bagian 22

88 4 0
                                    

"Aku sedang bersamanya, kalian mau datang untuk mengajukan pertanyaan?"

Suara dari seberang telepon itu membuat riuh suasana di dalam dorm. Mereka menyambar mantel musim gugur yang tergantung di setiap kamar. Hyukjae menarik kunci dari tempatnya lalu meluncur ke basemen diikuti member lain.

Tak ada yang membuka suara selama perjalanan, fokus pada peperangan dalam pikiran. Waktu perjalanan cukup panjang membuat mereka gemas, sementara Hyukjae dengan keahlian pembalapnya terus melesat melewati mobil-mobil di depan.

Kantor polisi

Kedatangan para member yang membuat suara-suara gaduh menjadikan mereka pusat perhatian di ruang interogasi itu. Detektif Go terlihat sedang mengamati proses penyidikan itu dengan saksama.

"Kenapa harus dia?" Yesung hampir tak percaya pelaku itu adalah orang yang selalu ada bersama mereka bahkan sudah menjadi bagian dari keluarga Super Junior.

Leeteuk mengeratkan rahangnya, dia tampak hampir melewati batas kendalinya. Semua member aktif berada di sana saat itu, wajah mereka tampak lesu dan sedih. Bagaimana tidak, perasaan mereka campur aduk mendapati orang kepercayaan mereka menjadi tersangka dalam musibah yang hampir meluluh lantakkan anggotanya. Hanya Hyukjae yang menatap nanar mengepalkan tangannya, menghantam meja di hadapannya lalu keluar dari sana.

Yesung masuk ke ruangan kedap suara itu, menghampiri Changjoo, manajer yang sudah belasan tahun mendampingi setiap kegiatan mereka baik individu maupun kelompok. Manajer itu hanya tertunduk dalam dengan segudang penyesalan terpapar di wajahnya.

"Waeyo?" Tanya Yesung lirih.

"Hyung, bukan aku! Percayalah aku tidak melakukannya hyung, kumohon!" Changju mengangkat wajahnya.

"Lalu kau tahu siapa?" Yesung menatapnya tajam, kali ini emosi menguasainya.

Changjoo hanya diam tak bergeming, wajahnya semakin pucat dan berkeringat. Sangat terlihat dia begitu gugup, seumur-umur belum pernah dilihatnya Yesung yang dikenalnya sangat baik dan ramah kini menatapnya dengan mata berapi-api.

Kali ini Siwon ikut masuk ke dalam, menarik Yesung pergi. Dilihatnya suasana yang sudah tak lagi kondusif, maka Yesung hanya akan mengacaukan interogasi ini. Mereka melanjutkan penyelidikan tanpa Suju, hanya ada Siwon yang tinggal. Hanya dia yang bisa mengontrol perasaannya dan berpikir objektif, lagipula detektif Go adalah orang kepercayaannya.

***

"Tiba-tiba sudah musim gugur." Yesung mendekati Hyukjae yang sedang menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi di tepi danau. Hyukjae tampak tak terganggu dengan kehadiran Yesung, mereka sudah lama tidak saling bicara hingga Yesung merasa harus memulainya karena dia merasa lebih bertanggung jawab diantara mereka ditambah lagi dia lebih dewasa dari segi umur dengan Hyukjae yang terpaut dua tahun lebih muda darinya.

Senyum yang tak lengkung menjadi balasan yang Hyukjae berikan pada Yesung sambil memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak.

"Sudah lama kau tidak menggangu ku lagi, kau bilang kau adalah mood controller-ku. Aku sedang membutuhkannya." Yesung berusaha sealami mungkin untuk membangun kembali hubungan persahabatan mereka yang sudah tak se-harmonis dulu. Tak ada untungnya membiarkan hubungan canggung itu tetap berlanjut, toh Hyukjae kali itu hanya sedang emosi saja, Yesung berusaha berpikir positif.

"Hyung!" Akhirnya bibir besi Hyukjae terbuka setelah selama ini bungkam akan kehadiran Yesung, Yesung melihatnya seketika. "Jika nanti kesempatan datang padamu kau harus lakukan yang terbaik!" Hyukjae menyodorkan sebuah ponsel pada Yesung.

"Apa ini?" Tanya Yesung heran

"Kau tidak mengenalinya? Perhatikan baik-baik!"

Yesung membolak-balikkan ponsel itu berharap sesuatu mengingatkannya pada hal yang berkaitan dengan ponsel ini. "Ini ..." Yesung menatap Hyukjae penuh harap, memastikan lagi apa yang ada di genggamannya. Hembusan napas berat mengakhiri rasa penasaran Yesung akan ponsel itu.

