Hanya satu bagian.

11 1 0
                                    

Hai, namaku Jenaka. Teman²ku lebih akrab memangkilku Aka, karena mungkin bagi mereka nama "Aka" lebih mudah diingat.
Aku tinggal di sebuah kota kecil yang kini kian padat, ditaburi infrastruktur gaya metropolitan. Hari-hari tampak gelap bagiku. Semua terlihat suram. Suasana ramai namun terasa sepi, pagi yang seharusnya indah nampak meresahkan, dan air keran yang tampak menyegarkan namun terasa pahit.
Aku tumbuh dan besar hingga usiaku yang baru saja menginjak 21 tahun. Ya, aku sudah 21 tahun hidup dan menginjakan kaki di dunia yang sama dengan kalian. Namun, anehnya aku merasa diriku tampak berbeda. Tidak seperti orang-orang yang lainya. Hidup monoton dengan skenario hari-hari yang begitu-begitu saja. Pagi bangun, kemudian bekerja, pulang, dan diakhiri istirahat. Setelahnya, mereka mengulanginya pada hari-hari berikutnya dengan sabar.
Aku tinggal tepat di belakang gedung hotel pencakar langit yang menjulang sangat tinggi hampir menutupi seluruh sinar dan indahnya cahaya matahari. Bangunan tinggi yang sangat egois, merebut keindahan cahaya matahari, tanpa menyisakan sisanya untuk yang lain. Seakan-akan ia merasa bahwa indahnya cahaya matahari hanya untuk dirinya dan orang-orang yang ada di dalamnya.
Saat ini tepat tiga bulan menjelang akhir tahun. Negaraku tampak kacau, rintihan isak tangisnya sangat terasa hampir di seluruh wilayah. Indah dan megahnya bangsa ini dihiasi senyuman-senyuman ramah penduduk aslinya. Namun kini senyuman-senyuman itu kian menghilang, digantikan oleh emosi emosi negatif dan teriakan teriakan penuh amarah. Menghancurkan keindahan dan kemegahan bangsaku.
"Kenyataan yang penuh kontroversi". Haha... Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan bangsaku sekarang.
Ketentramannya di perkosa oleh penghianatan-penghianatan para pemimpinya. Anggota dewan yang seharusnya menyampaikan suara dan aspirasi rakyat, kini mereka memiliki suara dan aspirasinya sendiri.
Dengan kesadaran dan akal sehat, mereka mengecewakan dan membuat marah hampir seluruh penghuni bangsa ini. Huru-hara dimana-mana, teriakan-teriakan penuh kebencian dan rasa emosi karena merasa bangsa  ini telah diakui sisi secara sepihak oleh petinggi-petingginya.
Kini bangsaku meronta-ronta, kemarahannya mengundang jutaan orang untuk turun berserakan menghancurkan benalu-benalu yang hinggap di tubuhnya.
Aku, Jenaka. Tinggal di salah satu negara kepulauan di Asia Tenggara.
Ya... Itu adalah Negara Indonesia.

Inilah kisah kehidupanku. Aku rasa cukup sekian aku menceritakan hari-hariku yang penuh rasa muram.
Aku tidak berharap 'tuk melanjutkan cerita ini.
Sampai jumpa.

Rintihan Amarah Bangsaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang