Sehabis dari kantor aku pulang agak malam karena aku dan callista membahas Albert dan perusahan yang akan memanamkan saham yang begitu mengiurkan, tapi itu hanya kedok untuk dia mau berkeja sama dengan perusahanku yang akan aku memanipulasikan data profil perusahan yang sesungguhnya.
“ kau baru pulang? “ kata gabrian yang sedang menonton tv diruang tengah
“ iya, banyak yang harus aku koreksi berkas berkas yang penting. Kau sejak kapan sampai rumah?” ujarku sambil menengteng makan yang sudah aku beli direstoran langananku
“ jangan terlalu kelelahan, dan jangan sering pulang malam. Aku dirumah sejak jam 5 sore.” Ujar gabrian
“ apa kau sudah makan? Kalau belum aku sudah membelikan lauk fauk direstoran ditempat langgananku.” Tanyaku
“ aku belum makan sama sekali, tadi aku pikir kau akan pulang sore seperti biasa. Tapi ternyata kau lembur.” Ujar gabrian yang kelihatan kelaparan
“ maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu menunggu seperti ini. Tapi, mengapa kau tidak makan saja jika menungguku lama begini. Kan bisa beli direstoran” kataku inisiatif
“ aku sengaja tidak beli makanan, soalnya aku ingin kau memasak makanan tapi ternyata kau lembur.” Kata gabrian kecewa karena tidak aku kabari jam berapa aku pulang
“ maafkan aku, tadi aku tidak sempat memberikan kabar kapan aku akan pulang, tapi aku tadi mampir sebentar ke restoran langgananku, takutnya kau belum makan dan dugaanku benar kau belum makan sama sekali.” ujarku sambil menyediakan makanan yang aku beli tadi
“ lain kali kau harus memberiku kabar kapan kau akan pulang, dan jika kau pulang agak sorean sekali-kali kau masak makanan untukku, aku ingin mencoba masakanmu.” Kata gabrian
“ iya akan aku usahakan, kalau urusan kantor tidak terlalu banyak.” Kataku berlalu kekamar dan mandi. Setelah aku beres mandi aku makan bersama.
Setelah makan malam bersama, aku dan gabrian lanjut mengobrol hal-hal yang menurut dia penting, dia ingin cepat-cepat memiliki anak. Sedangkan aku masih tidak ingin memilikinya sama sekali. Masing ingin seperti ini.
“ ini sudah larut malam, apa kau tidak lelah?” ujarku
“ oh iya, yasudah kita tidur sekarang. Maaf aku tidak tau sudah larut malam.” Kata gabrianAku merasakan seperti ada yang memelukku dari belakang tangan gabrian begitu erat memeluk perutku. Aku hanya bisa tersenyum simpul, aku bisa merasakan dia begitu mencintaiku dengan tulus tidak menyangka dia begitu besar mencintai dan menyayangiku. tapi ketika aku mengingat dia begitu tulus seketika aku teringat dengan prilaku ayahnya yang membuat darahku mendidih. Andai dia bukan dari putra pria tua itu mungkin aku pun sudah membalas cintanya.
Disaat aku sedang memikirkan sesuatu hal yang akan tejadi nantinya dia sudah terbangunh dari alam mimpinya.
“ mengapa kau tidak membangunkanku?” ujar gabrian sambil mengucek matanya
“ aku tidak ingin menganggumu, soalnya aku lihat akhir-akhir ini kau begitu kelelahan dan banyak pikiran jadi aku tidak tega membangunkanmu.” Kataku
“ ya, itu karena masalah kantor yang tidak bisa aku selesaikan itu karena masalah kita. Aku sempat stress. Maka dari itu aku akhir-akhir ini sering kelelahan.” Kata gabrian sambil ambil handuk dan pergi kekamar mandi, tanpa dia sadari aku hanya bisa merenungkan semua perbuatanku. Itupun berdampak kepada hatiku, mendengar perkataan gabrian membuatku sakit. Entahlah, yang pasti gabrian tidak tau betapa stressnya aku yang memikirkan rencana-rencana yang telah aku buat, sebelumnya aku sudah membunuh ayahnya sekarang targetku kedua pamannya, kakak tiri dari ayahku. Apa yang sekarang dialam gabrian tidak sebanding dengan apa yang aku alami dulu, ibuku meninggal ketika melahirkanku dulu, ayahku merawatku sampai aku masa anak-anak. Tapi tidak lama ayahku meninggal dengan tragis, aku mengingat kejadian itu semua. Dibandingkan gabrian! Dan tanpa aku sadari air mataku menetes keluar dengan sendirinya ketika aku mengingat masa lalu yang tidak pernah bisa aku lupakan begitu saja.
Aku segera hapus air mataku agar gabrian tidak melihatku menangis, aku hanya tidak ingin ditanya-tanya yang macam-macam olehnya itu membuat kepalaku pusing. Aku pun pergi meninggalkan kamar dan pergi ke dapur untuk menyajikan masakan yang sudah aku buat untuk sarapan pagi, setelah gabrian selesai mandi dan berpakaian kantor dia berjalan ruang meja makan yang sudah aku hidangkan. Selama kita sarapan gabrian terus membicarakan tentang kantor, temannya yang sudah memiliki anak dan sebagainya, aku yang mendengarnya berbicara dibuat pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak aku suka ‘kapan kita akan memiliki anak?’ , ‘nanti kita program ya.’ Dan ‘mau punya anak berapa?’ tidak bisakah dia mengerti? Aku hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Aku sungguh tidak ingin memilikinya diwaktu yang dekat ini itu sama saja aku menunda rencanaku! Aku masih ingin mempermainkan keluarga besar ini. Melihat kehancuran perusahan yang mereka bangun dengan hasil yang semua orang tidak tau. Para petinggi yang mulai kocar-kacir mengetahui semua rahasia CEO-nya adalah seorang PEMBUNUH.