"Kurasa dia belum bisa terbiasa dengan ini, mungkin sangat berat baginya." Hyukjae menjelaskan dengan hati-hati, dia takut kalau-kalau menyinggung perasaan Yesung nantinya.

"Jadi kau juga tahu dimana dia?" Yesung membuang napasnya dan menatap jauh danau bercampur hujan daun musim gugur itu, tersenyum. "Hyukjae-a, bahkan jika kau membunuhku sekarang itu akan dianggap pertahanan diri. Aku begitu buruk. Aku sangat merindukannya." Yesung menitikkan air matanya. Hyukjae menepuk pundak Yesung dengan ragu-ragu.

"Saat dimana kalian akan bertemu semakin dekat, Hyung. Satu-satunya yang dapat kau lakukan saat ini adalah melakukan yang terbaik untuk pertemuan yang menentukan itu." hibur Hyukjae.

Tersenyum tulus, berusaha menguatkan hatinya Yesung menatap Hyukjae, menenangkan rautnya yang tampak gelisah. Keduanya hanya menikmati keindahan pemandangan di hadapannya sambil terpaan angin sejuk menyisir surainya.

"Kita harus menikmati hari ini, besok kita masih akan menghadapi hari yang biru, Hyukjae-a. Cintaku masih berhibernasi."

***

"Kau baik-baik saja?" Tanya Heechul kepada Leeteuk yang termenung menunggui mangkok ramyeon instan yang sesaat lalu diseduh-nya. Leeteuk hanya mengangguk dan mengakhiri lamunannya dengan mengaduk mangkok ramyeon yang belum lunak itu. Heechul duduk di sampingnya dan menaikkan kaki kirinya ke kaki yang lain. "Kau percaya dia orangnya?"

"Entahlah, mengingat Ara-ssi mengatakan pada detektif Go bahwa ia melihatnya saat kejadian membuatku harus menerima kenyataan ini. Kau sendiri?"

"Kalaupun benar dia ada di sana, dia pasti tidak sendiri. Kau lihat betapa ketakutannya dia saat kita datang, aku rasa dia menyembunyikan sesuatu. Sudahlah, mereka akan menemukan jawabannya. Makanlah dengan baik dan istirahat, jangan makan ramyeon setiap hari" Heechul beranjak pergi.

"Jamsiman, kalau begitu maukah kau makan denganku. Mungkin selera makan-ku akan bertambah jika ada yang menemani." Leeteuk menahan Heechul yang hendak pergi, seperti dia tidak ingin sendirian. Jarang sekali Leeteuk meminta ditemani seperti ini. Heechul tersenyum dan mengiyakan ajakan Leeteuk.

"Geundae, kita makan ramyeon ini saja? Kita harus makan nasi. Haruskah kita memasak bersama?" Ajak Heechul yang tak selera melihat ramyeon instan itu.

"Andwae~! Dapur ini milikku." Ryeowook berteriak sambil berlari ke arah dapur. Dua orang yang dilewatinya saling pandang lalu tertawa melihat kelakuan member muda mereka itu.

"Apa kau akan memasak untuk semua orang, wookie-a?" Heechul sedikit berteriak agar Ryeowook yang berada di dapur mendengarnya.

"NE! Tidak ada yang boleh ke sini." ketus Ryeowook. Leeteuk dan Heechul tertawa terbahak-bahak dan meneruskan obrolan mereka sambil menunggu Ryeowook selesai memasak.

Ryeowook menganggap dapur adalah ruangan pribadinya, siapapun tidak boleh masuk ketika dia sedang memasak. Keanehannya dimaklumi oleh member lain, mereka menganggap itu bentuk kasih Ryeowook pada mereka. Dia membiarkan dirinya sibuk demi asupan para member terpenuhi, Ryeowook hanya memikirkan orang tua member yang akan cemas jika anak-anak mereka tidak makan dengan baik.

Pintu dorm yang baru saja terbuka membuat Leeteuk dan Heechul memandang ke arahnya dengan kompak. Dua pasang mata itu menangkap dua orang yang berjalan sedikit canggung mendekati mereka.

"Sudah baikan?" Tanya Heechul mengejek dengan wajah pura-pura serius.

"Jangan memburukkan suasana yang sudah membaik, berhentilah!" sanggah Leeteuk yang kesal karena Heechul merusak kebahagiaannya melihat kedua adiknya itu telah kembali akur.

I Just Got Marriage [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang