menjadi masalah.
Seperti saat ini mereka berdua tengah latihan basket bersama. Sakura tampak berusaha merebut bola dari tangan Sasuke, namun lagi-lagi ia selalu gagal, selain kalah kelincahan ia juga kalah tinggi. Inilah yang mendorongnya untuk rajin latihan basket, jika ia dapat mengalahkan Sasuke berarti ia berhasil dengan latihan-latihan kerasnya selama ini.
Nyatanya Sasuke sedang serius saat ini, ia tak memberikan kesempatan pada Sakura untuk menyentuh bola walau hanya sedetik pun.
"Argghh" pada akhirnya Sakura memilih berteriak untuk melepaskan kekesalan yang entah untuk Sasuke atau untuk dirinya yang tak mampu mengambil alih bola dari Sasuke.
Merengut kesal, ia menghentak-hentakkan kakinya. Lalu merebahkan tubuhnya di lapangan basket. Butuh beberapa menit untuk mengumpul tenaga di kakinya yang terserap banyak.
Ugh, seragamnya basah dengan keringat. Tahu jika tenaganya akan terkuras seperti ini, ia pasti menggantikannya dengan seragam olahraga sebelum latihan. Lihat, sekarang bra sialannya terlihat jelas.
"Lemah sekali"
Apa itu? Sakura melebarkan matanya mendengar ejekan Sasuke, segera ia menduduki tubuhnya. "Kau yang tak mengalah, dasar tidak gantle seharusnya kau mengalah pada perempuan, apalagi kekasihmu" Sakura mulai mengeluarkan jurus mengomelnya, jurus yang sering ia gunakan jika kalah dalam permaian. Tapi itu hanya untuk Sasuke.
"Kau harus banyak latihan" Sasuke menjeda ucapannya saat ia berjalan menuju kursi penonton, mengambil almamater miliknya, lalu kembali berjalan mendekat pada Sakura yang sedang duduk seperti orang putus asa. Bahkan gadis itu mengabaikan aset berharganya yang hanya tertutup oleh celana dalam berwarna biru muda, beruntung hanya mereka berdua yang berada di lapangan basket. Jika tidak, sudah dipastikan kekasihnya akan menjadi pusat perhatian. Tentu Sasuke tak akan setuju.
"Sebelumnya ada perempuan yang pernah merebut bola dariku. Dia bisa, tapi kenapa kau tidak?" Lihat, dia semakin memanasi air yang tengah mendidih tersebut.
Sakura memperhatikan Sasuke dalam diam, meski begitu ia tengah menyusun kata-kata untuk membalas lelaki itu.
Sasuke ikut duduk di hadapan Sakura, mengabaikan tatapa tajam yang mampu membuat nyali orang lain ciut dibuatnya, Sasuke lebih memilih mengatur letak rok kekasihnya agar asetnya tak terlihat lagi.
"Ya sudah jadikan saja perempuan itu kekasihmu" kata Sakura tiba-tiba, tak merasa tersentuh dengan perhatian kecil yang diberikan oleh Sasuke, ia sedang kesal sekarang ini. Lebih baik membalas lelaki itu daripada memilih diam.
"Sudah"
Oh benar-benar Uchiha satu ini ingin mati muda. Dia terlihat santai menghadapi Sakura yang mungkin saja akan keluar tanduk dari kepalanya. Wajah gadis itu sudah memerah, tanda akan meledak dalam hitungan detik. Namun sebelum itu terjadi Sasuke segera mengamankannya dengan menarik Sakura ke dalam dekapannya.
Bagai dilempar ke benua antartika, wajahnya yang tadi memerah menahan kesal kini kembali seperti mulanya. Bahkan dia berusaha menahan agar bibirnya tak tersenyum.
"Kau selingkuh?"
"Iya"
"Ka-"
"Tentu saja tidak" kata Sasuke seraya melepaskan pelukannya. Ia terkekeh kecil melihat wajah Sakura yang kembali memerah, "kau lupa, siapa gadis yang merebut bola dariku saat awal kita sekolah disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amore (End)
FanfictionMenurut orang lain mereka hanyalah sepasang kekasih. Lebih tepatnya hanya sebuah status omong kosong tanpa adanya rasa, namun itu menurut mereka. Nyatanya dibalik hubungan yang saling acuh tersebut ada sebuah rasa yang mereka sembunyikan. Bukankah s...