Aku sempat berpikir untuk menghentikan rencanaku, tapi logikaku menolak untuk menghentikan rencanaku yang sudah aku rancang dengan apik. Ini semua serba salah untukku, dan yang membuatku pusing sekarang adalah bagaimana caranya memancing Albert untuk bisa berkerja sama dengan perusahan yang aku kelola sendiri. tidak mungkin aku membicarakan hal ini pada gabrian, dia tidak tau sama sekali tentang perusahan yang aku kelola dulu dan takut dia marah besar padaku. Rasa benciku pada keluarga besar tiri ayahku membuatku nekat melakukan hal ini, tidak aku pungkiri aku juga membenci gabrian tidak tau mengapa, yang jelas aku hanya bisa mengingat bagaimana gabrian anak dari pria yang sudah merebut harta waris ayahku. Sebelum aku melancarkan rencanaku, aku sempat takut. Takut nanti ketahuan, takut aku mulai jatuh hati pada gabrian. Tapi, ketakutanku yang selama ini aku takutkan benar terjadi. Aku mulai jatuh hati pada gabrian, entah bagaimana aku bisa jatuh hati padanya yang jelas itu semua tidak bisa aku kontrol. Aku kembali berpikir jika aku harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat, jika aku telat untuk menjalankan rencanaku sama saja aku bunuh diri. Aku harus mencari orang untuk bisa dijadikan tersangka kasus kematian ayahnya gabrian. Setahuku mereka sudah dalam penyelidikan dan mencari pelakunya. Aku memang sudah menghilangkan jejak saat sebelum aku meninggalkan mayat ayahnya gabrian, tapi. Polisi lebih cepat seperti yang tidak aku duga. Aku harus bisa mengatasi masalah ini secepat mungkin, kalau tidak aku pasti tidak akan bisa melancarkan rencanaku selanjutnya. Maka aku menghubungi callista untuk cepat-cepat bertemu dengan james alton harris. Untuk mau berkerja sama denganku. Sekarang aku tau dia tinggal dimana, sudah saatnya aku ingin membuatnya kerja sama denganku. Tidak peduli dia meminta bayaran berapapun yang terpenting adalah polisi tidak menghalangi rencanaku selanjutnya. Jika mereka mencium rencanaku pasti itu akan sulit jika Albert tau siapa aku sebenarnya. Aku sudah menunggu ini 25 tahun yang lalu tidak mungkinkan aku sia-siakan begitu saja kesempatan yang sudah ada didepan mata, aku akan mengunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin.Aku dan callista sudah selesai dengan memalsukan profil perusahanku untuk bisa bekerjasama dengan Albert, hanya tinggal memainkannya saja. Dan aku akan mencari james untuk bekerjasama denganku. Itupun kalau dia masih seperti dulu.
“ callista, bagaimana kalau james sudah berubah dan tidak mau kerjasama dengan kita?” kataku khawatir
“ semoga saja dia belum berubah seperti dulu, aku hanya khawatir kau akan terperangkap dengan rencanamu sendiri. aku berharap dia mau menolong kita.” Ujar callista cemas, aku lihat dari matanya yang begitu ketakutan dengan kondisiku.
“ kau jangan mengkhawatirkanku, kau khawatirkan saja dirimu dan jangan terlalu ikut campur dengan urusanku jika aku tertangkap. Jika rencana kita tertunda bukan berarti aku gagal untuk membalas dendamku pada mereka.” Ucapku serius
“ setelah kau menghancurkan Albert dan perusahannya bisakah kau berhenti untuk tidak menuruti dendammu itu? Aku ingin kau seperti dulu tidak ada dendam yang tertanam dihatimu. Jangan menghabiskan sisa hidupmu hanya untuk menuruti dendammu itu, kau sekarang sudah mempunyai suami dan dia begitu menyayangimu bagaimana nanti dia tau kalau kau yang membunuh ayahnya?” kata callista untuk mencoba menghentikanku dengan rencana gila ini. Sekalipun gabrian tau aku yang membunuh ayahnya aku tidak peduli, yang aku ingin mereka tidak bisa hidup dengan tentang. Selama ini aku menunggu hari ini. Dimana aku mulai mengincar dan membuat mereka ketakutan. Hal yang mereka alami sekarang tidak seberapa yang dulu aku alami.Maaf ya baru update lagi xixixixi 😂 maaf juga kalau ada banyak typo nya😂
Mungkin ceritnya agak pendek juga
Semoga suka ya❤️
Selamat membaca reader's 💐
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGEFULL
General FictionDulu aku mempunyai keluarga yang utuh walaupun tanpa seorang ibu. Tapi aku mempunyai seorang ayah yang selalu menyayangiku dan selalu memanjakanku walau hanya sesaat, tragedi itu membuat kehidupanku berubah seketika. Tragedi dimana orang tuaku dibun...