"Kebencian yang berbalut cinta hanya akan menciptakan beban, menimbulkan rasa takut, dan menghilangkan kebahagiaan yang selama ini berusaha ku pertahankan"
.
.
.
.
.
.
.
60 menit lagi bel sekolah akan berbunyi sementara aku masih harus membangunkan Si Putra Tidur yang tengah berestivasi di musim kemarau ini. Memang merepotkan tapi apa boleh buat. Dia sudah mengosongkan bangkunya sejak seminggu yang lalu, aku hanya khawatir kalau dia tak mau lagi datang ke sekolah"permisi, Kevlan Kevindra ..., apa kau di dalam?" Seruku sembari mengetuk pintu rumah Kevlan. Bermenit-menit berlalu, sebenarnya aku masih sabar menunggu namun setelah melirik jam tanganku, aku segera berlari ke samping rumah, membuka jendela kamar Kevlan secara paksa, dan melompat ke dalam kamar bak kapal pecah itu.
"Kev-Kev cepat bangun, kau harus sekolah, apa kau mau menghabiskan tahun keduamu di rumah?!" Gerutuku namun Kevlan sama sekali tak berkutik. Ia masih setia memeluk gulingnya.
Aku berniat menyiramnya dengan air yang ada di teko di atas nakas, tapi ternyata teko tersebut kosong. Aku mengecek ke dapur dan pemandangan di dalam sukses membuat mataku terbelalak. Sampah-sampah berserakan, cucian kotor yang dibiarkan menumpuk, dan bau busuk akibat wastafel yang tersumbat benar-benar membuatku ingin memuntahkan isi perutku.
"apa yang sebenarnya terjadi di sini? apa dia punya persediaan makanan?" Tanyaku sembari membuka lemari pendingin yang ternyata kosong.
Kondisi rumah sangat berantakan namun ini bukan saat yang tepat untuk beres-beres mengingat waktu terus berjalan dengan cepat.
Segera ku tarik kaki panjang Kevlan dan membiarkannya jatuh ke lantai, kemudian menyeretnya ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Ya, dia punya kamar mandi sendiri.
"Grizz ...," Kevlan mengintip ke luar kamar mandi dengan mata setengah terbuka-Dia masih mengantuk.
"hmm," Aku tak menoleh, sibuk memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya.
"Aku lupa membeli sabun mandi, apa kau punya?"
Mendengar pertanyaan konyol itu aku pun segera menoleh, "Kau kehabisan sabun dan belum membelinya? kapan terakhir kali kau mandi?!" Jeritku panik dan di respon dengan senyuman tanpa rasa bersalah, "hehe,"
"hehe dengkulmu?! kalau begitu cepat keluar dan pakai seragammu!"
"aku sudah melepas pakaianku dan lupa bawa gantinya, kau mau aku keluar telanjang?"
"apa?!!!!" Sontak aku terkejut, "Tu-tunggu di situ biar aku carikan seragammu", lanjutku, panik.
Aku mengacak-acak lemari pakaian, "seragam, di mana dia meletakkan seragamnya?" Tanyaku pada diri sendiri.
Dan akhirnya kutemukan seragam putih berlogo SMA Mentari Bangsa itu tergeletak di bawah ranjangnya. Sudah ku duga ini belum dicuci sejak terakhir kali ia berangkat sekolah.
Kevlan kembali mengintip keluar, "oh, iya ..., aku lupa bilang. Celanaku ada di pengering dan bokserku ada di-"
"Kevlan Kevindra ..., dimana semangat hidupmu...?!!!!!!!"
***
"Semua ini gara-gara Kev-Kev! kalau saja kamu punya sedikiiiiit saja semangat untuk sekolah, kita tidak akan berakhir seperti ini!" Sepanjang koridor aku hanya mengoceh, mengomel, dan menumpahkan segala kekesalanku kepada laki-laki yang berjalan memunggungiku.
"kita hampir saja alfa kalau aku tak mengambil inisiatif untuk memanjat gerbang, apa kau mendengarkanku?!" Kevlan dengan santainya berjalan membelakangiku. Dia hanya menoleh saat bertanya di mana kelas barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sensitive Love
Random"Waktu dalam hidupku seakan berhenti semenjak kepergian pahlawanku. Cinta dan kasih sayang tak pernah ada dalam kamus hidupku, namun pahlawan yang lain datang mendiktekan kata cinta dalam hidupku dan baru ku sadari kalau cinta itu lebih sensitif dar...