"Peri cantik?"
Deg.
Rasanya seperti tersambar petir di siang hari yang menghunus langsung ke jantung, degupan itu sangat cepat yang membuatnya merasakan sedikit tercekat.
"Dia kembali?" ucapnya dengan sedikit bergetar.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin ia kembali, tidak, tidak!!!" ntah apa yang dia maksud tapi dia sangat menyangkal hal tersebut.
Dia sangat kacau, air mata nya tak henti-henti untuk mengalir saat itu juga.
Dia memekik dengan keadaan masih menangis, seraya di keheningan dia berujar "A-aku tidak p-percaya lagi."
Surat itu.
Surat itu membawa nya ke dalam malapetaka baru dalam kehidupannya.
Harus kah ia berharap atau menyingkirkan harapan tersebut?"Aku tidak akan memaafkanmu." ucapnya dengan sangat lemah.
Ia berpikir dosa apalagi yang harus ia bayar dengan ini? Kenapa hidupnya begitu hancur? Bagaimana dia harus bisa hidup dengan kehidupan yang penuh derita ini?
Setelah lama berdiam diri dia berujar kembali "Aku tak ingin hidup, namun aku juga tak ingin meninggalkan seseorang yang telah mencintaiku dengan sedemikian."
"Tetapi, apakah aku bisa hidup dengan bahagia jika yang ku anggap sumber kebahagiaanku itu sudah hilang? Aku tak bisa hidup dengan begitu, aku akan selalu menyalahkan diriku sendiri."
Dia kembali memeluk lututnya dengan gemetar, dia sangat kebingungan sekarang, dia seperti kehilangan arah dalam perjalanan arah pulang.
Dia butuh seseorang yang bisa mengarahkan hidup nya dengan kembali ke jalan yang ia yakini. Dia butuh sebuah jembatan. Jembatan penghubung harapan dan keinginan.
Harapan dan keinginan seperti sebuah hal yang sama, tetapi coba tanyakan lagi pada hatimu apakah harapan dan keinginan adalah sebuah hal yang sama? Aku yakin hatimu kecilmu berkata tidak, harapan dan keinginan adalah suatu hal yang berbeda.
Harapan adalah suatu bentuk perwujudan dari segala angan-angan mu yang kamu ucapkan dengan yakin dan penuh dengan "semoga" yang akan segera terkabul dengan adanya keajaiban, dan keinginan? Mungkin kamu bisa menjawabnya sendiri. Kamu pasti paham betul dengan maksudku saat ini bukan?
"Aku tak ingin melihatmu lagi, sungguh."
Kali ini dia berucap dengan sangat penuh pendirian, dan seperti diiringi rasa kebencian yang begitu memupuk.Cinta akan selalu diiringi kebencian, dan begitupun sebaliknya. Tapi, apa benar dengan hadirnya setitik rasa cinta bisa menghadirkan segumpal rasa kebencian? Apakah Benci dan Cinta suatu hal yang sangat ber-iringan setiap saat? Aku sangat penasaran dengan itu.
Hallo, apa kabar? Maaf aku baru bisa aktif lagi disini, dan rencananya aku mau ngerampungin cerita ini sampai End(mohon do'a nya supaya dalam penulisan cerita ini aku ga berubah-ubah pikiran) Ouh iya cerita ini 80% akan ada perombakan alur, semoga kalian betah disini! Aku mau ngucapin Terima kasih banyak untuk semua pembaca cerita ini, terimakasih atas apresiasinya dan dukungannya❤️
Stay healthy all!<33
To be continue ⏩
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay
Short StoryHanya sebuah Healing Story yang diketik dengan cara spontan, bermaksud untuk menghibur kalian pada saat di masa-masa yang di anggap berat bagi diri sendiri. Semoga dapat membantu meringankan sedikit beban kalian. "Untuk mu yang sedang patah dan beru...