11. I want you, Dad

5.8K 511 75
                                    

Happy reading
.
.
.

Sejak kejadian malam itu, Haechan selalu saja menggelukan nama sang ayah setiap ia tertidur. Nyonnya Seo tak kuasa menahan derita Haechan, anak sekecil itu harus menerima ketidaksukaan dari ayah kandungnya sendiri.

Nyonnya Seo beserta dengan Koeun dan anak bungsunya Herin, selalu mencoba agar Haechan tetap tersenyum secerah matahari. Namun tetap saja hanya senyuman palsu yang ditampilkan oleh anak perempuan berpipi tembam itu.

Haechan menatap bingkai foto mendiang sang ibu, sembari mengelus  halus bingkai tersebut.

"Mom, apa aku salah sudah lahir kedunia ini?" tanyanya bermonolog pada foto mendiang ibunya.

"Aku adalah penyebab kematian mommy, sehingga dad pun tak ingin aku hidup" cicit anak perempuan itu pelan.

"Apa sepantasnya aku tidak perlu dilahirkan sebagai penyebab kematian mommy?" tanyanya bergumam.

"Aku pantas menerima ini, aku yang paling bersalah disini mom. Maafkan aku yang egois untuk dilahirkan didunia ini" gelu Haechan menatap sendu pada foto cantik sang ibu.

Kedua pelupuknya sudah terbendung menahan air mata yang sudah tak mampu menampung lagi. Cairan bening keluar dari netra indah Haechan, Ia harus kuat dan tegar untuk menerima kenyataan yang menyakitkan ini.

"Chan?!" kejut Herin. Bibinya ini tak sengaja mendengar ucapan monolog keponakannya itu. "Jangan menangis aku mohon" pinta Herin.

"Jangan seperti ini! dimana fullsun ku yang dulu?!" gerutu Herin pada Haechan.

Haechan menghapus jejak air matanya, kemudian melirik bibi mudanya ini. "Ini aku, tapi jangan beri tahu oma kalau aku menangis" titah Haechan.

"Kalau kau menangis lagi aku adukan pada Eommaku!" ancam Herin pada keponakannya ini. Herin menatap sendu bingkai foto yang digenggam oleh Haechan, Ia terduduk disamping anak perempuan itu.

"Siapa bilang kau paling bersalah disini? Mommy mu itu sangat menyayangimu Chan, ia mempertaruhkan nyawanya agar kau selamat" cicit Herin membuat Haechan melirik pada lawan bicaranya itu.

"Jangan menganggap dirimu salah karena telah lahir kedunia ini" ucap Herin, kedua tangannya mulai menangkap tubuh mungil Haechan. Ia memeluk anak kecil itu sembari mengelus punggung kecilnya.

"Ta-tapi, dad bagaimana?"

"Daddy mu sangat menyayangimu, percaya pada ku. Suatu saat ia akan menyesali perbuatannya chan" ujar Herin.

"Tapi.... ka-kapan?"

-o0o-

Pria itu menatap layar ponsel miliknya. Ini sudah ke sepuluh kaliya Ia ditelpon oleh sang ayah, tentu saja Johnny tetap mengabaikannya.

Sudah seminggu semenjak kronologi ia meninggalkan anaknya dengan keadaan yang menyedihkan, Johnny tetap tak peduli.

"Gila! kenapa kau kepikiran dia?!" gerutu kesal pada dirinya sendiri.

"Aku.. aku lelah Ten, kau tidak ingin menjemputku?" gumamnya pelan.

"Kenapa kau tak pernah masuk kedalam mimpi ku lagi?" gumamnya monolog.

Daddy || Johnny [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang